Bagian 32
Author's View
Sepanjang eksistensinya, Justin Bieber Perkins tidak pernah memedulikan kata 'i love you' yang diutarakan gadis-gadis di sekelilingnya. Ia tidak percaya apa itu cinta, karena menurutnya, cinta itu abstrak, tak berarti, merusak, mudah diucapkan dan membuat beberapa gadis terkesan begitu rendahan jika dengan mudah mengatakannya. Tapi kali ini, Justin tahu semua itu salah besar. Cinta adalah sesuatu yang istimewa. Setelah Justin mendengar suara parau Allegra yang menurutnya selembut beledu, mengatakan kalimat yang sebenarnya krusial itu, Justin tahu bahwa kini ia benar-benar jatuh cinta.
"Katakan sekali lagi, bisakah kau?" bisiknya, kedua lengan kekarnya merengkuh tubuh mungil Allegra lebih erat.
"Kau bilang aku tidak boleh mengatakan apapun." bisik Allegra. Justin tersenyum saat merasakan jemari lembut Allegra bermain-main di sekitar dadanya.
"Kalau kau ingin mengatakan i love you, itu pengecualian."
Tawa haru terdengar oleh Justin, tubuh Allegra sedikit bergetar dalam dekapannya. Justin memejamkan mata sejenak lantas meraih dagu Allegra untuk mengarahkan ke hadapannya. Mereka kembali saling bersipandang. Memadu tatapan menjadi bersirobok dalam. Di balik wajah Allegra yang selalu tampak berang di setiap waktu, kini ia menyematkan senyuman manis yang sungguh membuat jantung Justin berdetak lebih cepat.
"Lukamu." tiba-tiba Justin berucap penuh khawatir saat menyadari memar di sudut bibir Allegra yang terlihat jelas.
"Tidak apa-apa. Aku sudah mengobatinya." alih-alih menanggapi kekhawatiran Justin, Allegra hanya menanggapinya dengan senyuman lebar tanpa memedulikan rasa sakit yang berdenyut di sudut bibirnya. Air mata masih mengalir di kedua pipinya yang kini memerah. Mata hijaunya yang selalu tampak mendung, kini menatap Justin dengan begitu intens, air mata yang menggenang di pelupuk matanya membuat Allegra memandang Justin berbinaran. Ini kali kedua Justin melihat Allegra menangis. Dan... sungguh, demi apapun, Justin begitu mencintai gadis di hadapannya ini.
"I love you." Allegra berbisik lagi. "Terima kasih kau sudah memaafkanku."
Justin balas tersenyum seraya menangkup pipi Allegra perlahan lantas menghapus air mata yang membekas dengan ibu jarinya. "I love you too. Sekali lagi, please?"
Allegra lagi-lagi terkekeh penuh haru. Ya, tak ada yang lebih melegakan lagi setelah mengatakan rasa yang sebenarnya pada Justin. Bukan sebuah kesalahan'kan jika ia berkata jujur? Meski sebelumnya ia sulit menyimpulkan dan terus mengelak perasaannya. Namun kini Allegra sadar bahwa ia membutuhkan Justin. Allegra ingin Justin bersamanya, dan menorehkan banyak warna dalam kehidupannya. Tolong jangan ingatkan Allegra soal apapun lagi, ia hanya ingin Justin. Dan Allegra benci merasakan penyesalan yang pernah menderanya.
"I love you, i love you, i love you, i love you, i love you, i love you, i love you--"
"Oke, cukup." Justin terkekeh seraya membekap mulut Allegra. "Trims, Baby Alle."
Senyum Allegra kembali terbit saat Justin melepaskan bekapannya. Mereka saling melempar tawa kecil selama sejenak. Merasa begitu bahagia setelah berhasil menyelesaikan pertengkaran mereka dengan akhir yang manis. Baik Allegra maupun Justin sama-sama mensyukuri itu. Justin tidak mau membahas kesalahan Allegra yang justru membuat kebahagiaan ini berkahir. Tidak, selama Allegra mampu menyembuhkan luka yang sebelumnya ia torehkan. Tidak, selama Justin masih mencintainya.
"Justin?"
"Hm?" Justin berdehem tanpa berhenti memandangi wajah Allegra. Gadis itu sudah menghentikan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES [DISCONTINUED]
FanficAllegra Stewart. Gadis bengis, rakus, aneh, angkuh, dan menyebalkan. Wajahnya juga tidak terlalu cantik. Yaa..walaupun otaknya cukup pintar. Tapi, siapa yang menyangka jika gadis sejenis itu bisa diperebutkan oleh dua cassanova tampan di sekolahnya...