Pesan Tak Kasat Mata

750 44 0
                                    

Bulir-bulir hujan berceceran,
Terjun dari awan-awan keabuan.
Alunan rintik hujan menghanyutkan pikiran,
Yang berusaha keras menjawab kebingungan.

Pikiranku digerayangi kegalauan,
Digerogoti penasaran,
Kemudian meronta menuntut jawaban.
Tak sabar menemukan kepastian.

Sorot itu...
Dalam diam mengirimkan pesan-pesan tak kasat mata,
Yang hanya dapat dibaca hati yang peka.

Apakah itu pesan untukku?
Atau hanya pesan salah kirim yang sampai kepadaku?

Kalau memang benar itu adanya,
Mengapa engkau tak jawab pikiranku yang bertanya?
Kemudian lepaskanlah Mereka dan Dirinya.

Jawab aku...

Tapi alih-alih menjawabku,
Kau malah seringkali membebaniku,
Dengan beribu tanya lain.
Membuatku sangsi bila pesan itu untukku bukan yang lain.

Jawab aku...

Akhirnya aku pun mulai bosan,
Menerima pesan-pesan,
Namun, tak kunjung diberi jawaban.
Pikiranku mati perlahan,
dicekik bingung dan ditikam penasaran.

Hujan...
Berbisiklah padanya untuk segera menjawabku,
Atau hapuslah harapanku,
Tentang pesan yang selama ini memancar dari matanya.
Matanya yang kecil dan menghilang ketika senyum merekah di wajahnya.

Hujan...
Hanyutkan harapan-harapanku bersama setiap bulirmu
yang mengalir jauh.
Sehingga tak perlu lagi kumengeluh,
Atau menangis lewat pukul sepuluh,
Karena kini rasaku padanya akan meluruh.

Mungkin pesan itu tidaklah ditujukan padaku...

-Untukmu cinta yang fana di akhir masa putih abu




Bulir Hujan Dan PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang