Bagian 31
Keesokan harinya semua tampak lebih baik. Allegra menapaki lantai koridor dengan langkah tenang. Dengan gaya berpakaiannya yang santai dan khas, ia hanya mengenakan kaus dan hoodie. Namun yang membuatnya terlihat berbeda, Allegra memakai snapback di atas kepalanya. Bukan bermaksud untuk mempercantik penampilan, Allegra menggunakannya hanya untuk menutupi rambutnya yang tengah lepek. Geez, dia belum sempat untuk keramas. Saat tengah melangkah menyusuri koridor, Allegra mendengar dering ponselnya yang berbunyi. Ia pun segera merogoh sakunya seraya melihat satu pesan yang tertera. Dan yang membuatnya terkejut selama beberapa detik adalah, pesan itu dari Justin.
Kosong.
Tidak satu kata pun yang tertera dari pesan yang Justin kirim. Kosong. Hanya, isi yang kosong. Allegra kontan mengernyit bingung, ia memutuskan untuk membiarkannya lantas kembali memasukan ponselnya ke dalam saku jins. Mungkin Justin iseng mengirimnya pesan? Tidak ada yang tahu. Namun tanpa Justin ketahui, keisengan itu justru mengambil separuh perhatian Allegra dalam sekejap. Ia yang semula berniat kembali normal dan memulai rutinitasnya kembali tidak fokus. Alih-alih pikiran dan benaknya melayang memikirkan Justin.
***
Selena melangkah dengan lemas memasuki kelas. Jam pelajaran olahraga tersisa sepuluh menit lagi dan Mr.Parker––si guru tampan yang resmi menjadi guru olahraga baru di Perkins Hight School, membiarkan sisa waktunya digunakan untuk beristirahat. Sebagian murid ada yang berganti baju, membeli minuman dan sebagainya. Namun alih-alih berganti baju, Allegra menghasut Cara untuk pergi ke Cafetaria. Sial. Selena ditinggal dan dibiarkan berganti baju sendirian karena satu alasan; dia sedang diet.
Ya, berteman dengan sosok Allegra Stewart membuat bobot tubuhnya naik sampai dua kilo. Bayangkan saja, setiap hari Allegra tak pernah absen dari Cafetaria dan memakan banyak makanan. Selain mendapat jatah makan siang, terkadang Allegra menambahnya dengan membeli menu yang lebih enak dengan uang sakunya. Dan tentu saja, terkadang Selena tergoda untuk ikut membelinya. Tapi sekarang, tidak lagi. Ia akan mencoba menjadi vegetarian agar lemak yang tertimbun di tubuhnya––bahkan di pipinya yang kini makin terasa lebar––dapat berkurang. Dan Selena akan kembali langsing, selesai.
Di ambang pintu, iris mata Selena menelisik ruang kelas yang tampak sepi. Well, tidak ada siapapun di kelas. Mungkin murid Perkins lain masih berada dalam ruang Gymnasium untuk menggoda Mr.Parker dan sisanya tengah berganti baju atau berkeliaran di Cafetaria. Ia mengedikkan bahu seraya menyibak pelan rambut berwarna cokelat gelapnya dengan gerakan hiperbolis, kemudian berjalan pelan memasuki kelas. Senandung kecil keluar dari mulutnya, dan suara indah itu berubah menjadi teriakan histeris saat Selena menemukan sosok Jaden yang shirtless tengah duduk di atas lantai kelas dengan kepala bersandar di dinding. Tepat di dekat bangkunya.
"Kau mengejutkanku!" desis Selena kesal.
"Aku tidak berniat melakukan itu, Beautiful." ujar Jaden datar seraya membuka mulutnya dan hup... sesuap roti cokelat masuk ke dalam mulutnya.
Uh... sepertinya itu enak, batin Selena dalam hati. Dan kotak bekal pink dengan motif bunga-bunga yang Jaden bawa sangatlah imut. Persis seperti kotak bekal miliknya yang terkadang ia bawa ke sekolah. Oh, Selena jadi ingat bahwa ibunya memaksa dia untuk membawa kotak bekal dengan isi roti cokelat.
Tunggu.
Jaden membawa bekal ke sekolah? Sangat mustahil! Lantas ada angin apa ia membawa roti cokelat dengan kotak bekal yang begitu manis? Tik tok...tik tok. Selena mengernyitkan hidung seraya berpikir. Dan beberapa detik ia baru tersadar saat melihat resleting tas di atas mejanya yang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES [DISCONTINUED]
FanfictionAllegra Stewart. Gadis bengis, rakus, aneh, angkuh, dan menyebalkan. Wajahnya juga tidak terlalu cantik. Yaa..walaupun otaknya cukup pintar. Tapi, siapa yang menyangka jika gadis sejenis itu bisa diperebutkan oleh dua cassanova tampan di sekolahnya...