SLB - 29

103 5 1
                                    

Udara panas menyambut kedatangan Nina di surabaya. Tapi tak mempengaruhi hatinya yang justru sedang dingin dan berseri. Walaupun tadi sebelum berangkat sempat diselimuti keharuan mamanya yang tak henti memeluk dan menasehatinya untuk selalu hati-hati dan baik-baik di surabaya, akhirnya sebentar lagi ia akan bertemu Bima dan tentunya kedua orangtuanya. Dengan sedikit grogi yang masih ada, Nina tetap yakin sudah siap bertemu kedua orangtua Bima. Duh, apa perasaan semua perempuan sama dengan apa yang dialaminya ketika akan bertemu dengan orangtua pacarnya?

Berbicara tentang Bima, pacarnya itu tentu saja tidak tahu mengenai kepergiannya ke surabaya bersama kakak dan kakak iparnya serta ponakannya. Selama ini Bima sama sekali tak menyinggung mengenai kesiapannya untuk bertemu kedua orang tuanya, jadi pacarnya itu masih mengira ia tidak akan ikut serta ke surabaya dan bertemu kedua orangtuanya. Sedari tadi juga sms dan panggilan telfonnya segaja ia abaikan. Kalo Bima saja bisa mengejutkannya yang tiba-tiba ada di jakarta, mengapa tidak ia tiba-tiba ada di surabaya tanpa sepengetahuannya?. Surprise!

Dari jarak 200 meter pandangannya menangkap sosok Bima yang tengah memanjangkan lehernya menengok kanan-kiri mencari sosok kakak dan kakak iparnya di kerumunan para penumpang pesawat yang baru saja keluar dari pintu kedatangan. Sengaja Nina sedikit menjauh setelah sebelumnya saling berkode mata dengan mbak Nisa. Sambil terus berjalan menggeret kopernya, padangannya tetap menunduk awas sampai terdengar suara Bima yang menyambut kedatangan kakak dan kakak iparnya.

"Kamu bawain ini aja Bim ke mobil. Kita ke toilet dulu ya?" ucap mbak Nisa mengkode ke suamianya untuk segera pergi ke toilet.

Langkah kaki Bima terdengar malas dari arah belakang dimana Nina masih membuntutinya. Sambil membawa barang bawaan yang dipasrahkan mbak Nisa tadi, tangan kanannya tampak sibuk dengan ponselnya. Terdengar suara decakan kesal saat nomor yang sedang dihubunginya tak ada jawaban sekalipun. Nina hanya tersenyum jahil saat tahu siapa yang dihubungi pacarnya itu. Sengaja ia mengatur mode silent pada hpnya tanpa menonaktifkannya setelah mengatur dalam mode pesawat.

"Kemana sih?" decak Bima kesal dan lirih.

"Aku disini"

Bima tampak kaget saat sebuah suara dan pelukan erat terasa dari belakang punggungnya.

Yang lebih membuatnya kaget adalah ketika menoleh dan menyadari siapa sosok yang tengah memeluknya. Sosok gadis yang sedari beberapa jam yang lalu ia khawatirkan karena pesan dan panggilannya diabaikan.

"Loh?"

"yeah, i'm here right now" cengir Nina

Bima membalikkan badannya dan balas memeluk erat Nina. "Bikin khawatir tau nggak daritadi dihubungin ga dijawab-jawab" bisik Bima tepat di telinga Nina.

Masih dalam dekapan dada Bima, Nina mendonggakkan kepalanya menatap Bima. "Surprise!" serunya manja lengkap dengan cengirannya

"Makasih udah mau dateng" ucap Bima sambil mencubit gemas hidung Nina. Keduanya kemudian berjalan menuju parkiran dimana mbak Nisa dan mas Eka ternyata sudah menunggu disana.

***

Tangan Nina dengan segera menarik ujung bawah kaos Bima begitu mereka keluar dari mobil yang sudah terparkir di sebuah rumah minimalis berwarna cream-orange. Seakan tau kegelisahan gadisnya, Bima lantas menggenggam tangan Nina dan menggiringnya masuk ke dalam rumah, menyusul mbak Nisa dan mas Eka.

Second Love BlossomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang