Usai sudah bersenang-senangnya dan bergembiranya menikmati hari-hari berduanya bersama sang kekasih. Seakan tak ingin menyianyiakan waktunya, seharian ini ia habiskan untuk berdua bersama Bima. Dan ketika sampai di penghujung hari keduanya harus kembali ke rumah masing-masing, kesedihan seketika merundunginya. Bayangan akan berjauhan kembali dengan Bima yang entah sampai kapan, membuatnya seperti tak ingin melepasnya pergi karena besok Bima harus kembali ke surabaya.
"Jangan pulang dulu" rengeknya "mampir dulu sebentar di rumah" tambahnya lagi setelah yaris putihnya kini sudah bertengger di garasi rumahnya.
Bima mengelus puncak kepala Nina lembut "Nggak bisa sayang, ini udah jam berapa? nanti kemaleman sampe rumahnya"
"Jangan pulaaang..." rengeknya lagi dengan mata yang kini sudah mulai berkaca-kaca dan menahan tangan Bima
Dengan amat sangat terpaksa akhirnya Bima menuruti kemauan kekasihnya itu untuk tinggal sebentar di rumahnya. Setelah sebelumnya Nina memanggil mamanya atas kepulangannya dan meminta ijin mengobrol berdua bersama Bima di teras, mamanya lantas masuk kembali ke dalam rumah untuk melanjutkan tidurnya dengan beberapa pesan pada Nina agar tidak lupa mengunci pintu selepas kepulangan Bima nanti.
Kepalanya ia jatuhkan ke bahu Bima dengan tangan yang tak lepas melingkari lengan Bima. Memeluknya erat seperti tak ingin melepaskannya barang sedetikpun. Suara isakan seketika menghiasi keheningan mereka. Segera direngkuhnya gadisnya itu dan meletakkan kepalanya di dada bidangnya.
"Besok nggak usah nganterin ke bandara aja kalo kayak gini" ujar Bima lembut sembari mengelus lembut kepala dan punggung Nina dalam rengkuhannya
Gerakan menolak jelas terasa di dada Bima ketika Nina justru menggeleng kuat atas ucapan Bima. Nina justru semakin mengeratkan pelukannya. "Nggak mauuu! ikut pokoknya!" serunya dengan suara teredam karena wajahnya terbenam di dada Bima.
"Kalo kamunya nangis gini terus aku ga bisa ninggalinnyaaa"
"Cuma hari inii" rengeknya lagi meyakinkan Bima. "janji besok nggak nangis" lanjutnya
"Bener?" dan sebuah anggukan pelan kemudian terasa di dadanya.
"Yaudah, sekarang aku balik ya?"
Kini justru pukulan pelan bertubi-tubi yang terasa ketika Nina mengangkat kepalanya dari dadanya dan melepas pelukannya.
"Kenapa?.... kenapa harus ginii?? Nina nggak mau kakak pergiii...." suara isak tangisnya kini sudah berganti raungan kecil yang menyayat dada Bima. Betapa sesungguhnya hatinya menjerit tak rela harus berpisah jauh dari gadisnya itu.
Tangannya menangkap kedua tangan Nina yang sedari tadi terus memukul dadanya. Bima lantas berdiri dan menatap mata gadisnya. "Jangan gini, sayang... kita masih bisa ketemu walaupun hanya sebulan sekali. Ada hp yang terus bisa menjadi penghubung kita walaupun jauh"
Rasa basah dipipinya berubah hangat ketika kedua tangan Bima menangkupnya dan menghapus air matanya lembut. Kelembutan elusan Bima di pipinya kini terasa di bibirnya ketika tanpa sadar Bima mendekatkan kepalanya dan menyatukan bibir mereka. Tanpa penolakan, Nina justru menikmati ungkapan perasaan Bima yang juga tak ingin jauh darinya melalui ciumannya.
Ciuman terakhir mereka sebelum terpisah jarak. Nina lantas mengalungkan tangannya memeluk pinggang Bima erat dengan kepala mendongak miring masih menikmati decapan cinta Bima di bibirnya. Menghirup nafas sebentar, ciuman itu berhenti dan berganti dengan kedua hidung yang saling beradu mengendus aroma kasih antar keduanya.
"Love you"
Jika biasanya Nina yang mengucapkan itu setelah sesi ciuman mereka, kini Bima yang mengucapkannya sembari mengecupi seluruh wajah gadisnya. Berawal dari kecupan di kedua pipi, dahi, kedua mata, hidung dan terakhir kecupan di bibir Nina yang sedikit lebih lama dan lebih dalam.
"me better go home, now" ucap Bima lagi seraya melepas pelukannya dan menggiring lengan kekasihnya itu mendekati pagar rumahnya.
Dan sebelum ia benar-benar berpisah dengan Bima, ditangkupnya wajah Bima lalu kemudian melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Bima padanya tadi. Mencium seluruh wajah Bima dengan penuh kasih dan lebih lama daripada ciuman Bima pada wajahnya tadi. Sedikit menundukkan wajahnya, Bima memberikan kuasa penuh pada Nina untuk memberikan ciuman pada seluruh wajahnya.
Air matanya menetes begitu Nina mencium kedua mata Bima. Mata yang begitu hangat setiap ia memandangnya. Dan untuk satu bulan ke depan ia akan sangat merindukan mata ini yang selalu menatapnya penuh kasih. Beralih pada kedua pipi Bima yang tak pernah luput dari elusannya ketika mereka berdua saling menatap. Pipi itu juga yang sering menjadi sasaran ciuman tiba-tibanya jika ia sedang gemas pada Bima. Bergerak ke atas, Nina mencium lama dahi yang selalu ia ketuk-ketuk dengan jemarinya jika Bima sedang membaringkan kepalanya di pangkuannya. Turun ke hidung, ia mengendus pelan sebelum memberi kecupan. Turun lagi untuk yang terakhir, sebuah kecupan lama dan hangat ia daratkan pada bibir Bima. Bibir yang sering mengecupnya, bibir yang sering ia bungkam dengan kedua tangannya lalu ia tarik-tarik yang selalu membuatnya tertawa ketika Bima merayunya dengan kata-kata gombalnya. Wajah yang akan ia rindukan paling tidak satu bulan kedepan seperti janji Bima yang akan mengunjunginya minimal sebulan sekali. Lantas ia peluk tubuh Bima erat untuk yang terakhir sebelum Bima pulang. Tubuh ini juga yang akan sangat ia rindukan hangat rengkuhan pelukannya.
"Love you too" bisiknya tepat di depan telinga Bima.
Dan malam itu benar-benar hari terakhir Nina melihat sosok Bima sebelum ia lihat kembali lagi didapannya satu bulan ke depan karena keesokan harinya ia justru tidak datang mengantar Bima ke bandara. Matanya bengkak setelah semalaman menangis. Dan ia hanya tidak ingin memberatkan kepulangan Bima seperti yang Bima ucapkan semalam dengan melihat kondisinya dan air mata yang sudah pasti akan terus mengalir karena belum rela mengijinkan Bima pulang.
Sementara di bandara sana, Bima yang diantar kakak dan kakak ipar beserta pobakannya itu juga diselimuti awan kesedihan karena harus pulang tanpa dihantar oleh kekasihnya. Saat ditelfon, Nina justru mengabaikannya dan akhirnya sebuah pesan singkat dari gadisnya itu ia terima bahwa gadisnya itu tak bisa mengantarnya. Sama seperti saat kedatangannya lagi ke jakarta tanpa Nina, balik pun ia juga tanpa Nina yang mengantarkan.
***
03-01-2016 / 10:27 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love Blossomed
DiversosSequel First Sight Called Love [!!!] Part 14 sama 26 diprivate. Saya nggak cari followers karena saya lebih suka ditinggalin jejak di cerita saya daripada difollow. Tapi karna saya pengen tau ada yang baca nggak sih cerita ini selain mereka yang raj...