Gugup tentu saja dirasakan Bima saat berhadapan dengan kedua orang tua Nina. Tidak biasanya mengingat biasanya ia tak merasakan kegugupan seperti ini. Bahkan saat pertama kali bertemupun tak segugup ini rasanya. Kedua tangannya menyatu seakan melawan kegugupannya seiring dengan kepalanya yang mendongak tegas.
"Om, saya ingin meminta restu om dan tante untuk melamar Nina menjadi tunangan saya"
Haaahhh
Seketika kelegaan menggantikan semua rasa begitu dengan tegasnya ia mengucapkan maksud dari kedatangannya ke rumah Nina. Sementara Nina yang tengah berada di rumah Sinta juga tak kalah gugupnya membayangkan bagaimana Bima meminta restu pada orang tuanya. Bima yang memintanya untuk tak ikut serta saat menghadap kedua orangtua Nina karena ia ingin dengan secara gentle meyakinkan kedua orangtua Nina sendiri. Berharap bahwa orangtua Nina bisa melihat kesungguhannya untuk meminta restu mereka.
"Kamu tahu, Bima? Saya itu sebenarnya tidak suka sama kamu!" ujar ayah Nina tak kalah tegas
Bagai mendapat hantaman beban berpuluh-puluh ton di kepalanya, seketika kelegaan yang baru dirasakannya berubah menjadi ketakutan. Ketakutan yang menyakitkan karena belum juga ia meyakinkan kedua orangtua Nina, ia sudah dihadang pernyataan tidak suka orangtua Nina terhadapnya.
"Tapi, om---"
"Kamu tahu kenapa saya tidak suka kamu, Bima?" Ayah Nina seakan tak memberi kesempatan Bima untuk berbicara. Sementara Mama Nina terlihat menyalurkan ketenangan dengan usapan lembutnya di lengan sang suami.
"Tapi saya mencintai Nina, Om...tante" entah mendapat keyakinan dari mana, bukannya menjawab pertanyaan ayah Nina, Bima justru meyakinkan ayah Nina dengan tegas bahwa ia sangat mencintai Nina.
"Pertanyaan saya bukan itu!"
"Saya tahu, itu bukan jawaban. Tapi saya tidak---"
"Apa kamu tidak mau tahu kenapa saya tidak suka kamu Bima?" potong ayah Nina benar-benar tak ingin memberi kesempatan Bima berbicara selain menjawab 'ya' atau 'tidak'.
"Maafkan saya, Om... tante. Saya tahu om tidak menyukai saya karena mungkin om merasa saya akan menjauhkan Om dan tante dengan Nina, tetapi sungguh saya tidak mempunyai niat seperti itu"
"Itu salah satu kekhawatiran kami, tapi..." Ayah Nina menghirup nafas pelan sejenak
"Kamu adalah lelaki pertama yang Nina suka, lelaki pertama yang Nina kenalkan pada kami dengan penuh rasa bahagia saat mengenalkanmu, lelaki yang ternyata mempunyai karir seperti apa yang saya impikan dulu, seorang arsitek. Kamu juga lelaki pertama yang karena kedatanganmu saya harus berbagi ruang hati putri kesayangan kami. Kamu adalah lelaki pertama yang ia tangisi karena ia khawatir padamu"
"Nina sangat manja, kami tidak peduli orang lain menilai kami orang tua yang terlalu protektif dan memanjakan anak. Karena memang seperti itu saya memperlakukan putri saya. Hatinya terlalu sensitif jika sudah menyangkut masalah orang-orang yang disayanginya. Tidak pernah saya melihat dia menangis dan bersedih seperti saat dia mengkhawatirkanmu, mengkhawatirkan lelaki lain selain kami keluarganya"
Bima tidak bisa berkata-kata selain hanya mendengar kata per kata dan mencerna ucapan ayah Nina yang tersirat akan kecemburuan padanya.
"Saya awalnya memang tidak menyukaimu, itu karena saya cemburu kamu bisa mencuri hatinya dengan begitu mudahnya. Tapi saya bukanlah orang tua yang mengabaikan kebahagiaan putri kami. Saya tahu bahagianya dia bersamamu. Bersama keluargamu dia merasakan berada ditengah-tengah kami karena mereka memperlakukannya seperti kami memperlakukannya. Terima kasih sampaikan pada mereka. Tidak ada kebahagiaan bagi orang tua selain melihat putra-putrinya juga bahagia. Termasuk kami"

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love Blossomed
SonstigesSequel First Sight Called Love [!!!] Part 14 sama 26 diprivate. Saya nggak cari followers karena saya lebih suka ditinggalin jejak di cerita saya daripada difollow. Tapi karna saya pengen tau ada yang baca nggak sih cerita ini selain mereka yang raj...