BAGIAN 21

2.3K 261 18
                                    

Bagian 21



         Dengan berusaha sekuat tenaga, Allegra menarik kalung emas besar milik Justin, membuat lelaki itu merasa tercekik dan tersadar. Justin menghentikan aksi brutalnya lalu menghempaskan kerah kemeja Harry. Kemudian ia bangkit seraya mendendang tubuh Harry yang kini terkapar di atas lantai marmer.

        "Shit!" umpat Justin menahan amarahnya yang meletup-letup.

        Ia beralih menatap Allegra. Lantas bergegas menghampiri gadis itu. Namun sepersekian detik Allegra melangkah mundur.

        "Kau gila? Kau hampir membunuh Louis dan dia!" cercah Allegra tajam sembari melirik Harry lewat sudut matanya.

        Justin hanya bungkam seraya berjalan cepat menghampiri Allegra. Ia buru-buru menarik lengan Allegra hingga gadis itu tak memiliki kesempatan lagi untuk menjauh.

         "Kita pergi."

         Tak ada waktu lagi bagi Allegra untuk membantah. Ia menuruti kemauan Justin yang sudah siap menuntunnya. Meski hati kecilnya serasa teriris kala matanya menangkap sekilas keadaan Harry yang menyedihkan. Ingin rasanya Allegra berbalik lalu membawa Harry ke ruang kesehatan, mengobatinya seperti dulu saat Justin pernah menghajar Harry di taman belakang. Namun situasi kali ini berbeda, kekecewaan yang Allegra rasakan terlalu menguasai dirinya.

        "Tunggu."

        Suara khas Harry terdengar terbata dan parau. Allegra merasa tercekat saat mendengarnya. Justin yang hendak berjalan pergi sontak berhenti. Diikuti Allegra yang perlahan berbalik dengan hati yang terasa kian perih. Entah mengapa.

        "Kau tidak bisa mengatur Allegra seenaknya. Dia bukan milikmu." lirih Harry dengan tajam.

         Justin menggeram. Genggaman tangannya yang bertaut dengan Allegra semakin mengerat. "Diam, keparat."

         "Biarkan dia memilih. Di sini, sekarang juga. Biarkan dia memilih di antara aku dan kau." Harry terbatuk. "Jangan jadi pria pecundang yang egois, Mr.Perkins."

          Allegra bisa melihat rahang Justjn yang mengeras. Melihat wajah Justin yang seperti itu membuatnya merasa ngeri. Justin tampak sangat marah. Ucapan Harry selalu berhasil membuat amarah Justin tersulut. Genggaman tangan Justin pun kian mengerat, bahkan membuat Allegra diam-diam meringis menahan sakit.

        "Dia tidak mungkin sudi memilihmu lagi, Styles. Urusi saja Scarlett jalangmu itu. Kau pikir Allegra ini apa!? Bocah berumur lima tahun?" Justin menyeringai. "Jangan bodoh."

        "Scarlett bukan jalang." Harry berdecak. "Kau takut jika Allegra tidak memilihmu?"

        Sakit. Rasa sakit itu kian membuncah di dalam dadanya. Perkataan Harry barusan serasa menghujam jantung Allegra dengan telak. Menularkan rasa aneh yang teramat dalam, menohok, menyakitkan. Scarlett bukan jalang, apa sebegitu pentingnya Scarlett bagi Harry? Pembelaan itu sangat menunjukan bahwa Harry tidak suka jika ada yang mengusik Scarlett. Allegra mengerjap, ia menahan diri mati-matian untuk menjaga raut wajahnya agar tidak terlihat terkejut atau menampakan emosi apa pun di wajahnya.

        Tiba-tiba, Justin menghempaskan tautan tangannya. Allegra terheran seraya menengok ke arah Justin, namun Justin dengan cepat mendorong tubuh mungil Allegra sehingga gadis itu hampir terperosok ke depan. Kini Allegra tepat berdiri di antara Justin yang berdiri di ambang pintu dan Harry yang terkapar di tengah ruang musik.

SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang