SLB - 27

104 4 1
                                    

"Bulan depan kak Krishna mau ke surabaya" ucap Bima setelah menelan habis suapan kue buatan mama Nina. Keduanya kini tengah berada diteras depan rumah Nina setelah pulang dari taman mini beberapa jam yang lalu.

Nina hanya mengangguk mendengar informasi Bima karena sebenarnya ia sudah tahu mengenai hal itu. Tangannya kembali menyuapi kue lapis legit ke mulut Bima.

Tangan Bima terulur mengelus lembut puncak kepala Nina. "Nggak pengen ikut?" tanya Bima to the poin ketika pancingan obrolannya hanya ditanggapi anggukan. Krishna sudah menceritakan pada Bima mengenai tawarannya mengajak Nina ke surabaya. Sekarang, Bima hanya ingin tau langsung dari mulut kekasihnya itu bagaimana tanggapannya.

Nina masih saja sibuk memakan kue lapisnya dan sesekali menyuapi ke mulut Bima. Seperti menghindar dari obrolan yang hatus mengenal orangtua Bima.

"Aaakk" Nina memaksa agar Bima membuka mulutnya dan menerima suapannya. Tapi bukannya membuka mulutnya, Bima justru menahan tangan Nina.

"Jawab dulu, nggak pengen ikut ke surabaya?" ucap Bima mengulang pertanyaannya.

Merasa tak bisa menghindar dari obrolan itu, Nina menyandarkan kepalanya ke bahu Bima dan memeluk perut rata Bima dari samping. "Takut..." lirihnya

Bima mengernyitkan dahinya mendengar jawaban Nina. Tidak mengerti apa yang ditakutkan oleh kekasihnya itu. "Takut apa?"

"Kalo mereka nggak suka sama Nina gimana?" wajahnya ia benamkan di bahu Bima dengan tangan yang semakin erat memeluk Bima. "Hubungan kita juga kan baru 2 bulan"

Bima menarik pelan kedua bahu Nina untuk melonggarkan pelukannya. "Maksud kamu ayah sama bunda?" tanya Bima lembut sambil mengusap pelan sebelah pipi Nina. "Aku serius jalanin hubungan ini sama kamu walaupun baru hitungan bulan dan berhubungan jarak jauh seperti ini. Aku cuma pengen aja ayah sama bunda tau pacarku"

"Tapi nggak papa kalo kamu belum siap ketemu sama mereka. Yang penting kamu harus tau, aku nggak pernah main-main sama hubungan ini. Sayang banget sama kamu..." ucap Bima seraya mencium kening Nina mesra.

Setelah mengetahui alasan Bima datang jauh-jauh hanya untuk dirinya dan juga kesungguhan Bima yang ingin mengenalkannya dengan orang tuanya, Nina semakin yakin bahwa Bima memang tidak main-main dengan hubungan mereka. Nina lantas memeluk erat Bima seraya berbisik lirih.

"Sayang kamu juga"

***

Minggu paginya Nina tengah sibuk membuat kue bersama mamanya. Kue itu rencananya akan ia berikan pada Bima untuk dibawa ke surabaya sore nanti. Walaupun sedih harus berjauhan lagi dengan kekasihnya, Nina tetap ceria saat membuat kue bersama mamanya.

"Bikin kue lagi?"

Suara ayahnya menginterupsi Nina yang sedang mengiris buah sebagai topping pie buahnya, sementara mamanya sibuk dengan adonan cup cake nya.

"Buat pacarnya yah, sore ini katanya mau balik ke surabaya" Goda mamanya seraya melirik Nina yang tengah merona mendengar godaan mamanya.

Ayahnya mengangguk sambil berjalan ke arah mamanya. Mengecup sekilas pipi istrinya sebelum membuka kulkas dan mengambil air minumnya. "Oh, jadi Bima balik sore ini?"

Nina hanya menjawab singkat dan meneruskan irisan buahnya. "Anak ayah udah gede sekarang" usapan lembut serta kecupan tak lupa juga diberikan ayahnya untuk putri bungsunya itu.

"Ayaaahh apa siih..."

***

"Ini aku loh yang bikin tadi pagi" bangganya seraya menyodorkan 1 kotak berisi cup cakes dan 1 kotak berisi pie buah pada Bima. 1 kotak lagi sudah ia berikan pada mbak Nisa saat mbak Nisa menyambut kedatangannya tadi. "Yaaa, dibantu mama sih bikinnya" cengirnya kemudian.

Hari ini bersama mbak Nisa dan keluarga kecilnya ia akan mengantar Bima ke bandara. Setelah semalam ia berjanji tidak akan sedih apalagi menagis, akhirnya Bima mengizinkannya ikut.

"Makasih, sayang..." ucap Bima seraya mengelus lembut puncak kepala Nina. "Telfonin mama, aku mau ngucapin makasih udah bantuin pacarku yang cantik ini bikin kue"

Nina lantas merogoh hp nya dan menekan nomor mamanya sebelum ia sodorkan hpnya saat suara mamanya mulai terdengar.

"Assalamu'alaikum, tante..." sapa Bima sopan

"Oh, ini Bima?" tanya mama Nina kaget karena bukan suara putrinya yang terdengar.

"Iya tante, Bima mau ngucapin makasih kuenya, tante"

"Oh.. tante pikir apa. Iya sama-sama. Kamu hati-hati pulangnya ya? semoga selamat sampai surabaya" ucap mama Nina ramah.

"Iya, sekali lagi Bima bilang makasih tante. Maaf Bima nggak bisa bilang makasih dan pamit langsung. Assalamu'alaikum, tante..."

"oh ya tidak apa-apa. Waalaikum salam..."

Berbeda dengan apa yang dijanjikan, nyatanya tetap saja Nina berkaca-kaca saat Bima akan melakukan check in tiket pesawat. Seakan memberi waktu berdua sebelum keberangkatan Bima, mbak Nisa dan mas Eka sengaja menjauh dan menuruti Asa yang menunjuk-nunjuk ke arah luar bandara.

"Nanti langsung kabarin" bisik Nina denga suara menahan getar dalam pelukan Bima. Seakan tak rela berpisah, pelukannya justru semakin mengerat di pinggang Bima.

Bima lantas mengelus pelan punggung Nina bermaksud menenangkan. "Nggak boleh nangis pokoknya. Iya, nanti langsung aku kabarin. I love you..." balas Bima berbisik seraya mengecup pelipis Nina dan melonggarkan pelukannya.

Kakinya menjinjit pelan mengarahkan bibirnya mengecup lembut pipi Bima. "Love you too..."

***

28-01-2016 / 11:39 WIB

Second Love BlossomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang