Awan Cumulus Nimbus berarak menyelimuti cakrawala yang awalnya cerah
Pertanda bahwa akan ada yang tumpah
Langit sedang marahCemeti dewa meretakkan cakrawala yang sekarang muram
Persis seperti tuturannya yang meretakkan anganku dan dia, Mendatangkan suramBulir-bulir tangisan sang cakrawala pun mulai menghantam daratan
Mereka tak pernah datang sendirian
Selalu menyerbu berkawanan
Tapi, mereka selalu mengalir dengan ringanTerkecuali sekarang...
Mereka begitu berat meluncur di muka
Bulirnya menjadi sebesar biji kacang
Rupanya mereka mengandung duka
Yang berasal dari hatiku yang malang