SLB - 21

101 6 1
                                    

Perlahan Nina mulai bisa mengontrol emosi rindunya walaupun di minggu pertama selalu ia lewati dengan suara isakan di setiap malamnya saat berjumpa via suara dengan kekasihnya. Bima selalu meyakinkannya agar terus bersabar dengan hubungan mereka yang harus terpisah jarak serta saling menguatkan hati masing-masing. Dan tentu saja kehadiran Sinta sebagai sahabatnya amat sangat membantu dan menyadarkannya untuk tak terus bersedih.

Berbagai kegiatan ia lakukan untuk sekedar menyibukkan diri agar tak terus meratapi kerinduannya. Setiap harinya ia akan bercerita panjang lebar pada Bima mengenai kesibukannya yang membuat Bima senang karena sudah tidak ada lagi isakan yang mengiringi obrolan panjang mereka setiap malamnya.

Siapin jaket, senter, selimut, obat-obatan pribadi, makanan sama air minum. Siapkan stamina yang paling penting kalo masih minat ikut ke burangrang. Kalo nggak juga nggak-papa.

Dengan segera Nina langsung membalas pesan Revan dengan antusias. Kapan lagi bisa hiking dengan ijin mamanya dan mewujudkan resolusinya sejak 2 tahun yang lalu. Dan juga tentu saja ia bercerita pada Bima mengenai rencana naik gunungnya itu.

Apapun yang berhubungan dengan Revan, tentu saja sebisa mungkin Bima tidak akan membiarkannya mendekati gadisnya. Tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa dengan posisinya yang berjarak jauh dengan Nina. Selain itu, ia menangkap raut senang di wajah gadisnya saat keduanya melakukan video call. Meskipun berat, tidak akan dirinya mematahkan impian Nina yang berusaha diwujudkannya. Oleh karena itu, Bima akhirnya menyetujui dan meminta kontak Revan dengan berdalih agar ia bisa menghubunginya jika saat mendaki ia tidak bisa menghubungi gadisnya.

Revan mengernyitkan dahinya ketika melirik sebuah nomor asing tertera di layar hp-nya. Walaupun sedikit malas, ia akhirnya menerima panggilan itu.

"Revan?"

Suaranya tertahan ketika ia hendak menyapa terlebih dulu tetapi sebuah suara di seberang langsung menyapanya.

"Ya, ini siapa?"

"Bima"

Tanpa dijelaskan pun Revan tahu siapa orang pemilik nama itu. Sementara Bima juga tampak tak ingin berbasa-basi panjang dengan seseorang yang sangat ia cemburui saat ini.

"Gue cuma minta tolong jagain cewek gue saat hiking nanti"

Lagi-lagi suaranya tertahan ketika ia akan bersuara tetapi justru suara Bima mendahuluinya.

"Gue tahu lo ada rasa sama cewek gue"

Bima membombardir denga kata-katanya ketika sadikitpun Revan belum menanggapinya. Tetapi hanya suara dengusan yang Bima dengar ketika ia menebak telak perasaan Revan.

"Dan yah, gue nggak perlu bilang apa-apa lagi sepertinya karena gue tau lo orang yang gentle yang tahu bagaimana harus bersikap pada cewek gue"

Kata-kata Bima menyulut emosi Revan yang sedari tadi ia tahan karena kata-katanya.

"Dan itu berarti disini lo yang nggak gentle, right?"

"Maksud lo?"

"Karna seorang gentleman bersikap akan menjaga sendiri apa yang menjadi miliknya, bukan menyuruh orang lain untuk menjaganya!"

DEG!

Kata-kata Revan kali ini menghantam telak perasaan Bima. Menyadari bahwa sebagai lelaki ia tidak bisa menjaga gadisnya sendiri.

"Dan lo nggak usah khawatir, tanpa lo suruh gue akan menjaga apa yang gue sayang meskipun itu belum gue miliki!" tambah Revan lagi.

Usai mengatakan itu, Revan lantas menutup sambungan telfonnya sepihak dan menyisakan Bima dengan keterperangahan dan kekhawatiran.

***

"Yaudah, jaga diri baik-baik. Jaga hati juga. Love you"

Sebagai anak gunung di masa kuliahnya, berbagai macam wejangan Bima tuturkan berulang-ulang pada Nina seperti berhati-hati saat mendaki, perhatikan langkah agar tidak terperosok nanti jika salah menginjak, tidak perlu sungkan untuk meminta berhenti jika capek, bawa jaket yang tebal karena sudah pasti dingin saat bermalam di atas puncak, dan yang penting untuk membawa air minum yang cukup karena di burangrang tidak ada sumber air seperti saat mendaki di mahameru.

Kakinya kemudian melangkah dengan raut wajah ceria menuruni tangga menuju ruang tamu dimana Revan sudah menunggu. Penampilannya yang casual dengan kaos lengan panjang, jeans, sepatu dan rambut yang diikat kuda dibelakang kepalanya membuat Revan mendongak dan gemas melihatnya. Lucu dan cantik!

Revan masih berpamitan pada mamanya di teras ketika Nina sedang membuka pagar rumahnya.

"Tante yakin kamu bisa jaga Nina. Makanya tante percaya dia naik gunung sama kamu. Hati-hati ya, nak yaa..."

Hatinya terenyuh mendapat kepercayaan untuk bisa menjaga putri dari seseorang yang sudah ia anggap ibunya sendiri itu. Apalagi sebuah elusan hangat yang mama Nina berikan di punggungnya, seketika membuatnya merindukan mamanya yang sudah tiada.

"Iya, Tante" ucapnya seraya mencium punggung tangan mama Nina.

"Ayoo buruaan" seru Nina tak sabaran.

Terlihat jelas dari kaca mata Revan betapa antusiasnya Nina untuk naik gunung. Sedari tadi ia bertanya tanpa henti mengenai bagaimana gambaran pendakiannya nanti. Maklum saja, ini adalah pengalaman pertamanga mendaki gunung. Dan dengan apa adanya Revan menjawab semua pertanyaan Nina.

Punggungnya yang sedari tadi bersandar seketika menegak begitu mobil yang dikendarai Revan memasuki sebuah terminal bus.

"Kok kesini?"

Pertanyaan Nina justru mengundang kernyitan di dahi Revan. "Maksudnya?"

"Ya kita ngapain disini?" tanya Nina lagi

Belum sempat menjawab Revan segera turun dan mengitari mobilnya untuk mebukakan pintu disamping Nina. Dengan berat hati Nina keluar dari mobil sembari mengitari keadaan sekitar yang ramai dan kembali menatap Revan meminta jawaban.

"Kita naik bis, tuan putri" ucap Revan gemas dan mengacak pelan ujung kepala Nina

"Tap---"

Belum sempat Nina menjawab, Revan melambaikan tangannya pada beberapa orang tak jauh dari mobilnya yang diparkir dan mengajak Nina mengambil barang-barang mereka di jok belakang.

Selanjutnya Revan menggiring Nina menuju 6 orang teman-temannya yang sudah menunggu sedari tadi. Revan melemparkan kunci mobilnya salah satu teman lakilakinya sebelum mengenalkan Nina pada teman-temannya. Belum selesai rasa bingungnya akan aksi lempar kunci yang dilakukan Revan, kini justru ditambah bingung dengan keempat teman lelaki Revan yang tiba-tiba bersiul menggoda Revan sembari melirik ke arahnya.

Diluar itu semua, satu yang sepertinya tak disadari Nina, seseorang sedang memendam cemburu dan menatap tak suka padanya.

***

04-01-2016 / 13:07 WIB

Second Love BlossomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang