Hyeri POV
"Aigoo, kenyang sekali! Kalian membuatku makan lebih banyak dari biasanya," aku menggerutu kesal. Tapi apa daya? Taekwoon oppa dan Hyeah tersenyum manis. Mereka membuatku tak bisa marah.
"Sudah ya? Aku mau kembali ke kamar Ravi."
"Eh? Tapi unnie belum habiskan makanannya," bujuk Hyeah, "ayo dihabiskan dulu unnieya."
"Kalian saja yang makan, bagaimana?"
"Oppa merasa sudah kenyang dengan melihatmu makan yang lahap," jawab Taekwoon oppa diiringi anggukan Hyeah.
"Aku juga!"
Mereka benar-benar kompak ya?
"Geotjimal ... Tadi, sewaktu aku makan, kalian memandangiku terus! Tidak mungkin kalau tidak tergiur." aku terkekeh.
"Iya deh! Aku mengaku. Kajja Hyeah-ya, kita makan semua ini."
Hyeah melotot, "hei! Oppa ini bagaimana sih?"
Taekwoon oppa dan Hyeah mulai sibuk sendiri, jadi aku memutuskan untuk pergi. Ku harap Ravi sudah bangun, tapi rasanya itu mustahil karena dia masih dalam pengaruh obat penenang.
Ku buka pintu kamar inapnya, dan mendapati brankar yang kosong dengan selimut berantakan. Seluruh pikiranku langsung blank.
Apa aku salah masuk ruangan?
Kamar nomor 268. Tidak, ini benar ruangannya!
Aku menyeruak ke dalam, mengecek seluruh sudut kamar, toilet pun ku periksa. Perasaanku bercampur aduk, bahkan rasanya aku belum percaya Ravi menghilang.
"Ravi!" aku keluar lagi, berlari di sepanjang lorong, memanggil namanya padahal sosok itu tak ku lihat dimana pun.
"Maaf, apa suster melihat pasien yang keluar dari kamar itu?" aku menunjuk ruang inap Ravi.
"Dia berjalan kearah sana."
Astaga! Sungguh lega aku mendengarnya. Aku hampir berpikir Junhyung datang dan melakukan hal buruk padanya. Setelah berterima kasih pada suster, aku langsung menuju kesana.
"Ravi- yaa ... Kau dimana?"
Tempat ini, semakin aku berjalan menyusurinya, semakin sepi dan jarang dilewati orang. Aku takut, Ravi! Ku mohon biarkan aku menemukanmu!
Kacamataku berembun. Pandanganku ikut mengabur. Apalagi dengan panik yang menyerang, mataku sembab nyaris menangis. Hah ... Kenapa dia begitu pintar membuatku khawatir? Kemana lagi aku harus---
Itu dia.
Aku tetap mematung, tidak mampu mendekatinya, juga menyerukan nama pria yang duduk termenung di bangku itu. Tiba-tiba Ravi menoleh seakan punya feeling kalau aku berada didekatnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" aku bertanya, dan terdengar sangat bodoh. Sebenarnya ... Aku hanya ingin menghambur kepelukannya.
Ravi berdiri. Di sampingnya ada tiang infus, dia membawanya kemana-mana. Setidaknya itu lebih baik daripada mencabut paksa jarum infus yang tertanam di punggung tangannya, kan? Aku tak bisa menahan perasaan ini lagi.
"Kau sudah sadar, seharusnya tunggu aku kembali ... " aku memeluk Ravi. Suatu hal yang menghadirkan rasa nyaman dan rindu sekaligus.
Air mataku menetes ke pundaknya. Itu air mata bahagia. Ku harap Ravi tak salah paham. Cepat-cepat ku hapus mereka dari pipiku, dan melihat pada Ravi. Senyumku langsung pudar.

KAMU SEDANG MEMBACA
(On Hold) Lovely Gengsta
Fanfiction{Cover - @yoon-hana's artwork} "Kaya, tampan, terkuat, berpengaruh. Disini aku yang paling berkuasa!" -Kim Ravi Pria yang memiliki segalanya. Hampir di butakan gemerlap dunia. Hingga suatu hari dirinya harus percaya bahwa bumi selalu berputar, dan i...