Ravi tak tahu sudah berapa lama ia terbaring di gudang tua itu. Pagi dan malam sama saja, gelap juga sesak tak berujung.
Ia hampir menyerah. Masih melekat di benaknya malam itu, saat Ravi menyerahkan diri pada The Gangster, adalah saat dimana untuk pertama kalinya ia pasrah akan hidupnya.
Tanpa perjuangan berarti.Dipukul, tendang, injak, pasung, kepala terendam air, dan gantung.
Heran saja mengapa ia masih bisa bernapas meski sudah tersengal-sengal. Mungkin tuhan merasa Ravi belum cukup dihukum. Kini di tengah keheningan yang menyelimuti ... Bayang-bayang Hyeri menari di pikirannya.
Ravi rindu gadis itu.
Seandainya ia bisa memeluk Hyeri. Seandainya ia bisa mendampingi Hyeri dan menghapus kesedihannya. Seandainya hari itu ia berlari bersama Hyeri. Seandainya, yang tak ada habisnya ...
Tapi, tak pernah ia menyesal untuk berkorban demi Hyeri.
"Pagi!" Junhyung membuka pintu gudang lebar-lebar, masuk diikuti beberapa anak buahnya.
"Lo masih bernapas, Ravi?" didekatinya Ravi sambil menenteng sebuah ember air. Kemudian, tanpa basa-basi diguyur Ravi dengan air berbau amis itu.
"Kenapa diam aja?" Junhyung berjongkok, "Lo udah sekarat, ya? Apa pura-pura mati biar gue bisa bebasin lo? Gue gak bisa ditipu!"
Junhyung mengangkat Ravi dengan cengkraman di kerah bajunya. Begitu sudah menggantung di udara, segera dilemparkan jauh-jauh. Kepalanya terantuk hingga mulai mengeluarkan darah, bahkan mimisan di hidungnya.
"Ravi gue tau lo masih hidup!" Junhyung mengacungkan pisau. Sejurus gerakan menyebabkan mata pisau itu menembus perut Ravi.
"Bawa dia masuk ke dalam mobil."
***
"Unnie, ku bawakan kau sarapan ... " Hyeah mengetuk pintu dengan hati-hati. Tak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan balasan dari Hyeri.
"Aku tak mau makan."
"Tapi unnie belum makan dari kemarin," Hyeah berkata cemas. Bukan hanya dia yang sudah bolak-balik ke kamar Hyeri dengan sepiring makanan yang tak tersentuh sama sekali. Ibu, ayah dan Taekwoon juga begitu, "aku mohon unnie."
"Tidak."
Ah, ingin menangis Hyeah rasanya. Ia membalikkan badan karena kehabisan cara. Tiba-tiba Taekwoon sudah berdiri di hadapannya, tersenyum lembut.
"Maaf, oppa, aku tak bisa membujuk Hyeri unnie untuk makan sarapannya." Hyeah menunduk.
"Justru aku yang minta maaf karena sudah merepotkan mu. Kenapa kita tak mencoba membujuknya bersama-sama?" Taekwoon membuka pintu kamar Hyeri.
"Kalian masuk ke kamarku tanpa izin," Hyeri berbaring membelakangi Taekwoon dan Hyeah.
"Eoh, adikku tersayang ... Maafkan oppa ya?" Taekwoon duduk pinggir kasur dan mengusap punggung Hyeri. Walaupun mata Hyeri terpejam, namun Taekwoon tau jika adiknya masih terjaga.
"Baiklah, boleh marah pada oppa asalkan pagi ini kau makan sarapanmu. Tau tidak? Oppa rela pergi ke pasar membeli bahan-bahan untuk makanan kesukaan mu," ucap Taekwoon. Diliriknya Hyeah untuk meminta dukungan.
"Taekwoon oppa benar. Ia akan senang jika unnie mau menghabiskan sarapannya," kata Hyeah.
"Hyeri-ya, bagaimana kalau ku suapi?" bujuk Taekwoon. Hyeri menggeleng-geleng.
"Hyeah saja yang suapi ya?" gantian Hyeah yang membujuk. Namun lagi-lagi Hyeri menggelengkan kepala.
"Aigoo anak ini ... " desis Taekwoon gemas, "kau mau dengar berita baik? Oppa punya, loh, Hyeri."
Taekwoon berdeham. Diliriknya (lagi) Hyeah dengan penuh arti sebelum akhirnya berkata, "aku dan Hyeah sudah jadian."
Hyeah membulatkan mata dan mendadak berdiri kaku. Hampir saja nampan berisi makanan terlepas dari tangannya. Apa maksud Taekwoon, sih?
"Jinjja?" Hyeri melirik Taekwoon lewat ekor matanya. "Oppa bohong, deh. Paling-paling gagal lagi."
"Anniya!" Taekwoon menarik tangan Hyeah dan merangkul bahunya, "lihat kan?"
"Benar Hyeah?" Hyeri masih tidak yakin, matanya menatap Taekwoon dan wajah panik Hyeah bergantian.
"Tidak-"
Taekwoon mengecup pipi Hyeah, hingga mau tak mau gadis itu bungkam. Wajah memerah seperti tomat, ia sembunyikan dengan menunduk dalam-dalam.
"Tidak salah lagi," sambung Taekwoon.Hyeri bangkit dari posisi tidurnya dan merentangkan tangan memeluk Taekwoon dan Hyeah, "selamat untuk kalian berdua, maaf aku harus bersedih disaat bahagia seperti ini ... "
Taekwoon dan Hyeah termangu. Jelas sekali mereka lihat kesedihan di mata Hyeri, meskipun bibirnya tersenyum.
"Kami akan berusaha mengembalikan kebahagiaan unnie," ujar Hyeah.
"Karena kami sayang padamu, Jung Hyeri."
Hyeri mengusap air mata yang meleleh ke pipinya tanpa sepengetahuan kedua orang itu. Ia cepat-cepat mengangguk dan berjanji takkan bersedih lagi.
Meski ia sendiri tidak yakin.
To Be Continued
(A/N) yoon-hana kali ini lanjutan nya agak pendek (bangeeet kak) :"c maaf loh gak sesuai harapan, insyallah part selanjutnya dibuat lebih panjang /.\

KAMU SEDANG MEMBACA
(On Hold) Lovely Gengsta
Fanfiction{Cover - @yoon-hana's artwork} "Kaya, tampan, terkuat, berpengaruh. Disini aku yang paling berkuasa!" -Kim Ravi Pria yang memiliki segalanya. Hampir di butakan gemerlap dunia. Hingga suatu hari dirinya harus percaya bahwa bumi selalu berputar, dan i...