24

3K 141 1
                                    

- REVISI -

vote dulu yakk!!

...

"Maya sekarang dimana??"Tanya Mimih.

"Dia memaksa mencari Kakak nya bersama Daniel"

"Suami kamu lalu dimana??"Tanya Mimih lagi.

"Sedang menelepon teman-teman Marsya"

Damian pun datang dari atas, karena dia dari tadi berada di kamar Marsya . mencari sesuatu yang bisa mengetahui keberadaannya saat ini.

"Kata teman-temannya, sudah 1 minggu mereka tidak berkomunikasi"ucap Damian yang mulai sedikit frustasi.

Drett.. drettt..

Suara telepon membuat Damian cepat-cepat menjawab panggilannya, berharap ada informasi tentang Marsya.

"Haloo!!"

["..."]

"Iya, saya sendiri"

["..."]

"Dari rumah sakit???" kening Damian mengerenyit.

["..."]

"Apa!!!!"

-_-

Setelah mengetahui semuanya, Maya semakin terisak dipelukan Farah-ibunya. Rasa bersalah menyelimuti dirinya, memori-memori kelakuannya terus berputar dikepalanya, dia sadar bahwa selama ini dia jarang, bahkan hampir tidak pernah memikirkan perasaan Kakaknya dengan apa yang dia lakukan.

Rasa Iri dan cemburu itulah yang mendasari kelakuannya selama ini kepada Marsya, bagaimana dia tidak iri, sang Kakak memiliki wajah yang sangat persis Ibunya. Walaupun mereka sama-sama cantik, tapi paras Marsya yang lembut dan ramah membuatnya disukai banyak orang. Apalagi kepintaran nya , akademik dan non akademik pun sudah dibuktikannya dengan berbagai macam piala dan piagam penghargaan yang sudah memenuhi 1 lemari penuh tersebut. Sikapnya , tentunya sangat baik, dan lembut.

Dan apalagi banyak orang yang selalu memuji Marsya, menyayanginya dan memanjakannya. Pastinya dia sangat iri dan cemburu dengan Kakaknya, itu memang hal yang wajar. Itu adalah masalah hati, tapi tidak semua orang mengespresikannya secara langsung, karena pasti ada diantara mereka yang bisa menjaga persaannya tersebut.

Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam , suasana dirumah sangat kacau, Maya masih terisak, Farah menenangkan anaknya dan Daniel mengacak rambutnya frustasi, sedangkan Damian mencoba tidak terlalu terbawa suasana dengan menghubungi keluarga besar mereka yang kini masih menginap di hotel.

"Ma, mMya harus cari Kakak!!" rengek Maya.

"Jangan sayang ini sudah malam" ucap Farah.

"Tapi Ma, Kakak pergi juga gara-gara Maya"ucap Maya.

" Tapi sayang, ini hampir larut malam, kamu sangat lelah dan butuh istirahat. Besok kita cari Kakak kamu yah!!"

"hiks, Ma, Maya harus cari Mak Marsya harus"rengek Maya,

"tapi-"

"Ma please, Maya pengen cari Kak Marsya dan pengen minta maaf"pinta Maya.

"yasudah kalau begitu, tapi kamu jangan sendirian"ucap Farah dan diangguki cepat oleh Maya.

Daniel pun bangkit dari duduknya, " Daniel yang akan temani Maya cari Marsya" ucapnya.

"Hati-hati, kabari Papa kalau ada sesuatu, Papa akan menyusul kalian" ucap Damian.

Setelah mendapatkan ijin dari Farah dan Damian, Maya dan Daniel pun bergegas pergi dengan mobil yang dikemudikan sendiri oleh Daniel, mobil mereka melaju cepat menyusuri jalanan ibu kota yang sudah gelap dan cukup sepi ini.

Mereka sudah mengunjungi rumah-rumah sahabat Marsya dan Daniel dan tempat-tempat yang mungkin dikunjungi Marsya, tapi nihil mereka tidak menemukan informasi sedikitpun. Maya semakin gelisah, Daniel pun semakin pusing.

Drettt....

Sebuah pesan masuk ke hp Maya, buru-buru dia membuka isi pesan tersebut.

From : Mama

Kata Mimih, coba cek apartemen Marsya ..........................

Dengan cepat Daniel mengemudikan mobilnya menuju alamat yang dimaksud, setelah berada di depan pintu apartemen tersebut mereka tidak langsung masuk kedalam , walau mereka sudah diberi tahu password apartemen tersebut, sudah lumayan lama mereka memencet bel tapi tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya mereka memasukan password dan berhasil masuk.

Kaget, tentu saja. Maya kaget dia baru tahu bahwa selama ini Kakak nya mempunyai sebuah apartemen bahkan orang tua , sahabat dan juga Daniel tidak mengetahuinya. Hanya Marsya , Mimih dan Papi nya saja yang tahu ini.

Rapi, bersih itulah kesan pertama saat mereka masuk kedalam apartemen Marsya. Di dinding nya cukup banyak foto, dari foto keluarga, foto dengan sahabat, fotonya dengan Daniel dan foto dua orang bayi yang diyakini seorang perempuan dan laki-laki tersebut.

Setelah mengelilingi seluruh ruangan beserta isi nya tersebut, mereka hanya mendapatkan satu informasi yang menurut mereka belum pasti tersebut.

Mereka menemukan selembar kertas yang berada di laci kamar Marsya,

Fiona , aku ingin sekali curhat ke kamu.

Hanya itu..

Tak butuh waktu lama ,mobil mereka langsung melesat menuju rumah Fiona yang memang jaraknya cukup jauh, dengan kecepatan penuh Daniel mengemudikan mobilnya seperti sedang balapan di sirkuit.

Ketika dibelokan tak sengaja mobil yang mereka tumpangi hampir tertambrak mobil dari arah yang berlawanan, setelah bisa mengindari mobil tersebut, tapi naas mereka tidak bisa menghindari pembatas jalan dan..

Brakk....

-__-

Marko mengerang frustasi di apartemen nya sendiri, baru saja ia mendapatkan berita bahwa Adiknya pergi entah kemana, sekarang kekasihnya yang salah paham dan meminta mengahiri hubungan mereka. Padahal Marko berniat melamarnya tahun depan, memang awalnya dia hanya suka seperti sebatas kepada Adik, dan saat dia meminta Marko menjadi kekasihnya, rasa itu perlahan-lahan makin berkembang.

Mungkin ini memang salahnya, akhir-akhir ini dia menghiraukannya. Dia memang sedang memikirkan Marsya, entah dia memiliki feeling tidak mengenakan untuk Adik kembarnya itu dan saat tau bahwa Marsya kabur , dia semakin frustasi.

Ting nong..

Suara bel berbunyi

'Ah siapa lagi ini'batin Marko sedang kesal.

Walaupun begitu, Marko membuka pintu apartemennya dan mendapatkan wanita seumuran Mamanya yang sudah mau merawat nya sejak ia masih sangat kecil. Memang wanita tersebut adalah sepupu Papanya, yang berarti tantenya dan dia memanggilnya Mom.

"Ya mom"ucap Marko setelah mereka sudah duduk di sofa apartemen nya.

"Kenapa kamu gak jawab panggilan dari Mimih kamu??"ucap Anna yang di sebut Marko Mom.

"Ah, Marko lupa. hp Marko gak tau dimana"ucap Marko.

"Yaudah, mom kesini cuma mau menyampaikan perintah dari Mimih kamu. Cari Adik kamu, kemungkinan dia berada diluar negeri"ucap Anna.

"Baik"jawab Marko

Setelah itu Anna pergi, Marko berusaha berpikir kemana dia harus mencari Marsya. Haruskah dia mengelilingi dunia, tapi itu tak mungkin. Sudah 1 jam berpikir satu kata yang terlintas dipikirannya.

"Paris"

...

To Be Continue    

I'm sorry sister (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang