Bagian 8
Lagu Born For This milik Paramore kini tengah melantun keras di dalam ponsel Allegra yang ia dengarkan melalui headset. Sesekali kepalanya mengangguk-ngangguk menikmati musik bergenre rock itu sembari menyesap sekotak susu vanilla yang ia beli di minimarket.
Matanya menelusuri jalanan yang cukup sepi. Well, weekend kali ini sangatlah menyenangkan. Ia menghabiskan hampir setengah waktunya di perpustakaan kota California yang ternyata sangat bagus dan lengkap. Ditambah setengah jam terakhir, Harry meneleponnya. Menanyakan kabar dan berbincang mengenai segala hal. Hingga akhirnya kini ia tengah duduk santai di halte, menunggu bus datang yang akan membawanya pulang dalam keadaan bahagia.
Tepat saat lantunan lagu berakhir, berganti ke lagu lain yang Allegra tidak sadari sekarang. Ia teralihkan karena melihat seorang wanita paruh baya yang tengah menyebrang kearahnya sembari membawa banyak kantung belanjaan. Tubuhnya sedikit gempal, ditambah memakai mantel yang cukup besar membuat wanita itu terlihat sangat kerepotan. Hingga sampai di tempat yang ia sebrangi, yakni di depan halte tempat Allegra duduk, salah satu kantungnya jatuh. Isinya adalah buah jeruk yang kini berhamburan menggelinding ke segala arah. Sontak Allegra segera melepas headsetnya, bergegas membantu wanita itu.
Wanita itu tengah panik sembari memungut beberapa jeruk yang masih mampu dijangkau olehnya. Allegra bergegas mengambil jeruk-jeruk yang menggelinding cukup jauh. Wanita itu sempat terkejut dan tertegun beberapa lama melihat seorang gadis yang tengah membantunya, hingga tak menyadari kini salah satu kantung belanjaannya terambil alih oleh Allegra.
"Kau baik baik saja Nyonya? Aku akan membantu membawakan ini." Ujar Allegra sembari tersenyum lembut dan mengangkat kantung belanjaan yang sudah terisi kembali ke hadapannya. Wanita itu tersenyum kala melihat mata hijau milik Allegra hingga tak menyadari kepalanya yang bergerak mengangguk.
***
"Masuklah." Ujar Lucy, sang wanita paruh baya itu yang kini tengah membuka pintu apartemen mewah bernomor 139.
Tanpa ragu, Allegra mengangguk dan mulai melangkahkan kakinya memasuki apartemen. Seketika pandangannya di hadapkan dengan lorong pendek yang akan membawanya ke dalam ruangan. Setelah melewati lorong, Allegra mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menelusuri tatanan ruangan yang begitu rapi. Berdominasi warna putih, dan peach, dengan interior yang sederhana. Allegra tak melihat benda berbahan berbahan kaca satu pun, semua klasik, dan terkesan simple.
"Duduklah, aku akan menyiapkan minum." Ucap Lucy lagi sembari membawa seluruh kantung belanjaannya dan mulai berjalan ke belakang. Allegra berniat membantu namun Lucy mencegahnya. Akhirnya dengan terpaksa ia duduk di sofa besar berwarna putih pucat yang begitu wangi.
Kepalanya mendongak, kembali melihat sekeliling. Sebenarnya ruang tamu ini bosan untuk dilihat. Tak ada pigura yang biasanya menampilkan banyak foto, tak ada vas bunga di meja, tak ada guci, tak ada hiasan-hiasan rumah selain patung-patung cupid berbagai ukuran yang terbuat dari keramik, terletak di berbagai tempat. Aneh memang, tapi entah mengapa Allegra tetap merasa nyaman. Ditambah dengan aroma Lavender di sekitar membuatnya tidak bisa untuk tak bersandar di sofa empuk ini yang ternyata beraroma sama.
Apartemen Lucy termasuk apartemen mahal. Terlihat dari gedungnya yang mencapai puluhan lantai, dan luas apartemen di dalamnya yang hampir seperti rumah mewah. Berbeda jauh dengan apartemen yang ia tinggali. Allegra juga yakin, pasti salah satu artis Hollywood ada yang menyewa salah satu kamar disini. Pikirannya mulai berpendar ke segala arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES [DISCONTINUED]
Fiksi PenggemarAllegra Stewart. Gadis bengis, rakus, aneh, angkuh, dan menyebalkan. Wajahnya juga tidak terlalu cantik. Yaa..walaupun otaknya cukup pintar. Tapi, siapa yang menyangka jika gadis sejenis itu bisa diperebutkan oleh dua cassanova tampan di sekolahnya...