SLB - 12

110 6 0
                                    

Sementara ayahnya dan Bima tengah mengobrol di ruang tamu, Nina dan mamanya menyiapkan makan malam mereka di dapur. Hingga baru saja Nina melangkahkan kakinya menuju ruang tamu untuk memanggil ayahnya dan Bima, bunyi bel rumahnya berdenting. Sekalian membukakan pintu, tak terpikirkan siapa kiranya yang bertamu.

"Assalam----"

Si tamu terperangah dengan suara yang semakin pelan begitu pintu pagar dibuka dan terpampanglah seseorang yang ia rindukan beberapa hari ini yang hanya ia jumpai lewat telfon.

"----mualaikum, tuan putri" lanjutnya kemudian dengan senyum menggoda lengkap dengan kerlingan mata.

Nina hanya memutar bola matanya malas melihat sikap Revan dengan kebiasaannya yang selalu menggodanya.

"Waalaikum salam" jawabnya

"Bawa apaan tuh?" Tanya Nina lagi begitu melihat tentengan di tangan kiri Revan.

"Rahasia" Revan kembali menyembunyikan tentengannya di belakangnya "Buat calon mertua kok ini" lagi Revan menggoda Nina dengan senyumannya

"Hadeehhh" balas Nina jengah

"Siapa dek?" suara Ayahnya terdengar dari pintu ruang tamu

"Malam, Om..." sapa Revan

"Ya, malam. Kenapa nggak disuruh masuk, dek?"

"iya, yah" sahut Nina pada sang ayah "masuk!" lanjutnya menoleh pada Revan

"Lo tau nggak sih? lo tuh mau diem mau marah, jutek tetep aja lucu" Revan mencubit gemas hidung Nina sembari terkekeh dan segera kabur sebelum mendapatkan balasan pukulan dari Nina.

"Revaaaan!!" seru Nina kesal menutup pintu pagar sebelum menyusul ke dalam rumah

Di dalam rumah, Bima dengan pendengarannya yang tajam tahu siapa yang datang dan suara kesal gadisnya karena godaan Revan.

Wajah Revan sedikit kaget melihat sosok tamu laki-laki -Bima- di dalam rumah setelah menyalami ayah Nina. Namun seketika berubah seiring dengan munculnya mama Nina dari arah dapur.

"Lho Revan kapan datang? makan malam  bareng saja ya disini? belum makan kan?"

"Barusan tante"

"Ga ngerepotin, Tan? Oiya, ini tadi Revan kebetulan dari PIM terus inget tante suka sop buntut bogor, jadi Revan bungkusin buat tante" disodorkannya bungkusan makanan yang dibawanya pada mama Nina

"Ngerepotin apanya? ya nggak lah... terima kasih ya Revan. Masih inget aja kamu tante paling suka itu sup buntut disitu. Yasudah yuk makan sekarang bareng-bareng" ajak mama Nina menggiring semuanya ke meja makan.

Sedangkan Bima hatinya dipenuhi kecemburuan akan kedekatan Revan dan keluarga Nina. Ia kemudian bangkit untuk menyusul yang lain ke meja makan berbarengan dengan kemunculan Nina seusai menutup pintu pagar.

Dengan senyumannya, Nina yang melihat Bima berdiri segera menghampirinya dan mengajaknya menuju meja makan bersama-sama

"Dia yang namanya Revan?" ucap Bima seperti berbisik ke arah Nina

Nina mengangguk meng-iya-kan. Gadis itu benar-benar dengan polosnya masih menyunggingkan senyumnya tak bisa melihat kecemburuan di mata Bima.

"Oiya, sudah kenalan belum, Van sama Bima?" ujar mama Nina begitu melihat Bima dan Nina tiba di meja makan

"Oh iya, tante"

"Revan" ucap Revan seraya mengulurkan tangan pada Bima

"Bima" balas Bima dengan senyum yang dipaksakan karena hatinya masih dipenuhi kecemburuan pada sosok yang sedang menjabat tangannya itu.

"Bima itu temennya Reno, kakaknya Nina waktu SMP. Ya, temennya Nina juga" mama Nina menjelaskan pada Revan sambil mengisi piring suaminya dengan Nasi dan lauk.

Merespon hanya dengan anggukan, awalnya Revan sama sekali tak terbesit bahwa ada suatu kedekatan antara Bima dan Nina. Hingga saat Nina dengan tulusnya mengambilkan lauk dan menaruhnya di piring Bima, semua terasa janggal dan percikan api cemburu mulai mengenai hatinya. Seulas senyum Bima saat berjabatan tangan dengannya barusan, baru ia sadari terasa aneh dan terpaksa. Bima cemburu padanya?

"Dek, ayah mau sayurnya. Ambilin..."

Seakan tak mau kalah dengan Bima yang mendapatkan perhatian dari Nina yang mengambilkan lauk untuk Bima, sang ayah mencari-cari perhatian dengan meminta sayur yang bahkan letaknya lebih dekat dengan istrinya daripada Nina.

Dengan telaten Nina mengambil dan menuangkan sayur di piring ayahnya. Beberapa obrolan kemudian tercipta salah satunya mengenai Bima yang baru Revan sadari adalah adik ipar mbak Nisa dan keberadaannya di jakarta yang hanya sampai 2 minggu lagi. Dan tentunya Revan semakin yakin bahwa ada sesuatu antara Bima dan Nina ketika ia tak sengaja menangkap raut kesedihan di wajah Nina saat membahas tak lama lagi Bima akan balik ke surabaya. Bukan cemburu lagi tapi Revan merasa sudah kalah telak dalam merebut hati Nina. Bahkan ia baru saja berjuang.

Dan malam itu adalah makan makan malam penuh kecemburuan dari para kaum adam di rumah itu, tetapi sesungguhnya sang ayah lah yang paling merasakan betapa cemburunya ia melihat putrinya yang sedari kecil ia lah yang mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayangnya hingga sekarang putrinya itu tumbuh dewasa, dan di depan matanya sendiri ia melihat ketulusan putrinya memberi perhatian pada laki-laki selain dirinya sungguh ia merasa cemburu bahwa kini perhatian putrinya sudah tak sepenuhnya lagi untuknya. Tetapi ia juga tidak bisa menolak hal itu terjadi karena bagaimana pun putri nya itu kini sudah dewasa dan sudah pantas memberikan perhatian kepada lelaki lain selain dirinya, ayanya.

***

24-12-2015 / 16:30 WIB

Second Love BlossomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang