Bima lantas berdiri dan tersenyum melihat gadisnya dan teman masa kecilnya itu keluar dari dalam rumah dan menghampirinya.
"Gak usah senyum-senyum lo! bayar PJ ke gue, ASAP!" seru sinta dengan lirikan sinisnya pada Bima
Bima tergelak dan mengacak pelan rambut Sinta. Sama seperti saat 7 tahun lalu, teman kecilnya itu juga melakukan hal yang sama ketika mengetahui hubungannya dengan sahabatnya itu telah resmi jadian. "Siap boss! Masih preman aja kelakuan..."
"Biarin!"
Sementara Nina hanya tersenyum bahagia melihat sahabat dan pacarnya bisa kembali akur seperti dulu.
"Yaudah deh, bukk.. kita balik sekarang aja" sela Nina menginterupsi Bima dan Sinta yang sudah siap beradu mulut.
"Gue balik, salam sama tante Ratih sama Om Fahri" kali ini Bima bersuara
Sinta mengangguk "Yaudah, hati-hati kalian. Dan lo inget ya, lo berurusan sama gue kalo sampe nyakitin dia" pesannya menoleh ke arah Bima sembari menunjuk Nina dengan dagunya
***
"Jadinya kemana kita?"
Bima sedikit menolehkan kepalanya melihat wajah Nina yang menopangkan dagunya di bahunya. "Hunting sunset?"
"I waaaanttt!!!" seru Nina mengangguk antusias.
Sembari motor melaju ke tempat tujuan mereka akan beburu sunset, Nina mengeratkan pelukannya pada Bima. Membayangkan bahwa minggu depan dirinya tidak bisa bebas memeluk pacarnya itu. "Sayang kamuuu" serunya dalam hati seraya memejamkan matanya menikmati hangatnya memeluk Bima dari belakang. Sementara bima mengelus pelan lengan Nina yang melingkari perutnya erat.
Hari masih sore dengan warna langit yang masih biru ketika mereka mengitari bibir pantai yang terletak di kawasan utara jakarta. Beberapa jepretan kameranya Bima arahkan pada gadis di depannya yang sedang berjalan penuh kegembiraan mengejar air laut yang menjauh dari bibir pantai.
Menyadari kehebohannya sendiri, Nina segera menoleh ke belakang dan menemukan Bima tengah membidik kamera ke arahnya. Tepat saat Nina bergerak menoleh, lensa kamera Bima tersetting fokus dan dengan sekali jempretan pemandangan gadis dengan rambut yang seakan terbawa angin dan beberapa helai menyapu wajahnya terekam indah dalam kameranya. Cantik!
Bima juga memotret langkah Nina yang mendekat padanya sembari menjulurkan tangannya seperti tak terima bahwa sedari tadi ia dipotret secara diam-diam.
"Curang ih motretnya diam-diam!" seru Nina mengerucutkan bibirnya yang terlihat lucu dimata Bima.
Tak ingin melewatkan momen lucu itu, Bima mengabadikannya lewat kameranya. Ia menghindar dengan kamera yang terus dijepret saat Nina berusaha menghalangi dan ingin merebut kameranya. Keduanya berlari saling menghidari kejaran dengan Bima yang tergelak dan Nina yang terus cemberut mengejar Bima.
"Aahh maless ah capekkk!" seru Nina yang kemudian berjongkok dengan nafas terengah.
Lagi-lagi Bima tergelak dan tetap membidik kameranya seraya mendekati gadisnya.
"Pacarku cantik!" ucap Bima memperhatikan hasil jempretannya
Mendengar pujian dari pacarnya, Nina segera berdiri dan mendekat melihat hasil potretan Bima. "Gombal. Mana? liat" ucapnya malu-malu.
Tangannya terus menekan-nekan tombol melihat hasil jepretan Bima sedari tadi. Terlarut dalam gambar dirinya dalam beberapa pose yang semuanya terlihat natural karena diambil secara candid. Ada juga beberapa foto yang hanya terlihat fokus pada dirinya sementara di sekitarnya tampak buram. Nina suka, terkagum akan kehandalan memotret Bima.
"Cantik kan pacarku?" bisik Bima membuyarkan kelarutan Nina akan gambar dirinya.
Tepat saat akan menoleh, hidungnya langsung bertemu dengan pipi Bima yang tengah membungkuk disampingnya sembari bersedekap dada dengan dagu yang ditopangkan pada bahu Nina.
Nina tersenyum dan menatap tepat di manik mata Bima yang kini telah kembali berdiri tegak dengan kamera ditangan kirinya.
"Terima kasih, pangeranku!" ucapnya yang langsung mendapat elusan hangat dikepalanya.
"With pleasure, sayang" keduanya saling melempar senyum dengan warna langit yang mulai menguning.
Puas menyisir bibir pantai beserta menaiki perahu, kini sepasang kekasih itu berlabuh di dermaga kayu yang juga sering disebut jembatan cinta dan seringkali dijadikan studio foto terbuka bagi para fotografer maupun pengunjung yang datang.
"Sejak kapan suka dunia fotografer kaya gini?" tanya Nina dalam kungkungan lengan Bima di belakangnya yang sibuk mengatur setting kameranya.
"Hem?" Bima hanya bergumam mendengar suara Nina tapi tidak begitu jelas apa yang ditanyakan gadisnya.
Ditolehkannya kepala Nina kesamping belakang dan memperhatikan raut wajah Bima yang tengah serius mengutak-atik kameranya. Sedikit berpegangan pada pinggang Bima, Nina berjinjit dan mengecup cepat rahang kokoh Bima .
"Serius banget! sejak kapan suka dunia fotografer?" tanyanya lagi mengganggu konsentrasi Bima.
Cukup terkejut akan aksi ciuman gadisnya itu, Bima hanya menjawab sebentar dan kembali sibuk dengan kameranya "Umm... sorry... sejak kelas 3 SMA. Kenapa?"
"Tau ah males nanya nya! Ga fokus gitu jawabnya" sebalnya sembari menyilangkan tangannya di atas perut
Cup
"Pacarku makin cantik kalo lagi sebel gitu" ucap Bima dengan kerlingan matanya usai memberi kecupan di pipi kanan Nina
Kata-kata Bima sontak mengingatkannya pada kata-kata Revan yang pernah ia ucapkan padanya. Hatinya bertanya-tanya mengapa kata-kata pujian untuknya yang keluar dari mulut kedua lelaki itu selalu sama? sama-sama memanggilnya 'tuan putri' dan sama-sama memujinya semakin cantik jika sedang sebal. ckckck
"Ini mulutnya Gombal. Gombal. Gombal" ucapnya sembari mencubit dan menarik-narik bibir Bima dengan kedua tangannya. Membuatnya terkekeh karena bibir Bima yang tampak lucu karena ulahnya.
Bima yang tak terima bibirnya dimainkan mengeratkan pelukannya di pinggang Nina dan mencondongkan tubuhnya seolah-olah akan mencium Nina agar bibirnya bebas dari ulah jahil kekasihnya itu.
Masih terkekeh mencubit dan menarik-narik bibir Bima, Nina menghindar dan temakin terkekeh melihat perlawanan Bima untuk membebaskan bibirnya. tubuh Nina ikut condong ke belakang seiring dengan Bima yang kali ini semakin membungkuk dan seketika melepas tangannya dari Bibir Bima.
"Nakal hem?"
Kali ini justru tangan Nina reflek meraih bahu dan leher Bima.
"Aaakkk ampuun kaakk... ampuun" serunya geli karena serangan kelitikan Bima di pinggangnya. Tak cukup berkejaran di Bibir pantai, keduanya kembali berkejaran di dermaga kayu itu.
Partikel-partikel atmosfir tengah mengamburkan cahaya matahari berfrekuensi rendah seiring dengan terbenamnya sang matahari sehingga meninggalkan jejak warna jingga kemerahan pada langit. Dan sepasang kekasih itu mengabadikan fenomena indah itu dengan Nina yang dipeluk Bima dari belakang.
"I love you"
Seperti ciuman mesra Jack pada Rose diatas kapal pesiar yang disaksikan angin malam dan deru ombak samudera, seperti itu pulalah Nina dan Bima mengakhiri hari itu dengan ciuman mesra yang disaksikan sunset dengan warna langit yang kian menghitam di atas dermaga cinta.
***
01-01-2016 / 17:16 WIB
HAPPY NU YEAARR!!
Istirahat dari konflik malah jadinya part aneh kinyiss-kinyiisss. wkwkwkkk
![](https://img.wattpad.com/cover/55175980-288-k325825.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love Blossomed
LosoweSequel First Sight Called Love [!!!] Part 14 sama 26 diprivate. Saya nggak cari followers karena saya lebih suka ditinggalin jejak di cerita saya daripada difollow. Tapi karna saya pengen tau ada yang baca nggak sih cerita ini selain mereka yang raj...