SLB - 32

83 6 1
                                    

Walaupun hanya 1 jam kurang lebih penerbangan dari surabaya ke jakarta, tapi tetap saja membuat Nina kelelahan. Baru saja ia meluruskan badannya, bunyi dering hp nya menghiasi suasana hening kamar Nina. Matanya melirik malas saat membaca id caller yang tertera di layar hp nya.

Kak Reno

Tadi pagi kakaknya itu juga sempat menelfon dan memberondong Nina tentang info dari mamanya bahwa ternyata adiknya itu berpacaran dengan teman SMPnya. Selama ini memang Nina tidak pernah bercerita pada Reno tentang hubungannya dengan Bima. Nina pikir justru Reno sudah tahu dari mamanya dan ketika Reno tak mengkonfirmasikan langsung padanya, Nina pikir Reno tak ada masalah dengan hubungannya dan Bima. Walaupun sedikit kesal saat Nina tak bercerita pada Bima, namun akhirnya Reno cukup mengerti setelah Nina menceritakan semuanya tentang hubungannya dengan Bima sejak dari SMP dulu. Ya, restu dari kakaknya akhirnya bisa ia kantongi untuk hubungannya dengan Bima walaupun semenjak itu Reno jadi lebih protektif dengan berbagai macam perhatian nasehatnya pada Nina. Reno juga sempat menghubungi Bima dan mengumpat pada Bima karena memacari adiknya tanpa sepengetahuannya. Sedangkan Bima hanya terkekeh mendengarnya dan berjanji pada Reno bahwa ia benar-benar serius menjalin hubungan dengan Nina.

"Hmmm?" gumam Nina malas saat menjawab telfonnya

"Gitu kalo kakak yang nelfon suaranya males, giliran Bima yang nelfon pasti semangat. Iya?"

"Apa sih, kak. Nina capek nih baru sampe rumah" ucap Nina dengan mata yang mulai terpejam lelah. Selanjutnya hanya suara panggilan sepihak dari Reno yang ditinggal tidur Nina. Bahkan ketukan di pintu kamarnya juga tak digubris Nina yang tengah tertidur.

Mama Nina melangkah masuk dengan secangkir teh hangat untuk putri bungsunya itu. Barangkali dengan secangkir teh hangat bisa sedikit meredakan rasa lelah putrinya setelah bepergian jauh. Tangannya kemudian mengusap-usap lembut kening dan puncak kepala Nina yang membuat Nina semakin terlelap dalam tidurnya. Lama, diperhatikannya wajah damai putrinya saat tidur dengan sayang. Gerakan tangannya kemudian tehenti ketika layar hp Nina menampakkan sebuah panggilan dengan id caller  'my bim'. Tak ingin suara panggilan tersebut mengganggu tidur putrinya, Mama Nina kemudian meraih hp itu dan menjawab panggilannya.

"Sayang, udah sampe rumah?" sapa Bima lembut. Tidak tahu bahwa bukan Nina yang sedang menjawab panggilannya. Sementara mama Nina berdehem sebelum membalas sapaan Bima.

"Nina sudah sampai rumah dan sekarang lagi tidur"

Bima kontan terkejut dan salah tingkah begitu mengenali suara yang menjawab telfonnya adalah mama Nina. "Oh, ini tante Rena ya? Maaf, Bima nggak tau, tante"

"iya, nggak papa. Nina sepertinya kelelahan. Jangan diganggu dulu ya malam ini? besok saja dihubungi lagi" ucap mama Nina ramah

"Iya, tante. Assalamu'alaikum"

Usai memutus panggilan telfon Bima, mama Nina kembali memandangi wajah polos Nina saat tidur. Entah mengapa air matanya metes saat tangannya kembali mengelus lembut puncak kepala Nina. Tak ingin mengganggu tidur putrinya, mama Nina akhirnya beranjak keluar dari kamar Nina setelah memperbaiki posisi selimut yang menutupi sebagian tubuh Nina.

***

Ada perasaan yang berbeda yang dirasakan Nina ketika bagun tidur. Bukan lagi meja dengan tumpukan buku-buku dan kertas-kertas serta lembaran foto-foto dirinya dan Bima yang tertempel acak pada dinding di depan meja tersebut yang menyambut pandangan Nina ketika bangun dari tidurnya. Baru kemarin sore ia berpisah dengan Bima di bandara dan kembali lagi ke rumahnya, rasa rindunya pada Bima sudah seperti sebulan tak bertemu. Rasanya ingin setiap hari bisa melihat sosok Bima. Tapi apa daya mereka harus menjalani hubungan jarak jauh seperti ini. Tangan Nina otomatis meraih hp nya dan melakukan panggilan telfon ke nomor Bima. Nina lupa semalam tak mengabari Bima sesampainya di rumah.

Second Love BlossomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang