Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Hyeri setia menunggu di luar kamar inap sang kakak. Padahal ia setengah mati lelahnya. Seharian ini, belum mengganti pakaian sekolahnya atau mandi.
Ia menatap kosong ke arah pintu kamar inap Taekwoon. Setengah dari dirinya berharap agar dokter membolehkan nya masuk kesana. Namun di sisi lain, ia takut melihat kakak nya dalam kondisi yang miris.
"Bu, sebaiknya ibu pulang saja. Aku akan berjaga disini." kata Hyeri.
"Iya tante, aku juga akan menemani unnie." dukung Hyeah.
Ibu yang hampir tertidur menggeleng lemah. Kemudian tersenyum tipis. "Anak-anak, justru harusnya kalian yang pulang. Nak Ravi?"
"Iya tante?" jawab Ravi.
"Antar Hyeri dan Hyeah pulang, ya?"
"Bu! Kumohon, biarkan aku menjaga oppa." Hyeri menggenggam tangan sang ibu dengan tatapan memohon. "Ibu pun kelihatan capek. Ibu perlu istirahat."
"Apakah ibu tega meninggalkan kalian disini?"
"Ah, begini saja. Bagaimana kalau ibu pulang, lalu besok kembali lagi sambil membawa makanan yang enak? Selimut hangat? Ayolah bu." Hyeri terus membujuk ibu. Akhirnya pendirian sang ibu goyah. Ia mengangguk sambil mengusap puncak kepala Hyeri.
"Aku perlu menelpon ayah untuk menjemput ibu." Hyeri merogoh ponselnya.
"Tidak usah! Ibu bisa pulang sendiri. Ayahmu sedang di luar kota, ibu tak mau membuatnya khawatir."
"Ibuuu..." Hyeri menggeleng keras. Ibunya ini tak pernah mau merepotkan orang. "Ayah perlu tahu kalau Taekwoon oppa kecelakaan."
"Ibu sengaja tak memberitahunya. Biarkan ia tahu kalau sudah pulang saja."
Hyeri membulatkan mata sambil memandang lurus ke ujung lorong koridor. "Bu... Tapi ayah sudah ada disini."
Mereka- yang ada di depan kamar Taekwoon, sontak menoleh. Ayahanda Hyeri berjalan tergesa menghampiri mereka. "Bagaimana keadaan putra sulungku?"
Ibu menunduk dalam. Bagaimana suaminya itu bisa tahu?
"Ayah, ada yang lebih penting dari itu. Tolong antarkan ibu pulang. Nah, biar kami bertiga yang menjaga oppa."
"Apa kalian tak apa-apa?" tanya ayah sambil mengerutkan kening ragu. Di tuntunnya sang istri- ibu, untuk bangun dari bangku nya.
Ketiganya kompak mengangguk.
"Ravi, tolong jaga Hyeri dan Hyeah. Om percaya padamu." Ayah menepuk pundak Ravi sebelum ia pergi bersama ibu.
Di beri kepercayaan seperti ini, Ravi tak tahu harus apa. Ia hanya menerawang ke depan, tak ada yang ia lakukan selain menunggu.
"Ada apa Hyeah?" tanya Hyeri saat melihat mimik wajah Hyeah berubah sambil menatap ponselnya.
"Aku sudah bilang kalau aku takkan pulang malam ini," Hyeah menoleh dan raut wajahnya tampak putus ada. "Tapi sepertinya tidak boleh. Kakakku memaksa menjemput kesini."
"Aku harus apa, unnie?"
"Kalau kau memang harus pulang, tidak apa Hyeah. Kan.. Masih ada aku dan Ravi." Hyeri memaksakan senyum. Padahal ia ogah berdua saja dengan Ravi. Ravi menoleh dan mengangkat alis saat namanya di sebut.
"Tapi aku sungguh ingin menunggu Taekwoon oppa sadar." Hyeah nyaris menangis lagi. Hyeri iba pada gadis itu.
"Baiklah, ku pastikan kau ada disamping kakak ku saat ia sadar. Jangan khawatir, Hyeah."
KAMU SEDANG MEMBACA
(On Hold) Lovely Gengsta
Fanfiction{Cover - @yoon-hana's artwork} "Kaya, tampan, terkuat, berpengaruh. Disini aku yang paling berkuasa!" -Kim Ravi Pria yang memiliki segalanya. Hampir di butakan gemerlap dunia. Hingga suatu hari dirinya harus percaya bahwa bumi selalu berputar, dan i...