Bagian 27
"Allegra?"
"Wow,"
"Astaga, apa benar dia?"
"Well, iya. Dan dia pacarku."
Justin merangkulku lebih erat, iris matanya memandang tajam murid-murid Perkins yang berada di sekitar pesisir pantai. Aku hanya bisa mendengus menanggapi perkataan ketus Justin pada orang-orang yang tengah memerhatikanku. Well, malam ini aku memang terlihat cantik. Tadi siang saat kami berjalan-jalan Justin membelikanku banyak pakaian dan makanan. Dan kini dia menyuruhku untuk memakai dress putih sialan yang sebenarnya tidak aku sukai. Ya, aku memang terlihat cantik. Tapi, Hei! Gadi-gadis di sekitarku berpakaian lebih santai dengan hotpants dan tank top berwarna-warni. Padahal aku sudah menyiapkan pakaian pantai terbaikku yakni kaus hitam bertuliskan 'FVCK' yang dipadu dengan hotpants berwarna biru. Aku juga sudah membayangkan kenangan indahku bersama Cara dan Selena, kami bisa berlarian di sekitar pantai lalu menari seperti orang sinting. Dan aku sudah berniat untuk melempari wajah mereka berdua dengan pasir. Akan terasa menyenangkan bila itu terjadi. Tapi sialnya, Justin terus menempel di dekatku sehingga Cara dan Selena lebih memilih untuk menghabiskan waktu berdua saja tanpa mengajakku. Huh, Justin benar-benar sialan.
Kami tengah berada di pantai Monterosso, Cinque Terre, Italia. Setelah kami menikmati makanan enak dan waktu berbelanja di Pisa, akhir dari jadwal studytour kami untuk hari ini adalah bersenang-senang di pantai. Kuakui Monterosso sangatlah indah, di sini kami tidak menginap di hotel mewah melainkan di rumah sederhana khas orang-orang desa di Italia. Ya, kami memang akan bermalam di sini dan kurasa ini akan menjadi menyenangkan. Tapi entahlah.
Bedebahlah dengan dress putih sialan yang Justin berikan untukku, pantai yang dihiasi semburat jingga di sore hari terlalu indah untuk di lewatkan. Aku melepaskan genggaman tangan Justin lantas melimbai pergi menghampiri bibir pantai yang digulungi ombak indah. Para murid Perkins mulai menari ketika alunan musik modern dengan unsur EDM mulai terdengar meramaikan suasana pantai di sore hari. Geez, apa-apaan? Apa orang desa di sekitar sini tidak keberatan jika kami berpesta tanpa ijin? Well, entahlah, tapi sungguh aku merasa ingin muntah saat melihat murid-murid Perkins menari dengan tarian gila khas anak pesta.
Suasana kian ramai nan riuh. Aku juga tidak mengerti mengapa pantai ini seakan dikuasai oleh kami, bahkan beberapa pasangan yang termasuk dalam murid Perkins ada yang berciuman. Benar-benar tolol, apa guru-guru tidak akan menegur mereka!? Jika dibebaskan begini, mungkin aku bisa menari-nari hingga tenggelam di tengah laut. Okay, itu mengerikan. Tapi sungguh, aku tidak suka ketika para murid Perkins dibebaskan seperti ini. Guru-guru itu terlalu bodoh.
Matahari mulai terlihat begitu mencolok. Semburat jingga menghiasi sekitarnya. Tanpa peduli suara musik sialan, tanpa peduli akan keramaian, aku memilih untuk memandangi matahari itu. Dan entah anugrah yang datang darimana, tiba-tiba aku memanjatkan do'a pada Tuhan. Do'a paling tulus yang pernah kupanjatkan selama satu minggu ini. Aku mendoakan ibuku, prestasiku, kebahagiaanku, semuanya. Tak urung aku juga mendoakan ayah sialan yang entah berada dimana. Tapi tidak untuk Luke dan ibunya, aku tidak sudi mendoakan mereka.
Aku mengerjap ketika do'aku selesai. Kuhela napasku untuk merasakan hangatnya udara Italia. Orang-orang masih sibuk berpesta dan aku sudah tidak memedulikan keberadaan Justin. Um..kira-kira kemana lelaki itu? Hah, mungkin dia mabuk lantas bercumbu bersama Cara di balik pohon kelapa. Geez, memikirkan itu sungguh membuatku muak. Aku segera menoleh untuk melihat sekeliling namun sialnya, pandanganku tertuju pada Harry yang duduk di bibir pantai.
Apa yang dia lakukan?
Well, aku tidak setolol itu. Aku tahu dia tengah duduk di bibir pantai sendirian. Dia tampak sama sepertiku, tidak memedulikan pesta yang tengah berlangsung semakin ramai. Harry terdiam memandangi hamparan lautan, wajahnya tampak murung. Ia tak menyadari kehadiranku karena jarak kami yang cukup jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES [DISCONTINUED]
FanficAllegra Stewart. Gadis bengis, rakus, aneh, angkuh, dan menyebalkan. Wajahnya juga tidak terlalu cantik. Yaa..walaupun otaknya cukup pintar. Tapi, siapa yang menyangka jika gadis sejenis itu bisa diperebutkan oleh dua cassanova tampan di sekolahnya...