BAGIAN 22

2.4K 299 37
                                    

Bagian 22


Minggu pagi.

Matahari bersinar cerah, burung-burung berkicau gembira, suasana pagi California sudah ramai oleh berbagai aktivitas. Namun untuk seorang gadis aneh yang satu ini, ia masih saja terbaring malas di atas tempat tidur tanpa menghiraukan alarm ponselnya yang berdering keras membunyikan lagu beraliran rock.

Tepat dimenit ke sepuluh, barulah gadis itu terjaga. Ia mengerjap di posisi tidurnya yang tengkurap, lalu dengan perlahan ia bangkit dan terduduk di ranjang. Rambut si gadis itu tampak mengembang nan berantakan bak membentuk sangkar burung. Ia menguap, lalu menggaruk rambut menyedihkannya itu tanpa peduli akan keadaannya yang benar-benar..jelek.

Tabiat seorang Allegra Stewart.

"Morning! Yeah! Yeah!" senandung gadis itu datar sambil mematikan alarm ponselnya yang masih berbunyi.

Setelah itu, ia kembali diam. Hanya memandang kosong selimut yang melingkupi bagian bawah tubuhnya. Allegra seperti melamun untuk sesaat, lalu otaknya mulai berputar memikirkan segala hal. Dimulai dari masalah-masalah yang menimpanya, tugas sekolahnya, dan hal-hal konyol sebagainya. Ia bahkan sempat membayangkan Kurt Cobain yang tengah shirtless di hadapannya.

Allegra berdecak. Persetan dengan semua masalah, atau tugas-tugas yang menumpuk--tidak untuk Kurt Cobain yang seksi. Ini hari minggu. Yang harus ia lakukan adalah bersenang-senang atau berdiam santai di apartemen menikmati banyak waktu bersama ibunya yang sama-sama tengah libur.

Namun entah mengapa, pilihan Allegra untuk menghabiskan waktu di dalam rumah bersama ibunya serasa tidak menarik untuk saat ini. Allegra merasa bosan, dan terbesit di pikirannya suatu tempat yang sukses membuat Allegra meloncat dari atas tempat tidur. Lantas berlari keluar kamarnya.

"MORNING!!!" teriak Allegra keras. Menyeruak ke sepenjuru ruangan.

Allegra berjalan menuju ruang tengah. Sesekali ia menggaruk rambutnya yang masih menyedihkan seperti sangkar burung. Lalu ia menemukan ibunya yang tengah duduk di atas sofa. Seketika ibunya berjengit saat melihat kedatangan Allegra.

"Rambutmu, honey. Astaga." gumam Mandy. Sementara Allegra hanya memamerkan cengirannya lantas beringsut duduk di samping ibunya yang ternyata tengah menikmati secangkir teh di pagi hari.

"Mana makananku?" tanya Allegra to the point. Perutnya sudah mulai protes ingin diisi.

"Kau bisa mengambilnya di dapur." jawab Mandy seraya kembali menyesap tehnya.

Allegra pun beranjak lantas berderap menuju dapur. Ia memakan brutal makanan hasil masakan ibunya yang selalu enak untuk disantap. Setelah selesai, ia pun segera berlari menuju kamar mandi untuk memulai ritualnya. Mengingat rencananya untuk pergi ke suatu tempat membuat Allegra bersemangat.

Allegra bersiap, membawa ransel berisi jaket, ponsel, earphone, dan sebagainya. Ia keluar dari kamar lalu berderap menuju dapur. Ia melihat ibunya yang tengah menikmati sarapan sendirian.

"Kau mau kemana?" tanya Mandy saat melihat kedatangan Allegra yang sudah terlihat lebih rapi. Tatanan rambut sangkar burungnya sudah lenyap. Terganti dengan uraian rambut yang tampak basah.

Allegra beringsut duduk di meja makan. "Ke suatu tempat. Mom ingin ikut bersamaku?"

Mandy menggeleng. "Jangan pulang terlalu malam."

SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang