BAGIAN 25

2.5K 260 17
                                    

A/N: Udah masuk 1k votes guyssssss. Thankssss bgt yang udah ngedukung cerita ini. Ya Allah gue seneng bgt! Semoga kalian suka terus sama cerita ini yaaa. Sekali lagi, makasih banyaaaakkk❤❤❤❤

Enjoy!

Bagian 25


O-okay.

Justin Bieber Perkins mengajaknya ke pantai. Itu sama sekali bukan masalah. Tapi, mengapa Justin mengajaknya ke pantai yang sama dengan pantai yang pernah dikunjunginya bersama Harry waktu itu? Apa semua ini kebetulan? Begitu? Cih, yang benar saja!

Tanpa membalas perkataan Justin yang konyol. Allegra memilih untuk menghela napasnya, lantas mulai melangkah menjauhi Justin, dan berniat untuk menghampiri tepian pantai yang digulungi ombak deras. Pantai yang selalu sepi bak pulau tak berpenghuni. Namun, begitu Allegra hendak melangkah, Justin menahan sikunya. Sontak Allegra semakin dongkol lantas menengok ke arah Justin dengan cepat.

"Apa!?"

"Kau mau ke mana?"

"Ke neraka! Err, tentu saja ke pantai! Dasar bodoh!"

Allegra merutuk kesal seraya berusaha melepaskan sikunya yang tergenggam jemari Justin. Namun Justin tampak bersikeras menahannya dan mulai menatap Allegra dengan wajah pias. Justin mengerjap sekilas, kemudian beralih melihat pemandangan pantai yang berjarak sekitar lima meter di depannya lantas berdeham tidak jelas seraya menghela napas.

"Di sini saja." tukas Justin datar. Namun terdengar..gemetar. Allegra yang menyadari perubahan itu sontak mengernyitkan dahinya.

"Kau itu kenapa sih!? Geez, lantas untuk apa kita ke pantai jika hanya berdiam diri di sini?"

"Melihat pemandangan pantai dari kejauhan tidak terlalu buruk 'kan?"

Allegra mendecak seraya memutar mata. Lalu sejurus kemudian ia tertegun ketika merasakan jemari tangan Justin yang masih menggenggam sekitar sikunya kini terasa dingin dan lembab. Dan Allegra merasakan getaran kecil yang berasal dari buku-buku jemari Justin.

"Aa, kau takut air?" tuduh Allegra cepat yang sontak membuat Justin tersentak.

Justin kembali mengerjap. Berusaha menetralkan rasa sesak dan gemetar yang melanda tubuhnya. Mati-matian ia menahan diri untuk tidak berkeringat dan terlihat ketakutan. Namun rasanya semua terlalu sulit. Sulit menghilangkan sesuatu yang pedih dalam dirinya saat melihat pantai. Segala kenangan, segala tragedi. Air asin yang menggulung menjadi ombak di pantai terasa begitu menakutkan baginya.

Justin memilih bungkam lantas menarik Allegra untuk menghampiri mobilnya yang terparkir di belakang. Allegra sempat meronta dengan gerakan tak kentara, namun mulutnya terbuka lebar berteriak-teriak meminta dilepaskan seperti orang sinting. Justin mendecak dan tiba-tiba mengangkat tubuh mungil Allegra lalu mendudukan gadis serampangan itu di atas kap mobil depannya. Allegra yang tengah sibuk berteriak-teriak mulai mendesis lantas memukul pundak Justin dengan spontan.

"Kau pikir apa yang kau lakukan!?"

Justin meringis. "Hanya..mendudukkanmu? Oh, sudahlah. Jangan bersikap seolah-olah aku akan membunuhmu. Suaramu benar-benar jelek saat berteriak! Kau tahu!?"

Melihat Allegra yang mendengus membuat Justin terkikik. Lantas ia memutari mobilnya, membuka pintu bagian belakang dan membungkuk masuk ke sekitar sana. Sementara Allegra hanya diam saja sembari mengerucutkan bibirnya kesal dan masih setia duduk di kap depan mobil Justin. Hingga tak lama, Justin muncul dan memberinya sekotak cokelat batang. Tanpa basa-basi Allegra menerimanya, dan tentunya, dengan gerakan yang dibuat seketus mungkin.

SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang