SLB - 10

135 8 0
                                    

Beberapa hari ini Nina terlihat lebih ceria dan lebih bersemangat. Hatinya benar-benar sedang berbunga-bunga sejak Bima menceritakan perihal kepergiannya 7 tahun lalu. Walaupun tidak ada kata cinta yang terucap sebagai pertanda keduanya terikat, namun gerak-gerik keduanya sangat menunjukkan bahwa mereka saling mencintai.

Mbak Nisa dan mas Eka pun akhirnya tahu bahwa diantara keduanya mempunyai hubungan yang lebih dari sekedar teman, begitu juga kisah cinta lama mereka.

"Padahal dulu dia bilangnya ke mbak minta nomor kamu buat keep contact sama kakak kamu karna katanya dulu temen satu kelas dan temen basketnya" sindir mbak Nisa sengaja mengeraskan suaranya sambil melirik Bima yang tengah bermain bersama Asa.

Melihat Bima yang sedang bermain bersama Asa dengan pakaian kantornya yang masih melekat tak ayalnya melihat pemandangan yang begitu indah bagi Nina. Dua laki-laki kesayangannya selain Ayah dan kakaknya. Nina melengkungkan senyumnya saat Bima menolehkan kepalanya mendengar sidiran mbak Nisa.

"Sa, kalo anak cowok itu nanti harus jadi jagoan ya? ga boleh suka nyinyir kaya Bubu gitu ya?" ucap Bima pada Asa membalas sindiran mbak Nisa

Asa yang memperhatikan Bima berbicara ikut berceloteh riang "bbuuu...bbuuu buu"

"Iya dek, jadi cowok juga jangan suka modusss kayak Om, ya?"

Jadilah kakak dan adik ipar itu saling beradu sindirian dengan membawa-bawa Asa sebagai medianya dan Nina hanya bisa tertawa melihat kelakuan dua orang dewasa itu.

"Sudah siap LDR-an nih berarti?" Tanya mbak Nisa dimana kini hanya mereka berdua di dapur.

Nina mengeryit bingung dengan pertanyaan mbak Nisa.

"Bima kan disini cuma karna ada proyek aja sebulan, sayang. 2 Minggu lagi dia balik ke Surabaya. Memangnya Bima nggak cerita sama kamu?"

Deg!

Tiba-tiba Nina merasakan hatinya diserbu ketakutan akan berpisah lagi dengan Bima. Sempat terbesit untuk mengkonfirmasi tentang keberadaan Bima di Jakarta ini, namun kebahagiaan yang tercipta diantara keduanya beberapa hari ini tak menyisakan waktu untuk membahas hal itu. Keduanya sibuk memecah rindu yang 7 tahun tak terbendung. Mengukir rasa yang dulu ada agar bersemi kembali.

"Eh?" kaget Nina karena gugahan mbak Nina melihat dirinya yang tetiba melamun.

"I..iyaa mbak" ucapnya lagi

"Tapi sayang, mau LDR mau nggak kalo kalian berdua tetep bisa jaga komunikasi dan pastinya jaga hati, mbak yakin hubungan kalian akan baik-baik aja kok. Mbak dulu juga pernah ngerasain LDR" hibur mbak Nisa yang menyadari raut kegelisahan Nina.

"Maksud mbak?" tanya Nina tak mengerti

"Dulu mbak juga pernah ngalamin LDR sama mas Eka. Saat itu mas Eka kuliahnya di Surabaya dan pasti sering bolak-balik Jakarta-Surabaya karna waktu itu keluarga mas Eka masih tinggal di Jakarta. Apalagi tiap akhir semester pasti akan ada libur panjang minimal 3 minggu. Pernah juga 2 bulan karna saat itu akhir semester genap yang liburnya lebih panjang"

"Nggak cuma itu, lulus kuliah juga mas Eka sering banget dapet tugas kerja ke luar kota. Seminggu di kota A, beberapa hari di kota B, begitu juga di kota-kota lainnya sampe pernah 2 bulan nggak ketemu saking seringnya ditinggal ke luar kota dan sibuk sama kerjaannya"

Nina semakin tertarik mendengar cerita pengalaman LDR mbak Nisa.

"Mbak sempat sebel, ngambek bahkan marah sama hubungan kita yang jarang ketemu seperti itu. Tapi mas Eka selalu bisa yakinin mbak kalo semua yang dilakukannya demi kebaikan mbak juga,  karna memang mas Eka berniat serius untuk membawa hubungan kita ke tahap pernikahan. Komunikasi kita jaga terus buat saling ngeyakinin satu sama lain. Sampe akhirnya seperti sekarang ini mas Eka dapet promosi naik jabatan dan ditempatkan disini itu berkat kerja kerasnya, dan yah hubungan kami yang harus mengalah menerima LDR. Semua butuh pengorbanan untuk bisa mendapatkan sesuatu" tutur mbak Nisa dengan nasihat bijaknya

"Dan satu lagi, pada hubungan LDR jangan terlalu banyak menuntut. Menuntut sering ketemu, menuntut lebih sering berkomunikasi, menuntut ini itu yang bisa membuat dia disana jadi terbebani karna itu bisa jadi awal perpecahan hubungan kalian. Intinya percaya, jaga komunikasi dan gak harus sering karna dia di sana juga punya kesibukan"

Nina mengangguk-angguk mendengar penuturan panjang lebar mbak Nisa. Meyakinkan hatinya jika itu terjadi padanya, semuanya akan baik-baik saja. Seperti mbak Nisa dan mas Eka sekarang yang menikmati buah kesabaran mereka setelah sering kali ditempa masalah jarak dalam hubungan mereka.

"Balik sekarang? biar nggak kemaleman"

Suara Bima memotong obrolan keduanya. Laki-laki itu sudah terlihat segar sehabis mandi dan mengganti pakaian kantornya dengan kaos dark grey polos dan celana jeans hitam dengan jaket denim yang tersampir di tangannya.

"Mau kemana sih, Bim? Mas Eka belum juga pulang, kalian udah mau balik" ucap mbak Nisa

Memang baru satu jam mereka di rumah itu, setengah jam sebelum maghrib dimana mas Eka akan tiba di rumah. Keduanya memang sering menghabiskan waktu bersama sebelum benar-benar pulang.

"Asa juga tidur kok mbak, kan kesini buat main sama Asa bukan sama kak Krishna" canda Bima yang langsung mendapat cubitan dari Nina.

"Modus banget sih kamu. Kalo emang biar nggak kemaleman dan langsung pulang, gak mungkin sampe rumah jam 9 malem"

Bima tergelak mendengar ucapan mbak Nisa "Urusan anak muda mbak..." Sahutnya berlalu setelah pamit pada mbak Nisa.

"Nina balik ya mbak? baik-baik sama Asa di rumah. Salam ke mas Eka" pamit Nina seraya mengecup pipi kiri dan kanan mbak Nisa

"Kalian hati-hati yaa"

***

14-12-2015 / 16:53 WIB

Second Love BlossomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang