BAGIAN 5

3K 288 14
                                    

Bagian 5





"Ti-tidak." Balasku berusaha bersikeras.

Sesungguhnya aku ingin menerima ajakkannya. Tidur bersama seorang Harry Styles? Di bangkar berukuran single? Hatiku menghangat seketika membayangkan tubuh kekar Harry membalut tubuhku dengan mesra di bangkar itu. Oh astaga!

"Um..baiklah. Tapi kau harus menemaniku disini. Janji?"

"Aku berjanji." Aku tak bisa menahan senyumku lebih lama ketika mata hijaunya memandangku penuh binar. Tangan halusnya meraih jemariku lagi lalu meletakkan telapak tanganku di pipi kirinya. Ia sempat meringis ketika melakukan itu namun sedetik kemudian, dia menindih tanganku itu dengan tangannya.

"Begini lebih baik." Lirih Harry seraya mulai memejamkan matanya perlahan-lahan. Satu tangannya yang tengah menindih tanganku di pipinya mulai terlepas. Dan aku tak berniat sedikit pun untuk menjauhkan tanganku dari pipi halusnya.

Lihat? Dia..sangatlah mempesona. Aku tak bisa mendeskripsikan lebih jauh tentang daya tariknya. Terlalu memikat, seperti magnet.

Mataku tak bisa berhenti menatap lekuk wajah damainya ketika sedang terlelap. Wajahnya sungguh tampan. Bulu mata lentiknya, hidung sempurnanya, bibir penuhnya yang merona, rahang kuatnya. Walaupun luka lebam tercetak diwajahnya, rasanya itu tidak berpengaruh apapun.

Lama aku memandang wajah Harry hingga berakhir dengan ketegangan yang menjadi-jadi dalam tubuhku saat mendengar sesuatu. Seketika aku menunduk dan ingin menangis.

Aku mendengar suara aneh nan menjijikkan dalam perutku..

Aku ingin mati ditempat! Sungguh aku ingin menghilang! Apa itu tadi!? Mengapa perut sialanku tak mempunyai malu!? Aku lapar? Ya tentu saja. Aku belum ke Cafetaria dan mengambil makan siangku. Dan bagaimana jika Harry mendengar!? Suara keroncongan itu sepertinya cukup keras. Ap-apa Harry sudah sepenuhnya tidur? Ini memalukan!

Aku merasakan pergerakan dalam pipi Harry. Perlahan, aku memberanikan diri untuk mendongak dan rasanya aku ingin terjun kedalam jurang sekarang juga kala melihat Harry yang tengah menahan tawa dengan mata yang masih terpejam. Sungguh, ini gila!

"Kau lapar?"

Demi Tuhan! Lenyapkan aku dari sini!

Aku hanya bisa membenamkan wajahku sedalam mungkin dalam rambutku yang terurai. Kupejamkan mataku kuat-kuat merasa begitu malu. Jika aku punya sihir, aku sudah menggumamkan mantra menghilang sedaritadi.

Terdengar suara decitan bangkar yang samar-samar. Dan kelopak mataku terlalu takut untuk terbuka. Gelenyar aneh mulai menggila dalam perutku yang merasa kosong tak terisi. Aku tak siap mendengar tawa lepas Harry dalam situasi seperti ini.

"Allegra. Lihat aku."

Aku tergagap. Lidahku kelu untuk menjawab, wajahku mulai memanas. Dan aku hanya bisa menggeleng keras. Ini memalukan! Allegra bodoh! Bodoh!

Tiba-tiba kurasakan tangan halus yang membelai puncak kepalaku. Tak lama kemudian, tangan itu menurun dan merayap ke pelipisku, semakin menurun tangan itu mengambil beberapa helai rambutku dan menyelipkannya ke belakang telingaku. Aku gemetar, dan makin terkesiap saat jemari Harry meraup daguku, mengangkatnya perlahan. Dan mau tak mau mataku mengerjap merasa malu setengah mati untuk memandang mata hijaunya. Aku yakin wajahku sudah memerah padam sekarang.

"Jangan malu, Okay? Tidak apa apa. Aku tahu kau belum mengambil jatah makan siangmu."

Aku hanya mengangguk. Mataku kembali mengerjap beberapa saat lalu menunduk dan melepaskan tautan Harry di daguku. Kuperhatikan Harry bergerak mendekati nakas di sampingnya. Tangan Harry meraih kantung plastik merah muda yang kutemukan di taman belakang tadi, lantas ia mengambil isi di dalamnya yang ternyata sebuah toples untuk bekal berwarna magenta.

SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang