Bagian 30
Studytour berakhir. Meninggalkan kenangan, meninggalkan kisah, meninggalkan pengalaman dan hal bermakna lainnya. Kepulangan siswa-siswi Perkins dari Italia ibarat membawa bencana bagi Allegra. Selain malas menghadapi rutinitas sekolah yang membosankan, permasalahannya dengan Justin belum juga terselesaikan. Lima hari pasca kepulangannya dari Italia, Justin seakan lenyap begitu saja. Ia absen dari sekolah, bahkan ponselnya tidak aktif. Beberapa kali Allegra berpapasan dengan Hailey, hendak menanyakan keberadaan lelaki itu. Namun Hailey tampak menghindarinya dan terlihat berbeda dari biasanya.
Allegra merasa pening.
Dan Harry? Oh, Allegra menghindarinya. Beberapa kali lelaki berambut ikal itu datang ke apartemennya hanya untuk menanyakan perihal hubungan mereka, namun Allegra selalu menolak kedatangannya meski ia harus membuat berbagai macam alasan untuk mendorong Harry keluar. Entahlah, rasanya semua hampa saat Justin tidak ada lagi di sisinya. Tak bisa dipungkiri, Allegra merasakan kehilangan itu. Ia mulai mampu mengakui pada dirinya sendiri bahwa; hatinya membutuhkan Justin.
Bedebah! Allegra mendecak lantas merutuk dalam hati. Memikirkan Justin, Harry, Justin, Harry, hanya membuat kepalanya pusing. Sembari berjalan menapaki koridor sekolah ia menekuk wajahnya dengan masam. Serasa tak ada gairah untuk hidup. Padahal Allegra sudah menghabiskan dua roti croissant, satu piring pancake, dan dua gelas susu vanila untuk menambah stamina dan memenuhi perutnya yang rakus. Namun perut kenyang ternyata tak mampu menambah banyak mood Allegra untuk saat ini. Menu sarapannya itu hanya mampu menambah 5 persen moodnya yang berkurang 75 persen. Hah, namun setidaknya Allegra merasa kenyang.
Tak peduli keadaan sekitar, Allegra terus berjalan seraya menundukan kepalanya lantas mendengus. Sungguh, tak seperti biasanya ia merasa malas untuk belajar dan memulai rutinitasnya. Ingin rasanya ia kembali lalu membolos--meski rasanya mustahil. Karena selama bersekolah di Perkins Allegra belum pernah absen barang satu hari pun. Saat sakit saja ia masih tetap bersekolah--meski akhirnya ia memuntahi kaus orang lain. Haha, dan mengingat itu, Allegra kembali teringat Justin. Sial!
Allegra sudah nyaris sampai memasuki kelas yang entah mengapa terdengar begitu ribut. Saat berniat untuk berlari kecil memasuki kelas, tiba-tiba para murid yang berada di kelas berhamburan keluar. Sontak Allegra terkejut dan tubuh mungilnya tertubruk oleh bahu beberapa orang. Allegra nyaris saja limbung dan jatuh jika ia tidak menjaga keseimbangan tubuhnya dengan baik.
"Hei!" pekiknya tajam saat seseorang yang tak tahu pastinya siapa menabrak pundaknya cukup keras.
Saat segerombol murid sialan yang mirisnya merupakan teman-teman di kelasnya itu keluar, iris mata hijau Allegra mengikuti arah langkah mereka berlari. Allegra bisa melihat dengan jelas teman-teman satu kelasnya itu berlari beramai-ramai mengerumuni sesuatu tepat di tengah lapangan. Kebetulan kelasnya memang berjarak dekat dengan lapangan outdoor sekolah. Well, ada apa, batin Allegra penasaran alih-alih mengikuti langkah teman-temannya untuk menghampiri kerumunan tersebut.
"Alle!" Allegra tersentak dan praktis menoleh. Ada Selena dan Cara yang kini menatapnya panik. "Cepat! Ke kerumunan itu, cepat! Justin dan Harry, mereka berkelahi!"
Tanpa mendengar penjelasan apapun lagi dari Cara maupun Selena, Allegra melempar ranselnya ke arah mereka berdua lantas berlari kencang menuju lapangan yang kian ramai dikerubuni orang-orang. Hah, terulang lagi, batinnya. Kejadian ini dulu pernah terjadi, dan seperti biasanya murid-murid Perkins terlalu tolol mengambil tindakan untuk melerai perkelahian, alih-alih menjadikannya tontonan laga gratis.
Menahan deru napas yang memburu, Allegra berderap cepat menghampiri kerumunan orang yang kini sudah berjarak dekat dengannya. Tanpa ragu Allegra mendorong tubuh beberapa orang dan mendesak masuk ke dalam kerumunan. Tanpa peduli akan reaksi orang yang tercekik kesakitan saat Allegra menarik kerah kaus mereka untuk bisa melesak masuk. Merunduk, mendorong, mendesak, akhirnya Allegra sampai di barisan terdepan kerumunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES [DISCONTINUED]
FanfictionAllegra Stewart. Gadis bengis, rakus, aneh, angkuh, dan menyebalkan. Wajahnya juga tidak terlalu cantik. Yaa..walaupun otaknya cukup pintar. Tapi, siapa yang menyangka jika gadis sejenis itu bisa diperebutkan oleh dua cassanova tampan di sekolahnya...