BAGIAN 34

2.8K 273 68
                                    

*mohon maaf atas penundaan yang terlalu lama, semoga masih ada yang mau baca cerita jelek ini


Allegra Stewart's View


Pagi-pagi sekali Justin sudah menjemputku! Sungguh, bagiku itu terlalu pagi. Untungnya aku masih sempat untuk sarapan, jika tidak, aku bisa meninju wajahnya hingga bubuk seperti keping sereal yang kuhancurkan dengan sendok! Coba pikirkan, untuk apa dia menjemput pagi-pagi sekali? Bahkan sekolah masih cukup sepi untuk didatangi. Menyebalkan. Dasar orang aneh, untung saja aku mencintainya.

Kini aku tengah mengorek isi loker untuk mengambil buku yang kubutuhkan bersama Justin di sampingku. Dia bahkan lupa di mana letak lokernya, aneh bukan? Itulah tabiat orang aneh sepertinya. Untungnya dia memiliki pesona yang besar dan tampan. Hanya itu modalnya untuk hidup. Oh, geez. Mengapa aku mencelanya sebegitu parah? Ya Tuhan, pacar macam apa aku ini.

"Kau harus belajar lebih disiplin lagi, Baby Alle."

Dengar itu? Menyebalkan. Aku melirik Justin yang tengah bersandar di sisi lokerku. Dia melihatku dengan pandangan skeptis dan bibir yang mengerucut miring. Rambut pirangnya tampak lebih berantakan dari biasanya. Kurasa dia tidak mandi. Dan mendengar petuahnya yang terkesan begitu tua dan sok tentu membuatku kesal.

"Memangnya kau sudah lebih disiplin?" balasku sengit. "Lihat dirimu, kau bahkan lupa letak lokermu sendiri. Otakmu bodoh seperti otak udang. Dan kau menyuruhku untuk lebih disiplin!?"

"Kau sulit dibangunkan saat tidur dan menguap seperti beruang yang baru bangkit dari hibernasi. Itu tidak disiplin, Sayang."

Apa katanya!? "Hey, memangnya kau sudah lebih baik dariku!?"

Tiba-tiba dia tertawa, membuatku semakin geram ingin mencakar wajahnya. Rambutnya sedikit terkibas ketika dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Kubanting pintu lokerku sembari mendengus melihat tingkahnya. Dasar menyebalkan.

"Kemari," dan sejurus kemudian Justin menarikku ke dalam dekapannya. Dia bersandar di loker milik orang sambil mendekapku. Dan kami berpelukan di tengah koridor sekolah! Dia pikir apa!? "My Baby Alle dengan mulutnya yang kejam."

"Lepaskan, Bodoh!"

"Hm," Justin terus mendekapku semakin erat. Alih-alih menuruti permintaanku dia hanya mengerutkan kedua alisnya seraya mencebikkan bibir. "Mulutmu benar-benar--Hey, aku bisa saja menciummu di sini."

"Jangan berani melakukan itu!"

Kini aku tengah memukuli dadanya dengan gemas. Menyebalkan. Kenapa dia tidak pernah menyadari eksistensi orang-orang di sekitar kami? Hell. Beberapa siswa mulai berdatangan dan mereka memerhatikan kami. Tapi Justin tidak merasa rikuh alih-alih mendekatkan wajahnya semakin dekat ke hadapanku. Membuat perutku terasa mengejang diiringi jantung yang berdegup kencang. Sialan.

"Kenapa?" bisiknya tepat di depan wajahku. Membuatku muak dan langsung menekan wajahnya ke belakang dengan telapak tanganku. Justin sontak terkejut lantas menatapku tak percaya. "Hey! Itu tidak sopan, Baby Alle!"

"Kau menyebalkan," balasku datar.

Dan jauh-jauh-jauh dari ekspektasiku, dia tidak marah. Alih-alih menggerakkan kedua tangannya dan sejurus kemudian menyerangku dengan kelitikan di sekitar perutku. Holy crap. Dia pikir aku anak kecil!? Ingin sekali aku menendang kemaluannya sekarang, tapi aku tak mampu menahan tawaku lagi hingga seringai puas terulas di bibirnya. Benar-benar menyebalkan!

"Hentikan!" tukasku sembari meronta dari dekapannya, aku tak bisa menahan tawaku lagi. Kini aku tertawa-tawa dengan keras seperti orang sinting.

SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang