- REVISI -
...
"Halo?!"
[...]
"Iya mih ada apa?"
[...]
"Okey, besok pagi Marsya ke Bandung"
[...]
"Iya sendiri kok!"
[...]
"Iya, Marsya tidur dulu"
[...]
"Oke"
-_-
Marsya turun dengan membawa tas yang berisi baju-baju nya selama di Bandung nanti. Manghampiri keluarganya yang sudah dilengkap di meja makan melihat dirinya membawa tas besar. Marsya pun duduk si samping Maya yang masih menatap kakak nya heran.
"Mau kemana kak?"penasaran Maya.
"Bandung"singkat Marsya.
"Ngapain?"tanya Maya lagi.
Marsya pun mengambil lauk pauknya ke dalam piring "Suruh Mimih" singkat Marsya lagi.
"Sendiri?"tanya lagi Maya.
Marsya pun mengangguk lalu memasukan sendok ke mulutnya.
"Berapa lama kamu di Bandung Kak?"kini Farah mamanya yang bertanya.
"Paling 3 hari"lagi-lagi Marsya menjawab singkat.
Setelah Marsya menghabisi makanan nya ia pun berpamitan dan pergi ke bandung dengan mobilnya sendiri.
-__-
Sesampainya di Bandung Marsya mendapat pelukan hangat dari orang tua Mamanya ini, Akibat kemacetan yang terjadi menuju Bandung membuat Marsya Lelah dan langsung beristirahat di kamarnya yang selalu ia tempati ketika di Bandung.
Malam harinya Marsya disuguhi makanan favoritnya yang langsung saja disantap oleh Marsya dengan semangat, setelah mereka makan malam mereka bersantai diteras belakang ditemani angin malam kota Bandung.
"Umur kamu berapa sayang?"tanya Mimih yang berada di samping Marsya.
"20 Mih"ujar Marsya.
"Cucuku sudah besar ternyata dan mungkin ini saatnya untuk kamu tahu"ujar Papi yang membuat Marsya binggung, Marsya pun menatap kakeknya penasaran.
"Ini adalah rahasia yang tidak diketahui oleh orangtua kamu, dan Papi harap kamu bisa jaga rahasia ini sampai waktunya rahasia ini terbongkar dengan sendirinya" lanjut Papi yang membuat dahi Marsya semakin mengerenyit.
"Kamu punya seorang kembaran" ujar Papi seketika membuat Marsya menganga kaget tidak menyangka.
"Dia laki-laki dan lahir lebih dulu dari kamu"tambah Mimih.
Marsya pun tidak bisa bersuara sama sekali hanya menatap Mimih dan Papi untuk segera melanjutkan ucapannya dan menjelaskan kepada Marsya hal yang membuatnya bingung dan tidak ia duga.
"Nama nya Marko Aladrian"ucap Papi.
"Terus sekarang dia dimana?"tanya Marsya penasaran mengenai keberadaan Kakak kembarnya yang selama 20 tahun hidupnya ia tidak pernah lihat.
"Mereka semua mengetahui Marko meninggal"
"Apa!!?!!"kaget Marsya.
"Papi dan Mimih bilang bahwa Marko diculik dan meninggal saat umurnya baru beberapa hari lalu jasad nya tidak ditemukan"terang Papi.
"Jadi?"tanya Marsya.
"Dia sebenarnya tidak diculik ataupun meninggal, Papi dan eyang kamu yang membawa dia pergi dari sini dan kami menyembunyikan keberadaannya dari orang tua kamu sampai sekarang"lanjut Papi.
"Tapi kenapa?"tanya Marsya bingung dengan harus menyembunyikan Kakaknya.
"Ini sangat sulit dimengerti sayang, dulu Mamamu ingin anak pertama nya laki-laki, dan lahir lah kalian yang kembar! Setelah mengetahui bahwa Mamamu melahirkan anak kembar , ia hanya akan mengambil Kakakmu saja dan berniat memberikanmu pada orang lain"
Kenyataan itu sangat menyakitkan untuk Marsya, air mata tak kuasa mengalir dipipi putihnya hati nya terasa sejak mengetahui Mamanya tidak menginginkan Marsya dari lahir bahkan berniat memberikannya pada orang lain.
"Mimih juga tidak tau apa yang ada dipikirannya, Papi dan Papamu sudah menasihatinya tapi ia tetap bersikukuh, apalagi Papamu yang tidak bisa menolak keinginan Mamamu yang ingin membuangmu dan akhir nya Papi dan Eyang mu merencanakan hal ini" jelas Mimih menatap sedih cucu kesayangannya.
Marsya berucap sambil sesegukan "memangnya kenapa? Apa salah Marsya?"
"Ini bukan salah kamu sayang, ini salah Mamamu"jelas Mimih sambil mengusap punggung Marsya.
"Jadi pantas saja Mama tidak terlalu perhatian denganku"ucap Marsya yang sudah cukup tenang,
" Iya, semenjak Mamamu mengetahui kejadian itu dia merasa sedih tidak memperhatikanmu dan dari kecil sampai umurmu 5 tahun kamu dirawat bersama kami sampai lahir lah Maya dan Mamamu mau menerima kamu lagi setelah maya berumur 4 tahun"ucap Papi.
Marsya masih tidak habis pikir kepada Mamanya padahal Maya juga anak perempuan.
"Ingat yah, setelah kamu tau hal ini jangan sampai kamu membenci Mama kamu "ucap Papi lagi.
"Iya Pi, Marsya gak bakal benci sama Mama dan Marsya bakal menerima ini semua. Yaudah Marsya tidur dulu"ucap Marsya lalu bangkit dari duduk nya dan masuk ke kamar Karena lelah dengan kenyataan yang baru ia ketahui hari ini.
"Walau ini sulit buat dia terima, tapi Papi harus kasih tau semua ini k edia sebelum Papi pergi"ucap Papi kepada Mimih yang masih ada di teras mengamati kesedihan cucu mereka yang pergi ke kamarnya.
"Hus, Papi ini ngomong apa sih"ucap Mimih.
Lalu mereka pun masuk kedalam karena sudah larut malam.
Paginya Papi terkena serangan jantung, Marsya dan Mimih langsung panik lalu segera membawanya kerumah sakit. Tidak lupa juga Marsya memberi tahu kedua orang tuanya tentang keadaan Papi saat ini dan setelah di beri kabar tersebut orang tua Marsya langsung pergi menuju Bandung.
Kondisi Papi kritis, diluar tak henti-hentinya Mimih menangis sambil berdoa disamping Marsya, tak lama pun dokter keluar dan menyuruh Marsya beserta Mimih menemui Papi kedalam ruangan.
Papi berbicara kepada Mimih yang disanggahi Mimih 'jangan bicara yang tidak-tidak Pi' lalu Papi menatap Marsya.
"Marsya.."pamnggil Papi.
"Iya pi"jawab Marsya sambil menghapus air matanya.
"Papi ingin memberitahu satu hal buat kamu, kalo Marko dibesarkan oleh tante jauh kamu yang ada di Belanda. Papi tau suatu saat kamu bakal bertemu dengan dia"ucap Papi.
Dan tutt..
Papi sudah pergi meninggalkan semua yang ada disini dengan tenang menyisakan kesedihan yang mendalam untuk keluarga yang ditinggalkan.- Di pemakaman -
Seorang pria memakai kaca mata hitam yang berada cukup jauh dari kerumunan orang-orang. Memperhatikan seorang wanita yang sudah mengikhlaskan kepergian kakeknya.
"Akhirnya aku bisa melihatmu"ucap pria tersebut lalu pergi dari pemakaman tersebut.
....
To Be continue
Vomment lagi yuk!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm sorry sister (End)
Teen FictionWARNING!!! Typo bertebaran Setiap saudara pasti saling menyayangi, apalagi seorang kakak. Dia sangat menyayangi adiknya. Ia rela tidak dimanja agar adiknya yang dimanja, Ia rela mengalah segalanya agar adiknya dapat mencapai semuanya. B...