"KANINAAA ASYA PUTERIIII!!!!" Mamanya mulai menaikkan volume suaranya begitu tak ada sambutan dari dalam kamar Nina. Perempuan paruh baya namun masih terlihat awet muda itu mulai khawatir karena tak biasanya putrinya itu susah dibangunkan seperti ini. Apalagi dihari yang sama dan waktu yang sama setiap minggunya, putrinya itu sudah bersiap-siap pergi ke kampus.
Diambilnya kunci duplikat kamar Nina karena frustasi tak kunjung mendapat sahutan dari dalam kamar anaknya.
"Adek bangun! bukannya ada kuliah? Nanti telat!"
Pantas saja suara gedoran dan teriakan mamanya tak terdengar karna setelah dibukanya selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, telinganya telah tersumpal headset yang tersambung dengan ipod.
Matanya terbuka sempurna begitu suara panik mamanya terdengar dan headset yang tadi tertancap di telinganya itu sudah terlepas.
"Nina nggak ada kuliah, Ma. Donsennya minta ganti jadwal" ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur
"Kamu tidak bilang, Mama khawatir biasanya hari ini ada kuliah. Jangan dibiasakan tidur sambil pakai headset, Mama teriak tidak kedengeran kan jadinya?. Oh iya, tadi Sinta telfon katanya hp kamu mati? Tidak bisa dihubungi dari semalam"
"Maaf, Ma. Iya nanti Nina telfon balik Sinta"
"Yasudah, mandi sana. Mbak Nisa mau balik nanti kita kesana sekalian kenalan dan ketemu baby Asa" ujar mamanya sambil beranjak dari kasur Nina.
"Iya..."
Diraihnya hp-nya yang sejak kemarin sore ia matikan. Notifikasi pesan Line, Whatsapp,BBM, sms dan panggilan tak terjawab masuk bertubi-tubi begitu hp-nya menyala.
Beberapa pesan dari teman kuliahnya, nomor tak dikenal dan tentu saja yang paling banyak adalah pesan dari sahabat nya, Sinta. Segera dibalasnya pesan yang menurutnya penting serta membiarkan yang lainnya tetap tak terbaca lalu ia tinggalkan untuk beranjak ke kamar mandi.
Baru saja ia keluar dari kamar mandi, hp nya kembali berdering.
"Pagi"
Suara serak laki-laki menyambut pendengarannya begitu Nina menangangkat panggilan telfonnya
"Pagi juga" balasnya begitu tau siapa yang menelfonnya. Nina memang belum sempat menyimpan nomor Revan di kontak hp-nya.
"Ga ngampus hari ini?"
"Nggak ada kelas. Di rumah aja" jawabnya datar
"Gue main ke sana ya?"
"Eh? tapi--"
"Gak ada tapi-tapian, lo bilang free jadi gue main kesana kalo gitu. Bye, tuan putri"
Nina melongo atas kelakuan Revan yang memotong ucapannya dan menutup telfon secara sepihak padahal ia belum sempat memberi ijin untuk datang ke rumahnya. Pemaksa, eh?
Dan apa tadi? Revan memanggilnya tuan putri? Nina belum siap ada orang lain yang memanggilnya seperti itu lagi. Memang ia mengijinkan Revan untuk memanggilnya seperti itu tapi- heii mereka baru kenal kemarin bahkan belum terhitung satu hari. Ini tidak sesuai dengan kesepakatan! kesalnya
***
Nina sedang berada di teras rumah tante Rahma bersama baby Asa di gendongannya sebelum bayi menggemaskan itu pulang ke rumah barunya sebentar lagi. Ibu bayi itu tengah beberes di dalam rumah sementara suaminya sudah berangkat ke kantor tadi pagi.
"Mbak Nisa kenapa nggak nunggu mas Eka pulang kantor aja, Tan daripada harus naik taksi. Nina juga biar lebih lama mainnya sama Asa"
Tante Rahma tersenyum lebar melihat Asa yang tertawa geli karena ciuman gemas Nina di perutnya.
"Mas Eka nya lembur. Lagi pula nanti ada adiknya mas Eka yang mau ke Jakarta sekalian nemenin mbak Nisa di rumahnya"
Obrolan keduanya tiba-tiba terpotong saat Nina melihat jazz silver terparkir di depan rumahnya.
"Pacar kamu ya?"
"Bukan kok Tan, cuma temen" ujarNina
"Temen apa demen? ganteng gitu kok, masa cuma temen? samperin gih" goda tante Rahma
Baru saja Nina akan beranjak, ternyata Revan sudah menuju ke arah rumah tante Rahma.
"Bukannya rumah lo yang ini?" Revan menunjuk rumah Nina
"Perasaan gue belum ngasi ijin lo buat kesini" sindir Nina berkacak pinggang mengabaikan pertanyaan Revan
Revan hanya menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Iya iyaa... sorry, tuan putri"
"Harus berapa kali sih gue bilang? jangan panggil gue seperti itu!" sebal Nina
"Tapi gue suka manggil lo gitu" Revan tetap ngotot dengan cengirannya
"ck ngeselin lo!"
"Makin cantik kalo lagi sebel gitu" goda Revan sambil mencubit gemas hidung Nina.
"Jalan yuk?" ajak Revan
"Males! Gue mau nganterin mbak Nisa pindahan." Ucapnya sambil mengusap hidungnya yang dicubit Revan
"yaudah gue anter kalo gitu"
Tipe laki-laki yang peka, satu lagi penilaian Nina terhadap Revan. That's good karena sebenarnya ia juga sedang memancing Revan. Selain itu ia juga memang punya rencana mengantar mbak Nisa ke rumah barunya, hanya saja belum sempat ia utarakan niat nya karena obrolannya dengan tante Rahma tadi terpotong oleh kedatangan Revan.
Dengan sedikit tampang gengsi tapi mau, akhirnya tawaran Revan ia terima dengan senang hati. Lumayan tidak perlu capek menyetir ditengah kemacetan Jakarta. Batinnya tersenyum licik
Setelah mendapatkan ijin dari Mamanya untuk ikut mengantar mbak Nisa, dan mbak Nisa dengan senang hati menerima tawaran Nina dan Revan untuk ikut mengantarnya, akhirnya kini mereka tengah berada di rumah baru mbak Nisa dengan Nina yang berpuas-puas bermain bersama Asa.
Nina benar-benar tak ingin segera pulang karena ia masih ingin terus bermain dengan Asa. Namun hari sudah mulai senja, apalagi ia bersama Revan dan sebentar lagi juga adik iparnya mbak Nisa akan datang. Jadi mau tak mau ia dan Revan harus segera pulang.
"Mbak, besok-besok aku main-main lagi kesini ya kalo kangen Asa?"
Mbak Nisa tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih ya Nina, Revan sudah mau nganterin mbak. Kalian hati-hati di jalan"
Nina melambaikan tangannya kemudian memasuki mobil Revan ketika sebuah taksi baru saja berhenti di depan rumah mbak Nisa. Untunglah adik ipar mbak Nisa sudah tiba. Hatinya tenang karena tak meninggalkan mbak Nisa hanya berdua bersama Asa di rumah.
***
26-11-2015 / 21:07 WIB
![](https://img.wattpad.com/cover/55175980-288-k325825.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love Blossomed
RandomSequel First Sight Called Love [!!!] Part 14 sama 26 diprivate. Saya nggak cari followers karena saya lebih suka ditinggalin jejak di cerita saya daripada difollow. Tapi karna saya pengen tau ada yang baca nggak sih cerita ini selain mereka yang raj...