Are We Friend?

250 30 5
                                    

Tok Tok Tok

Ravi bangun dan terduduk di ranjang. "Masuk."

Hyeri membuka pintu lalu menengokkan kepala ke dalam. "Anu... Kau diminta ikut makan malam bersama di meja makan."

Ravi hendak membuka mulut, tapi kemudian mengatupkannya lagi. Tadinya ia ingin protes dan minta makan malam di kamar saja. Namun jika di rumah ini ia tak bisa berbuat seenaknya.

Ravi bangkit dari ranjang. Badannya bergemeretak seakan-akan tulangnya ingin patah. Singkat kata, badannya sakit sekali.

"Selamat datang di rumah kami yang sederhana ini, Ravi." ayah Hyeri langsung menyambutnya ketika ia dan Ravi sampai di meja makan.

"Terima kasih, om." Ravi duduk di sebelah Taekwoon.

"Sudah lama sekali om gak lihat kamu. Terakhir kali waktu di pemakaman ibu mu."

Ravi terdiam sebentar. Lalu mengangguk tak banyak komentar lagi.

"Yah," ibu menyikut ayah. Ayah langsung mengalihkan topik pembicaraannya. "Om denger kamu satu sekolah sama Hyeri ya?"

"Iya, om." jawab Ravi singkat.

"Tante seneng banget dengernya. Kalian bisa berangkat sekolah bareng tiap hari. Soalnya Hyeri kalau gak ada teman suka telat."

Hyeri menjatuhkan sumpit yang ia pegang. Syok atas apa yang ia dengar. Apa-apaan ini?

Taekwoon membungkuk mengambil sumpit Hyeri di kolong meja. "Ambil sumpit baru. Yang ini udah kotor."

Hyeri tak mendengarkan. Ia lebih peduli pada kata-kata misterius ibunya daripada si sumpit yang kotor!

"Apa maksud ibu?"

"Ibu belum beritahu kamu ya?" ibu tersenyum.

"Beritahu apa?"

"Kayaknya sih kita belum beritahu siapapun." ucap ayah. "Ravi akan tinggal disini sementara. Om Yongseop teman karib ayah, tentu ayah gak bisa nolak permintaan dia."

Hyeri menjatuhkan sumpitnya untuk yang kedua kali. Dirinya seperti mendapatkan ledakan bom di telinga. Semua yang dikatakan sang ayah terngiang di otaknya.

"Kenapa kamu terus menjatuhkan sumpit?" tanya Taekwoon heran.

"Apa ayah sungguh-sungguh? Maksudku- kenapa dia harus tinggal disini?" Hyeri tergagap. Menoleh kesana-kemari dengan panik. Apalagi saat tak sengaja melihat kearah Ravi, ia mendapatkan tatapan tajam.

"Eh, bukan maksudku tak suka." Hyeri meralat kata-katanya. Seketika nyali nya ciut di depan Ravi.

Tapi aku memang BENAR-BENAR SANGAT TIDAK SUKA!

"Ada alasan yang gak bakalan kamu ngerti, Hyeri." ujar ayah bijak.

Hyeri lebih gak ngerti lagi sama kenyataan pahit yang harus dia hadapi! Huh.

"Yang jelas kita harus menyambut dengan hangat kedatangan Ravi ke dalam keluarga kita." kata ibu. Kelihatannya ibu yang paling senang dengan kehadiran Ravi. "Selama ini Taekwoon kesepian karena gak punya saudara laki-laki. Dia jadi suka kelayapan di luar. Dan buat ibu, ibu bisa percayakan Hyeri ke Ravi selama di sekolah."

Hyeri menggigit bibir bawahnya keras-keras. Mau protes- tapi takut. Di cengkramnya gelas yang ia pegang.

"Iya, tante." Ravi tersenyum tipis.

"Kamu suka balapan?" tanya Taekwoon.

Ravi mengendikkan bahu. "Lumayan."

"Bagus. Nanti aku ajak kau ke arena balapan paling seru, bro." Taekwoon menepuk pundak Ravi.

(On Hold) Lovely GengstaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang