SLB - 16

109 6 2
                                    

"Masa pulang malem lagi?"

Bibirnya seketika melengkung ke bawah. Pasalnya ini sudah hari ketiga mereka tidak bisa berdua melewatkan hari bersama-sama. Suaranya bergetar menahan tangis karena rindu tak bertemu sang kekasih.

"Minggu depan udah mau balik masa iya pas disini juga nggak bisa ketemu?" rengeknya lagi

"Sekalian latihan, sayang. Ini baru beberapa hari, besok-besok kita bakal lebih lama nggak ketemunya"

"--------"

"Sabar ya? Sabtu kita quality time"

"Masih lusa, sabtunyaaa"

"Ya gimana? kerjaanku ya gini kalo lagi deadline"

"Yaudah deh"

Masih tidak rela sebenarnya harus menerima resiko dari pekerjaan sang pacar yang berimbas harus menahan rindu seperti ini.

"Yaudah aku kerja dulu. Sayang kamu..."

"He'emh"

"He'emh apa?"

"Sayang kamu juga!"

Terdengar suara kekehan sebelum Bima memutus sambungan telfonnya "Bye..."

Sepi

Begitu yang Nina rasakan saat ini. Ia butuh melakukan sesuatu untuk menghibur hatinya. Biasanya ia akan melakukan girls time bersama Sinta. Ya, Sinta selalu bisa menghiburnya jika ia merasa kesepian seperti ini.

Mengingat Sinta, Nina tiba-tiba teringat kejadian 3 hari lalu saat pagi-pagi ibuk-nya itu bertandang ke rumahnya. Sudah 3 hari pula tidak ada alarm pengingat bangun subuh dari Sinta dengan serbuan PING!!! pada BBM nya ataupun panggilan telfon berulang-ulang sampai Nina menjawab panggilannya.

"Tante Rena bilang subuhan lo sering kesiangan. Subuhan apaan lo barengan sama ayam yang udah keluar dari kandangnya? Gak malu lo sama ayam? Jadi mulai sekarang bahkan kalo perlu sampe lo punya suamipun gue bakal mengganggu tidur nyenyak lo biar lo langsung bangun dan sholat subuh!"

Begitu dulu Sinta menceramahinya saat Nina sering begadang mengerjakan tugas kuliahnya sampai lewat tengah malam.

Kalaupun Nina mematikan hpnya dari semalaman, keesokan harinya Sinta akan mencecar dengan ribuan pertanyaan.

"subuhan jam berapa lo tadi? macem apa aja lo segala ga pengen diganggu pake matiin hp. Kalo ada urusan yang penting banget tapi lo malah ga bisa dihubungi bla bla bla---"

Tiba-tiba ia merindukan omelan Sinta dengan kata-kata tanpa saringannya itu. Ah ini masih 3 hari, pantas saja jika ia masih melancarkan aksi diamnya. Tapi lihat saja besok, sahabatnya itu akan dengan sok polosnya seperti tidak terjadi apa-apa akan mengobrak-abrik kamarnya  seperti biasanya. Dia tidak bisa lebih dari 3 hari mendiamkannya.

"Nanti sore nggak kemana-mana lagi kan dek seperti kemaren?" tanya mamanya saat melihat Nina turun dari tangga.

"Iya, ma. Kenapa?"

"Nggak-papa mama seneng kalo kamu di rumah. Jadi ada temennya" Raut bahagia terukir jelas di wajah mamanya. Betapa mamanya itu merasa kesepian karena selama ini ia terlalu sibuk dengan urusan kuliahnya. Apalagi semenjak ia berpacaran dengan Bima, waktunya selalu ia gunakan untuk berdua bersama pacarnya itu.

"Ma... maafin Nina yaa akhir-akhir ini mama jadi kesepian ya karna Nina terlalu sibuk?" ucapnya. Tak terasa air matanya menetes membayangkan betapa kesepiannya mamanya.

"Kok malah nangis sih anak mama? Mama nggak-papa kok. Mama maklum. Anak mama ini udah gede udah punya kesibukan sendiri. "

"Udah ah udah gede kok masih cengeng. Kita bikin kue yuk?" ajak mamanya sembari menghapus air mata anaknya.

Second Love BlossomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang