BAGIAN 10

2.6K 263 31
                                    

Bagian 10













"Lepaskan aku, Justin."

Aku bisa merasakan lingkar tangan Justin di pinggangku melonggar hingga akhirnya terlepas. Kurasakan napas lembut dan tubuh kokohnya mulai menjauh di belakangku. Tubuhku kaku, Justin menjauh hingga aku berdiri sendiri dikelilingi para tamu undangan pesta Hailey yang memandang penuh ke arahku ditemani keheningan. Oh, Justin menjauh dan itu malah membuat diriku merasa tak di lindungi lagi. Aku benar-benar malu!

Kulihat tiga orang pria berjalan ke arah Liam, satu orang diantaranya ada Niall yang kutahu adalah kekasih Kylie. Mereka membawa Liam yang terlihat sudah pingsan. Oh astaga, maaf. Aku hanya bisa diam melihat kepergian mereka dan hanya bisa pasrah jika Hailey akan memusuhiku karena hal gila ini.

Tak lama, Harry muncul di balik gerombolan orang-orang yang tengah menontonku. Oh, syukurlah. Kulihat ia membawa mantel besar berwarna biru gelap, wajahnya menyimpan sejuta kegusaran saat menatapku dalam langkahnya. Dan lagi lagi aku hanya bisa diam. Tubuhku seperti dibekukkan oleh rasa malu yang sialan betul.

Harry kini berdiri tepat di hadapanku lalu dengan cekatan ia menyampirkan mantel bawaannya di tubuhku. Matanya kembali mengarah penuh padaku, bisa kurasakan itu di puncak kepalaku. Aku menunduk, menatap matanya saja aku tidak berani lagi. Ia pasti terkejut jika melihat keadaan Liam tadi.


"Kita pulang, okay? I'm sorry."


Aku mengangguk pasrah. Memang itu pilihan terbaik yang harus dilakukan mengingat hal gila yang menimpaku. Aku tidak mungkin melanjutkan pesta begitu saja. Mood-ku sudah hilang. Aku benar benar akan menjadi wanita tak tahu diri jika melanjutkan pesta disini.

Harry merangkulku dan mulai mengajakku berjalan keluar. Oh, aku benar-benar berterimakasih atas perlakuannya yang bisa membuatku rileks. Kutengokkan kepalaku ke arah Justin yang kini tengah menatapku dengan tampang datarnya.


Untuk pertama kalinya, "Thank's." gumamku lirih pada Justin dan memaksakan diri untuk memamerkan senyumanku. Ini tulus, sungguh! Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika Justin tak meleraiku tadi.


Justin membalas dengan anggukan tegas. Hatiku benar benar merasa lega setelah merasakan itu lantas kembali berbalik. Syukurlah, ia tengah menjadi baik.








***








Keheningan langsung melanda suasana kami saat Harry mengantarku pulang dengan mobilnya. Ia duduk di sebelahku dengan santai tanpa memegang stir kemudi. Supir sialan! Kenapa kau tak pergi saja!? Biarkan Harry sibuk menyetir agar ia tidak mengintograsiku dengan pertanyaan macam-macam!


"Apa yang Liam lakukan padamu?"


Great! Dengar!? Suara otoriternya yang khas mulai keluar begitu menusuk dalam dadaku. Maksudku, dia mengenal Liam. Siapa tahu saja jika Liam itu temannya? Lalu aku bagaimana? Aku tidak mau jika Harry menjauhiku setelah ini. Oh astaga, aku seperti gadis pengidap gangguan jiwa tadi! Dan aku menyesal!


"Dia melecehkanku."


Kulihat Harry menegakkan tubuhnya dari jok mobil saat mendengar jawabanku. Kilatan gelap dimatanya semakin kentara saat kuperhatikan itu diam diam. Ia menoleh ke arahku, bisa kudengar geraman aneh terdengar di mulutnya yang terkatup rapat. Rahangnya mengeras, kepalanya sedikit bergetar, dan hembusan napasnya terdengar berat. Dia marah, dan tersinggung mungkin? Liam betul temannya? Ya Tuhan, pria-ku marah karena aku!


SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang