Bagian 33
Duduk di kelas tahun terakhir tidaklah seburuk yang dikira. Meski ujian akan tiba diwaktu dekat, para siswa kelas tahun terakhir di Perkins High School tampak santai dan biasa saja. Tidak ada beban di benak mereka karena mungkin, masa depan mereka tidak terpengaruh oleh nilai ujian nanti. Tentu saja, rata-rata siswa Perkins adalah anak-anak orang kaya. Mereka masih bisa menggapai kesuksesan dengan lembar-lembar dollar yang dihasilkan orang tua mereka. How lucky them. Geez.
Salah satu kelas tahun terakhir tampak ribut dan bising. Riuh obrolan siswa di dalamnya terdengar ramai. Baik laki-laki maupun perempuan, mereka tampak antusias menikmati jam pelajaran yang kosong akibat guru mereka yang tidak bisa hadir hari ini. Sebut saja free class. Dan mungkin karena kelalaian guru-guru di sana, kelas mereka jadi tidak terkontrol.
Hailey Baldwin duduk di kursi paling belakang. Bergabung bersama jajaran murid-murid pemalas lain yang benci untuk duduk di depan. Jika waktu tengah kosong seperti ini, biasanya Hailey akan sibuk mendengarkan musik atau mengobrol tentang banyak hal bersama sahabat-sahabatnya. Dari membicarakan model-model seksi Calvin Klein sampai membicarakan teman satu kelasnya yang paling gendut bernama Jacob. Namun kali ini, rasanya ia tidak ingin melakukan apapun.
Hailey seakan kehilangan orientasi. Tak merasakan atmosfer yang melingkupi sekitarnya. Ia tak peduli eksistensi Barbara dan Kendall yang duduk di depannya sambil membaca novel di tangan masing-masing, ia tak peduli eksistensi Kylie yang tengah berpacaran di sudut ruangan bersama Niall. Ia tak peduli keadaan kelasnya yang benar-benar bising, ia tak peduli teriakan siswi-siswi yang histeris saat membaca majalah, ia tak peduli siulan para lelaki di samping mejanya yang tengah sibuk menonton video porno. Bahkan untuk saat ini, Hailey tidak peduli akan kekonyolan si gendut Jacob yang sering ia perhatikan jika tengah bosan.
Pikiran Hailey terbang ke dimensi lain. Ia sibuk memikirkan peristiwa yang baru saja ia lihat tadi pagi. Ketika ia hendak pamer sneakers barunya di sepanjang koridor--berjalan angkuh bak model di atas catwalk, ia justru melihat pemandangan mengejutkan. Alih-alih mendapat perhatian siswa lain yang iri maupun memandang kagum sepatu sampai penampilanya, Hailey dibuat dongkol oleh kehadiran Justin dan Allegra yang berjalan bersama di sepanjang koridor. What the hell?!
Justin dan Allegra.
Allegra dan Justin.
Rasanya Hailey ingin berteriak bahwa pasti ia salah lihat. Tapi ia sungguh sadar bahwa perhatian seluruh siswa saat itu mengarah pada mereka berdua. Ia juga melihat dengan jelas kehadiran mereka berdua dengan memakai kaus couple yang sama. Katakan, bagaimana bisa mereka bersama lagi? Rasanya Hailey kalah cepat oleh waktu. Ia kecolongan. Bagaimana bisa mereka bersama lagi disaat dirinya dan Justin mulai menjalin kembali hari-harinya bersama. Sejak mereka pulang lebih awal dari Italia, Justin tampak kembali seperti dulu. Bersamanya, dekat denganya. Bahkan dua hari yang lalu mereka baru saja berpesta bersama. Sialan. Rasanya Hailey benar-benar dongkol mengingat itu semua.
Tidak, tidak bisa seperti ini. Batin Hailey berteriak bahwa Justin hanya miliknya. Sejak kecil mereka sudah berteman dekat dan Hailey sama sekali tidak mau jika hubungannya dengan Justin hancur begitu mudah oleh kehadiran gadis serampangan yang aneh dan rakus. Damn. Dari awal dirinya sudah menduga bahwa gadis sejenis Allegra Stewart cukup mengancam posisinya. Apalagi disaat dia dengan berani menendang kemaluan Justin dan menarik perhatian lelaki itu dengan cara yang berbeda. Dan Hailey benci itu. Hailey benci saat sadar bahwa ia hanya dijadikan pelampiasan semata oleh laki-laki yang sangat dicintainya. Tolong katakan bahwa itu hanya kepura-puraan! Tolong! Oh, untuk saat ini, dirinya benci kenyataan.
Lamunan dan bayang-bayang menyakitkan yang menderanya mulai memudar saat Hailey merasakan bahu seseorang yang menyenggol pelan lengannya. Membuatnya tersadar akan keadaan kelasnya yang sungguh ramai dan berisik. Dari wangi parfumnya, Hailey sudah tahu eksistensi seseorang yang kini duduk di sampingnya. Dengan enggan ia menoleh seraya melirik lelaki berambut ikal yang kini balas menatapnya sambil menaikkan satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETIMES [DISCONTINUED]
Fiksi PenggemarAllegra Stewart. Gadis bengis, rakus, aneh, angkuh, dan menyebalkan. Wajahnya juga tidak terlalu cantik. Yaa..walaupun otaknya cukup pintar. Tapi, siapa yang menyangka jika gadis sejenis itu bisa diperebutkan oleh dua cassanova tampan di sekolahnya...