17

2.8K 138 3
                                    

- REVISI -

Jangan lupa Vote nya!!!


...

Setelah 1 jam aku berkeliling kota Jakarta, aku pun melajukan mobilku menuju rumah Fiona dan ternyata Fiona tidak ada 'ahh' aku lupa bahwa kemarin Fiona baru saja pergi ke Paris. Pasti dia sangat kesal karena aku tidak mengantarnya tapi bagaimana lagi aku masih menenangkan pikiranku.

Drett drett...

El - Calling

'Angkat, tidak, angkat, tidak,angkat' aku pun mengangkat panggilan tersebut.

"Halo"

["......"]

"Aku mau ketemu sama kamu"

["....."]

"Tempat biasa"

["....."]

"Sekarang aku lagi dijalan"

Langsung kumatikan dan aku mengambil nafas dalam-dalam lalu melajukan mobil ku ketempat tersebut.

Sesampainya aku langsung keluar dan menghirup udara segar, menikmati semilir angin yang menyapu rambutku. Tempat ini, tempat yang menyaksikan kenangan manisku dan dia, juga ku biarkan tempat ini menyaksikan kenangan pahit untukku dan dia.

Tak terasa setetes air mata membasahiku, terasa seseorang yang memeluku dari belakang. Aku tau parfumenya ini dia -Daniel.

Cepat ku hapus air mata ini lalu berbalik mengarah padanya sambil memberikan senyum palsuku.

"Maaf" ucapnya lirih sambil menatapku, tatapannya menyiratkan luka dan kesedihan.

Aku pun menaruh jari telunjukku di bibirnya "Bukan salahmu"ucapku.

"Aku menghianatimu, aku sudah dijodohkan"ucapnya sambil menunduk.

"Aku tau"

"Tapi aku tak mau"

"Tidak bisa"

Lalu akupun membalikan tubuhku membelakanginya, aku tak mau dia melihatku mengeluarkan air mata lagi.

"Tapi kenapa?"tanyanya lirih.

"Itu sudah menandakan bahwa kita memang tak bisa bersatu"jawabku sambil menghapus air mata yang mengalir dipipiku ini.

"Ayo kita pergi!!"

"Tidak Daniel"tolakku.

"Kali ini aku akan membantah perintah orang tuaku"tegas Daniel.

"Jangan!!"

"Aku gak mau nyakitin hati kamu Marsya!! Aku gak mau nyakitin hati aku" ucapnya menggebu.

"Jangan pikirkan aku!! "

" Tapi-"

"Dia perempuan pilihan orang tuamu, aku yakin dia perempuan yang baik, terima dia dan lupakan aku" ucapku sambil mencoba menahan rasa sesak.

"Tidak bisa"

"Berusahalah, mungkin ini pertemuan terakhir kita sebagai kekasih"ucapku dan menghadapnya.

Aku berjinjit sedikit dan mengecup pipinya lalu mendekat " aku mencintai mu" bisikku.

Dia pun mengecup keningku cukup lama " aku sangat sangat mencintaimu" ucapnya sambil menatap mataku.

Lalu kami melangkah menuju mobil kami masing-masing dan pergi.

Marsya POV end

-_-

I'm sorry sister (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang