4

4.2K 160 0
                                    

-REVISI-


...

Sudah setengah semester berlalu, beberapa bulan belakangan ini Maya bisa berdekatan dengan Kak Aldo, walaupun begitu taka da kemajuan apa-apa dari mereka. Mereka hanya sebatas kakak kelas dan adik kelas, walau sebenarnya Maya berharap lebih, tapi apa daya ia selalu melihat kak Aldo yang semakin genjar mendekati kakaknya.

Terkadang Maya melihat Kak Aldo memberikan bunga kepada Marsya setiap minggu dengan beberapa penggalan kata-kata puitis yang ditujukan kepada Marsya. Yang membuat Maya bingung adalah ekspresi Marsya saat menerima bunga dan hadiah dari Kak Aldo, ekspresinya tidak dapat dibaca oleh Maya.

Hubungan Maya dan Marsya sebagai kakak-adik pun seperti ada pembatas diantara mereka, sebenarnya bukan Marsya tapi Maya lah yang menghindari kakaknya. Farah sebagai mamanya merasakan kejanggalan diantara hubungan kedua anaknya.

"Kak!" panggil Farah kepada anak sulungnya yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton televise sendirian.

Marsya pun menengok kearah mamanya yang sekarang sudah duduk disampingnya.

"Apa ma?"tanyanya.

"Mama lihat kamu sama adik kamu agak menjauh gitu"terang Farah.

Merasa topik yang di bicarakan sang mama cukup menarik membuat Marsya sepenuhnya mengalihkan pandangannya dari televisi.

"Maksud mama gimana?"tanya Marsya masih kurang paham.

"Kalian tuh agak beda, kaya saling menjauh gitu bahkan mama udah gak liat lagi Maya yang tidur dikamar kamu" ujar Farah.

"Mungkin dia udah gede jadi udah males tidur sama aku" jawab Marsya mencoba berfikir positif.

"Tapi beda ah, mama kan yang ngelahirin kalian jadi mama tau sifat kalian apalagi adik kamu, kalo seenggaknya ada masalah kamu bicarain baik-baik sama adik kamu" nasihat Farah yang diangguki Marsya.

"Apa kamu ngelakuin sesuatu?"tanya Farah.

"Aku gak pernah ngelakuin apa-apa, aku juga bingung kenapa Maya jauhin aku"ucap Marsya.

"Pokoknya kalo ada masalah kalian bicarain baik-baik, Maya itu adik kamu , kamu harus mau mengalah sama dia"ucap Farah lalu pergi.

Setelah mamanya pergi Marsya pun berfikir apa kesalahan yang ia perbuat hingga membuat adiknya menghindarinya.

-_-

Maya POV

Aku sekarang berada di dalam café yang berada di sebuah mall, memang akhir-akhir ini aku sering pulang terlambat bahkan hamper malam. Lihat saja sekarang sudah menunjukan pukul 6 sore tapi aku masih betah berada disini. Akhir-akhir ini juga aku sering menghindari Kak Marsya , entah apa yang mendasari aku menghindarinya dan membencinya. Mungkin rasa iri dan cemburu terhadap perlakuan kak Aldo padanya.

Sakit rasanya melihat kegigihan kak Aldo meluluhkan Kak Marsya, kalo saja ia menyukai ku, Kak Aldo tak perlu berusaha seperti ini pun aku dengan senang hati menerimanya. Apa sih yang membuat kak Marsya digilai Kak Aldo!?. Apa kurangnya aku? Sudah lebih dari 2 bulan aku mendekati kak Aldo, aku rela masuk ekskul softball agar aku bisa lebih sering bertemu dengan kak Aldo. Aku rela mengikuti ekskul yang sama sekali tidak aku suka, rela panas-panasan dan berkeringat. Bahkan aku merasa pegal-pegal setelah melakukannya dan pernah terjatuh sehingga sikuku berdarah.

Tapi apa reaksi kak Aldo? Dia tetap menganggapku adik angkatannya.

Coba bayangkan setiap hari sabtu sebelum aku ekskul, aku melihat kak Aldo yang berdiri dipinggir lapangan menunggu Kak Marsya yang sedang latihan basket dengan membawa sebotol air mineral ditangannya. Apalagi sewaktu kak Marsya mengikuti pertandingan basket, kak Aldo selalu menontonnya dan menyemangati kak Marsya dibangku paling depan. Kak Marsya adalah kapten tim basket di sekolah dan seharusnya ia yang menjadi ketua osis, tapi kak Marsya menolak dan lebih memilih menjadi wakilnya, belum lagi dia anggota karate yang selalu menghasilkan prestasi, untuk nilai akdemiknya selalu diatas rata-rata sampai ia menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade.

I'm sorry sister (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang