Ungkapan perasaan Revan menyadarkan Nina bagaimana sebenarnya perasaannya pada Revan. Sikap usil, pelindung dan perhatian Revan padanya ternyata sama seperti apa yang dilakukan Reno -kakanya- padanya yang sudah lama tak ia rasakan. Itu berarti perasaannya pada Revan tak lebih dari sekedar rasa nyaman seorang adik pada kakaknya. Ia justru merasa bersalah pada Bima setelah tahu perasaan Revan, ia tidak pantas berdekatan dengannya sementara ia sudah mempunyai Bima di hatinya. Bima pasti akan sakit hati dan cemburu jika tau Revan menaruh hati padanya dan justru dengan santainya ia pergi bersama Revan. Ini salah!
Nina tidak menanggapi penyataan Revan dan beruntung salah seorang teman Revan saat itu membuyarkan suasana canggung keduanya dan dengan cepat Nina melepas pelukan Revan. Sepanjang perjalanan pulang pun Nina tak terlihat begitu aktif berbicara seperti saat mendaki, beberapa kali Revan masih memberi perhatian padanya yang hanya ditanggapi dengan biasa saja dan justru terkesan enggan menerima perhatian Revan. Hingga seminggu kemudian ia benar-benar menjauh dari Revan dengan mengabaikan panggilan telfon serta pesan singkat Revan. Tak ingin memberi harapan lebih, memilih menjauh dirasa Nina lebih baik daripada berdekatan yang justru akan terkesan menyakiti Revan karena toh ia tidak bisa membalas cintanya.
Sabtu pagi Nina berangkat dari rumah ke Rumah mbak Nisa. Hal yang biasa dilakukannya jika ia sedang rindu pada kekasihnya. Beristirahat di kamar yang Bima tempati, mencari sisa-sisa aroma Bima di dalamnya yang mungkin bisa ia hirup dan sedikit mengurangi galau merindunya. Yang tak diketahui Nina, bahwa di rumahnya Revan tengah berkunjung dan mendapatkan kekecewaan ketika lagi-lagi Nina tidak ada di rumah dan membuat Revan semakin yakin bahwa Nina sengaja menjauh setelah kejadian pulang dari burangrang seminggu yang lalu.
Jika ditilik pada waktu 7 tahun yang lalu, Nina justru mengabaikan perasaan Bima saat Bima memintanya menjauhi Oka. Bukan karena ia memanfaatkan Oka agar prestasinya di sekolah tetap bagus, tapi karena ia memang tidak ada hubungan apapun selain pure hanya berteman dengan Oka. Sama seperti saat ini perasaannya pada Revan, pure hanya rasa pertemanan dan rasa nyaman antara adik pada kakaknya. Tapi yang membedakannya adalah dulu ia benar-benar tidak tahu bahwa Oka sebenarnya menaruh rasa padanya. Tidak suka menduga-duga dan Oka juga tidak mengungkapkannya sehingga sampai sekarang pun ia tidak tahu bahwa dulu Oka menaruh rasa lebih dari sekedar teman. Jadi kenapa harus menjauh? pikirnya waktu itu. Tapi sekarang hal itu tidak berlaku ketika ia tahu bahwa kedekatannya bersama Revan justru menimbulkan perasaan berharap lebih dari Revan. Ia harus menjaga perasaan Bima walaupun saat ini mereka berhubungan jarak jauh.
Ya, karena mungkin terlalu polosnya dan tidak peka, ia tidak menyadari perasaan Revan padanya. Dan yang juga tidak diketahuinya adalah bahwa Bima sudah tahu bahwa Revan menaruh hati padanya.
"Gak pengen ikut kami ke surabaya?"
Suara mas Eka membuyarkan aksi Nina yang tengah bermain dengan penuh tawa bersama Asa yang mulai belajar berdiri. Lucu sekali melihat tingkah polah menggemaskan Asa.
"Eh? memangnya mas Eka kapan mau ke surabaya?" Nina menoleh sekilas ke arah mas Eka lalu kemudian kembali pura-pura sibuk menanggapi Asa yang sedari tadi menarik-narik bajunya. Sebenarnya ada rasa takut dan malu bertemu orang tua kekasihnya itu.
"Bulan depan sih rencananya jengukin Bunda sama Ayah sama Budhe Asih. Tahu kan Budhe Asih?"
Tidak ada tanggapan lain dari Nina selain mengangguk mengetahui bahwa budhe asih adalah budhenya mbak Nisa yang selama ini merawatnya dari kecil yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
"Kenapa? kamu nggak mau ketemu sama Bunda?" tanya mas Eka lagi saat merasa tak ada tanggapan dari Nina selain anggukan setuju ikut ke surabaya atau anggukan tentang budhe Asih?
Bukannya tidak mau, tetapi Nina malu hubungannya dengan Bima baru terhitung bulan. Ada rasa khawatir orang tua Bima tidak suka dan tidak merestui hubungannya dengan Bima.
"Kalian sudah dewasa, belajarlah membina hubungan yang nggak hanya dengan pasangan kalian tapi juga orang tua pasangan kalian. Karena jika nantinya kalian menikah bukan hubungan kalian berdua saja yang perlu dijaga tapi hubungan kalian dengan orang tua pasangan kalian juga. Tumbuhi perasaan sayang terhadap orang tua pasangan kalian selagi kalian masih berpacaran jika memang kalian serius sama hubungan kalian. Apalagi dengan hubungan jarak jauh kalian seperti ini, nggak ada salahnya selagi ada kesempatan buat kamu mengenal Ayah dan Bunda. Mereka baik kok"
Hatinya berdesir mendengar penuturan bijak mas Eka saat menyebutkan kata nikah. Sama sekali ia belum terfikirkan kesana akan hubungannya bersama Bima walaupun ia yakin terhadap perasaannya untuk menjadikan Bima satu-satunya laki-laki tempat melabuhkan cintanya suatu saat nanti. Apakah Bima juga sama yakin nya akan menjadikannya satu-satunya perempuan tempat hatinya berlabuh?. Dan memang tidak ada salahnya ia belajar mengenal orang tua Bima toh Bima juga sudah pernah bertemu dan mengenal orangtuanya.
"Em... Iya, Nina ijin sama mama sama ayah dulu mas" ucapnya bersamaan dengan mbak Nisa yang datang dari arah dapur.
"Lagi ngomongin apa sih? serius banget kayaknya" tanya mbak Nisa dengan senyum manisnya dan sepiring kue lapis ditangannya yang akan menemani sabtu pagi santai mereka.
"Nina aku tawarin mau ikut nggak ke surabaya sama kita?" jawab mas Eka yang langsung mencomot kue lapis di tangan istrinya
"Ih, kamu kebiasaah deh, yang. Tangannya itu nggak tau habis kena apa asal aja nyomot makanan. Cuci dulu lah!"
seru mbak Nisa kesal dengan kebiasaan buruk suaminya"Vitamin lah sekali-kali. Nggak bikin mati kok cuma gara-gara nggak cuci tangan. Orang bersih juga nih tangannya" bela mas Eka sambil menunjukkan tangannya lalu kemudian mencomot kembali kue lapisnya.
"Ck, terserah kamu lah. Susah banget dibilangin!" Balas mbak Nisa pasrah yang kemudian mendapat kekehan dari suaminya dan Nina yang sedaritadi memperhatian perdebatan kecil keduanya. "Emang gitu kelakuannya" ucap mbak Nisa dengan tatapan herannya pada Nina sembari melirik sebal mas Eka.
"Eh iya, gimana? Nina jadi ikut nggak?" Tanya mbak Nisa
"Ijin sama mama sama ayah dulu mbak. Semoga bulan depan pas udah kelar UAS"
"Yaudah, nanti kabari aja kalau mau ikut ya?" mbak Nisa kemudian meraih Asa yang ke pangkuannya dan memberinya ASI.
Bunyi dentingan notifikasi pesan di hpnya terdengar saat Nina tengah menikmati kue lapisnya bersama mbak Nisa dan Asa di depan tv sedangkan mas Eka sudah berlalu ke belakang mengurusi kandang kelinci yang baru dibelinya beberapa hari yang lalu.
Dek, jangan lupa belikan buah seperti biasanya ya ditambah kiwi sama cherry. Makasih sayangnya mama... hati-hati nanti pulangnya ya, nak.
***
24-01-2016 / 07:26
Upload pas lagi CFD-an mumpung banyak sinyal. Hahahaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love Blossomed
AcakSequel First Sight Called Love [!!!] Part 14 sama 26 diprivate. Saya nggak cari followers karena saya lebih suka ditinggalin jejak di cerita saya daripada difollow. Tapi karna saya pengen tau ada yang baca nggak sih cerita ini selain mereka yang raj...