BAGIAN 7

2.8K 278 12
                                    

Bagian 7








Justin membanting pintu mobil dengan kasar. Menghasilkan suara dentuman yang cukup keras. Membuatku dan Jaden sama sama tersentak. Ia duduk di kursi samping kemudi, Jaden yang menyetir. Sementara aku duduk di bagian belakang. Dan acuh akan Justin yang sedang marah. Rasakan saja. Dia yang menyebalkan.

"Turun dari mobilku!" Justin menggeram.

"Tidak mau!" Balasku ketus.

"Turun!"

"Tidak!"


"Kubilang, turun! Kau itu gadis yang tidak tahu di untung!" Cercah Justin berapi-api. Tubuhnya mulai muncul di balik jok, menghadapku. Menampilkan ekspresi marahnya yang terlalu berlebihan.

"Kau ini kenapa? Dasar pria gila!" Tukasku datar. Aku hanya berusaha tak terpancing. Ingatkan? Aku harus segera ke apartemen untuk berganti baju dan sekolah. Aku masih membutuhkan dia saat ini.

"Turun!" Seru Justin, lagi. Lebih keras dan aku sampai tersentak mendengarnya. Okay, kali ini Justin tidak main main. Aku sempat tertegun beberapa saat kemudian mulai berdeham.

"Ya sudah. Anggap ini sebagai hutang, juga." Lirihku pasrah. Justin tersenyum penuh kemenangan. Lalu mulai berbalik dan bersandar kembali ke jok mobilnya. Lihat? Dia benar benar menyebalkan!

Jaden hanya diam saat melihat pertengkaran kami. Hingga tak lama, mesin mobil mulai dinyalakan, gerbang rumah Justin mulai terlihat terbuka. Dan akhirnya mobil Justin mulai melaju, siap untuk membelah jalanan California.

Keheningan langsung menyerang kami. Justin diam, Jaden diam, dan aku pun begitu. Namun aku tak tahu apa yang ada di dalam otak-otak mereka yang membuat mereka memilih untuk tidak bersuara. Sementara aku? Aku bukannya tidak ingin mengajak mereka bicara, namun aku bingung harus memulainya darimana. Dan aku teralu lapar untuk bicara. Mengapa Justin tidak menyiapkan sarapan sih? Aku ini tamu dan sudah seharusnya di layani dengan baik! Dia memang pria yang tidak tahu malu. Aku benar benar tak habis pikir mengapa keluarga Perkins menghasilkan generasi muda yang gagal seperti dia.


"Allegra!" Seru Jaden tiba-tiba. Membuatku tersentak dan seakan bangun kembali dalam dunia nyata.

"Ah, ya?" Balasku datar sembari mengerjapkan mata sesaat. Kepalaku terasa pening sekarang, mungkin karena kelaparan. Sungguh, ini menyedihkan.

Jaden mendengus. "Dimana rumahmu?"

"North Park." Tukasku datar. Kulihat Jaden mengangguk samar dan kembali fokus ke jalanan. Aku lebih memilih menyandarkan tubuhku hingga sedikit merosot ke sandaran jok. Kulihat Justin juga mulai memejamkan matanya. Mungkin jika aku melakukan hal yang sama, rasa laparku akan sedikit hilang.











"Allegra! Bangun!"

Tepukan yang cukup keras di sertai dorongan-dorongan kecil di bahuku membuatku tersadar. Perlahan, mataku mulai terbuka. Pandangan buram mulai berubah menjadi jelas. Mataku mengerjap sesaat, lalu aku bangkit dari posisi berbaringku di jok mobil. Uh astaga..kepalaku pusing.

"Kalian tunggu disini saja. Aku akan segera kembali secepatnya." Ujarku parau sembari mulai bangkit dari mobil dengan gontai. Aku tak mau terlambat ke sekolah. Tidurku tidak sepenuhnya pulas, tentu aku masih ingat apa yang harus aku lakukan. Berganti kostum.

"Tunggu." Justin berdeham. Aku nyaris menggapai pintu mobil untuk membukanya, spontan aku menoleh kearahnya yang sedikit tersembunyi di balik jok bagian depan.

SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang