BAGIAN 18

2.6K 265 17
                                    

Bagian 18


Harry menggigit bibirnya gusar sambil memainkan kunci mobil di tangannya. Pandangannya menyapu ke area luar sekolah dengan cemas. Zenvo-nya yang terparkir di tengah-tengah gerbang seketika menghalangi jalan masuk para murid Perkins yang berlalu-lalang. Namun Harry tak peduli. Matanya tetap fokus mencari sesuatu. Lebih tepatnya, seseorang.

Hingga muncullah salah satu yang paling nyentrik di antara murid-murid lain. Gadis brunette yang memakai sweater kebesaran berwarna kuning terang, tengah berjalan begitu pelan sembari menunduk memasuki sekolah. Dengan sigap, hari buru-buru menghampiri gadis itu lantas menggenggam tanganya. Dingin. Harry bisa merasakan tangannya yang terasa beku.

"Allegra."

Harry mempererat genggamannya kala gadis itu berniat menghempaskan tangannya. Allegra mendesis lantas mendongak menatap Harry dengan tatapan tajam. Tatapan tajam yang pertama kali Allegra arahkan pada Harry. Harry bahkan sempat terkejut, dan ia bisa melihat dengan jelas mata Allegra yang memerah dan dihiasi kantung hitam.

"Apa maumu!?" Tukas Allegra cepat.

"Kau baik-baik saja?" Alih-alih menjawab, jemari Harry mulai bergerak mengusap wajah Allegra yang tampak pucat.

Allegra mendecak lantas memalingkan wajahnya seraya menepis tangan Harry. Harry yang mendapat respon buruk atas tindakannya hanya bisa menghela napas, berdeham sekilas, lantas meraih kedua pundak Allegra. Menggenggamnya. Harry mendekat hingga deru napasnya menerpa wajah Allegra. Pemandangan itu sontak menjadi tontonan murid Perkins yang lain. Apalagi, itu terjadi tepat di depan gerbang sekolah.

"Dengar." Harry berdeham sekali lagi. "Aku tidak tahu harus memulainya darimana. Kau hanya harus tahu bahwa Scarlett..bukan siapa siapa. Dia hanya orang aneh yang senang menggangguku. Aku tidak mau kau marah hanya karena dia."

Allegra mendongak. Kedua matanya yang tampak merah menatap Harry tepat di mata. "Apapun yang kau katakan, itu tidak berguna. Pergilah dan jangan halangi aku!"

Allegra menghempaskan kedua tangan Harry lantas berlalu meninggalkan lelaki itu di tengah gerbang. Dan sebelum benar-benar masuk ke dalam gerbang, Allegra menggertakkan giginya lantas menendang kap belakang mobil Harry dengan keras. Membuat siapapun yang melihatnya akan langsung bergidik ngeri. Tendangan Allegra terbilang kuat, dan pasti menyakitkan.

"Mobil sialan!"

Setelah mengumpat seperti itu, Allegra benar-benar pergi memasuki gedung sekolah. Menyisakan Harry dan kerumunan murid Perkins lain yang kini ternganga setelah melihat aksinya.



***


Justin mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Matanya bergerak-gerak tanpa fokus melihat guru di depannya yang tengah mengajar. Hingga iris hazel itu melirik cepat ke bangku di sampingnya. Lantas ia mendecak kala melihat Jaden yang tertidur pulas dengan mulut yang terbuka.

Bosan. Justin tengah bosan. Apalagi pemandangan di seberangnya membuat Justin merasa terganggu. Di seberangnya, ia melihat dengan jelas gumpalan kain berwarna kuning terang tampak teronggok di atas meja. Oh tidak, lebih tepatnya, seorang gadis bersweater kuning yang sedaritadi merunduk di atas meja. Wajahnya terbenam di lipatan tangannya sendiri. Rambut coklatnya tampak berantakan.

Dan yang membuat Justin terganggu, gadis itu sama sekali tidak bergerak selama jam pelajaran berlangsung. Semua itu membuat Justin..gelisah. Oh, Allegra.

SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang