BAGIAN 1

6.6K 385 12
                                    

Bagian 1



     Suasana pagi di California cukup cerah hari ini. Walaupun hawa dingin masih terasa, itu tak memutuskan rasa semangat Allegra dalam menjalankan hari pertamanya untuk bersekolah. Ya, ini hari pertamanya untuk memulai aktifitas baru, hari baru, suasana baru di California. Ia dan ibunya harus pindah ke California karena urusan pekerjaan. Ibunya yang bekerja sebagai staf accounting di perusahaan kecil, harus pindah ke California dan menetap disini karena alasan tertentu. Sementara ayahnya, kini menghilang setelah bercerai dari ibunya. Tanpa tanggung jawab. Membuat ibunya harus menjadi orang tua tunggal.

Allegra segera bergegas keluar dari apartemennya. Dengan keadaan yang sedikit berantakan karena ia sedikit terlambat. Ibunya yang tak pulang karena lembur, membuatnya tak biasa untuk bangun sendiri dalam keadaan tepat waktu. Ia segera berlari menyusuri trotoar yang sudah ramai di padati orang-orang, menuju Halte Bus yang juga di padati orang yang bersiap untuk bekerja. Tak perlu lama bagi Allegra untuk menunggu Bus datang, ia segera melangkahkan kakinya naik kedalam Bus. Matanya dengan sigap berpendar mencari kursi kosong untuk ia tempati. Dan akhirnya, ia menemukan satu kursi yang ada di dekat jendela Bus. Allegra segera menghampiri kursi itu dan menjatuhkan tubuhnya yang masih terasa lemas disana, lalu matanya terpejam sesaat merasakan kepalanya yang sedikit berdenyut. Sepertinya ia terserang flu karena terkena hujan semalaman.

     Matanya kembali terbuka melihat ke jendela Bus. Menatap keindahan kota California yang begitu cantik di pagi hari. Pikirannya mulai terbang luas membayangkan hal apa yang akan ia alami disekolah nanti. Mengingat beasiswa yang ia dapat ketika mengikuti test, pencapaian yang sangat baik baginya selain mengikuti beberapa olimpiade sains. Allegra termasuk murid yang pintar, cerdas, dan berprestasi disekolah lamanya. Ia berharap semoga prestasinya masih bisa terjaga dengan baik di sekolah barunya nanti. Dan tiba-tiba pikirannya membayangkan hal lain, bagaimana jika ia mengalami hal menyebalkan disekolah barunya? Mengingat sekolah yang akan ia tempati merupakan sekolah yang cukup bergengsi di California. Dan pasti orang-orang didalamnya bukanlah orang-orang biasa.
Tiba-tiba Bus yang ia tumpangi berhenti, Allegra tersadar dari kecamuk pikirannya sembari bangkit dari kursinya. Ia sudah sampai. Matanya kembali berputar melihat para penumpang yang rata-rata berumur kepala tiga. Tak ada yang ikut bangkit sepertinya. Ia memastikan mungkin saja ada seseorang yang sama-sama bersekolah disini, dan ikut bersamanya untuk turun dari Bus lalu menjadi teman baik. Namun nyatanya nihil. Bahkan para penumpang kini menatapnya penuh teka-teki. Apa yang salah? Ia sudah sampai di depan sekolah barunya. Apa ia salah untuk turun disini?

     Allegra mengedikkan bahu tak peduli dan segera melangkah cepat menuju pintu keluar Bus setelah membayar terlebih dahulu. Kakinya mulai melangkah turun menuruni tangga kecil di pintu keluar Bus. Setelah turun, kepalanya mendongkak antusias melihat sekolah barunya yang benar-benar besar, megah, sangat berbeda dengan sekolahnya yang dulu.

    Perkins High School, sekolah barunya.



        "Kau kesini? Naik itu?" suara otoriter yang dikenali begitu jelas terdengar di telinga Allegra. Ia segera menoleh kearah suara dan menemukan si pria bermata hijau yang membantunya kemarin malam.

        "Ah ya, apa salahnya?" Balas Allegra seperlunya membuat Pria itu terkekeh geli hingga menimbulkan lesung pipit yang menggoda diwajahnya. Pria itu tersenyum, kearahnya! Sebuah pencapaian yang  signifikan mengingat saat kemarin pria itu sangat tidak menyenangkan. Namun ia menarik perhatian Allegra karena tampan dan sosok pria maskulin seperti kriterianya. Ia sungguh terpesona. Hingga tak menyadari, pria itu berjalan kearahnya.

        "Allecia, kau Allecia."

        "Allegra, bukan Allecia."

        "Ah, ya Allegra. Kau belum tahu namaku? Aku Harry Styles." Mata hijau yang sedikit keabuan terkena sinar matahari kini memandang Allegra penuh kelembutan. Tak ada nada ketus yang terlontar dari mulutnya seperti kemarin malam.

SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang