Bagian 12
"Semua tidak seperti yang kau kira, Hailey. Aku bisa jelaskan."
Kutatap iris mata Hailey yang terlihat menyedihkan itu dengan sorot meyakinkan. Dan Hailey masih terus menatapku, enggan membuka mulut untuk mengeluarkan satu patah kata pun, memastikan bahwa aku akan menjelaskannya dengan jujur.
"Dengar..Hailey." Aku menghela napas, nyatanya ini cukup sulit. "Kau bisa tanyakan pada Selena, pada orang lain, pada teman-temanmu, bahkan pada Cara. Aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada Justin. Kami bertemu di Cafetaria, dan tiba-tiba dia..boom! Kau tahu kan? Aku membencinya. Apa Kendall dan yang lain tidak menjelaskan semuanya dengan baik padamu? Ini bukan salahku!"
Aku mengakhiri penjelaskanku lantas mengulum bibirku dengan gusar. Hingga bibirku terbenam membentuk garis lurus yang cukup tegas. Sepertinya aku membentuk sebuah penyangkalan. Kalimatku terlalu konyol untuk dijadikan penjelasan yang intens kepada Hailey. Namun persetan. Kuharap Hailey mengerti. Ini sungguh bukan salahku. Seharusnya Hailey memanggil Justin dan meminta penjelasan padanya. Bukan mendesakku secara tidak langsung seperti ini. Maksudku..ayolah. Kami sudah menjadi teman. Lantas kami harus berbicara setegang ini hanya karena seorang lelaki?! Jangan bodoh. Tidak, aku tidak bodoh. Hailey yang bodoh.
"Aku pikir, kau berbeda." Hailey berbisik lirih dengan bibirnya yang sedikit bergetar. Kepalanya segera tertunduk diikuti dua bola matanya yang memutuskan kontak mata di antara kami.
Aku tergelak seketika. HolyShit! Jadi dia tetap menyalahkanku!? Bahkan aku harus rela berbohong pada Selena dan menahan rasa laparku mati-matian hanya untuk hal sialan ini. Aku dan Hailey sudah menjadi teman, mengapa dia membuat semuanya begitu sulit? Aku tidak bersalah.
"For God's sake! Hailey! Kau menyalahkanku? Kau harus tahu, pria pujaanmu itu bahkan meng--"
"Babe?"
Ou, sangat kebetulan sekali. Kalimatku terpotong ketika tertimpa oleh seruan seseorang di belakangku. Suara serak nan basahnya yang cukup khas membuatku berbalik badan hingga menemukan Justin sialan yang berdiri sekitar setengah meter dariku. Aku tidak terkejut, sama sekali tidak. Tapi aku bisa melihat gadis-gadis yang berkumpul di sekitarku saling berpandangan satu sama lain. Kecuali Hailey, dia berada di belakangku. Jadi aku tidak bisa melihat bagaimana ekspresinya.
Aku melihat alis Justin yang tebal terlihat bertautan tajam. Ia lantas berjalan dengan cepat menghampiri kami dan kini tepat berdiri di sampingku. Aku kembali berbalik dan sempat terkejut ketika di hadapkan dengan tubuh jangkung Hailey yang kini telah beranjak dari duduknya.
"Kau, jelaskan pada Babe-mu itu tentang semua permainan ini!" Cercahku tajam kepada Justin tanpa basa-basi. Dia harus menjelaskannya pada Hailey! Sungguh, aku tidak sudi lagi dilibatkan dalam masalah bodoh yang kekanak-kanakan seperti ini.
Aku melirik Justin yang tengah menatapku dengan manik mata hazel sialannya. Kini satu alisnya tampak terangkat, membuat kerutan-kerutan samar memanjang di dahinya. "Kau Babe-ku."
Spontan aku memutar mata sembari mencebikkan bibir, mencemooh perkataan Justin yang sungguh menjijikkan. Apa dia tidak lihat ada Hailey di sini!? Apa dia berniat menyudutkanku!? Ya, sepertinya si pria bodoh ini memang berniat menyudutkanku agar Hailey semakin membenciku dengan ini. Persetan.
Aku kembali memfokuskan pandanganku kepada Hailey. Raut wajahnya benar-benar berubah. Nanar, dan sendu yang kulihat sebelumnya kini berubah menjadi kilatan marah yang begitu menusuk. Aku bisa melihat kepalanya sedikit bergerak dengan kaku. Iris matanya tetap meyorot ke arahku. Tanpa sedikit pun melirik Justin yang kini tengah mengenggam tanganku. Dan aku sama sekali tidak berniat untuk menepisnya. Aku terlalu terpaku pada Hailey.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES [DISCONTINUED]
Hayran KurguAllegra Stewart. Gadis bengis, rakus, aneh, angkuh, dan menyebalkan. Wajahnya juga tidak terlalu cantik. Yaa..walaupun otaknya cukup pintar. Tapi, siapa yang menyangka jika gadis sejenis itu bisa diperebutkan oleh dua cassanova tampan di sekolahnya...