Chapter Three.

9.6K 449 3
                                    

***

Yuna memang bukan lahir dari orang yang berada. Menurut sebagian orang sekolah di Fakultas Kedokteran memang mengeluarkan uang yang banyak tetapi berbeda dengan wanita yang satu ini. Ia mendapatkan biaya siswa penuh dari pemerintah karena otaknya yang cerdas. Selama kuliah Ia tidak mengeluarkan uang sepeserpun. Tapi Ia bertekad akan membahagiakan dan mengangkat derajat orang tuanya yang selalu dihina oleh orang-orang.

Perjalanan yang memakan waktu hampir 20 menit mengantarkannya dihalte terakhir. Sambil berjalan membawa berkas dan memegang kartu nama Tuan Lee. Ia melihat Rumah Sakit yang cukup besar. Ia mencoba memasuki Rumah Sakit tersebut.

"Permisi, Saya mau melamar sebagai Koas apa ada lowongan?."

"Sebentar nona."

"Iya."

"Maaf nona, disini sudah penuh."

"Oh sudah penuh, yasudah kalau begitu terima kasih."

Ia keluar dengan wajah yang sedikit kecewa. Tetapi semangatnya tidak putus. Sebenarnya dikampus bisa saja meminta agar ditempatkan dirumah sakit tertentu. Tapi jangka waktunya terlalu lama untuk mendapatkanya, apalagi orang tua Yuna membutuh uang untuk biaya sehari-hari dan biaya sekolah adiknya, jadi Yuna mencari sendiri agar semua lebih cepat. Dikeadaan kota yang begitu ramai Ia terus berjalan menyusuri kota yang besar. Beberapa kali memasuki rumah sakit tetapi selalu ditolak. Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore, Yuna tidak boleh telalu malam sampai rumah, bisa-bisa Ibunya khawatir.

Pilihan hari ini berakhir pada rumah sakit yang lumayan besar dan banyak pasien dan keluarga pasien didalamnya.

"Permisi, Saya mau melamar untuk praktik dokter sebagai Koas."

"Ya nona, bisa dilihat berkasnya."

"Ini." Yuna menyerahkan berkasnya dan berdoa agar semuanya berjalan sesuai rencananya.

"Tunggu sebentar nona."

"Iya." Tangannya terasa dingin. Hari ini Ia harus membawa kabar baik untuk ibu, ayah dan adiknya.

"Lamaran Anda di Acc nona. Anda Bisa bekerja besok."

"Ah benarkan? Terima kasih banyak. Saya janji besok tidak akan terlambat. Terima kasih."

"Iya sama-sama." Jawab ramah receptionis.

Tergambar raut wajah bahagia Yuna. Membayangkan wajah Ibu, Ayah dan adiknya mendengar kabar baik ini. Ia bergegas menuju halte dan menunggu Bis. Hari sudah hampir gelap, Ia khawatir bila tidak ada Bus. Beberapa kali Ia melihat jam tangannya. Waktu menunjukan pukul setengah 5. Wajah Yuna sudah khawatir. Tiba-tiba ada seseorang yang mengenalinya.

"Seo Yuna."

Yuna menoleh mencari siapa yang memanggilnya. "Sepertinya ada yang memanggilku."

Turun seseorang dari mobil Sport yang dikendarainya. Ternyata itu Jung Yong Hwa, Ia senior Yuna ketika Ia masih dikuliah. Yuna dan Yonghwa cukup dekat, Yonghwa seorang ketua BEM, Ia juga terkenal. Hampir satu angkatan mengenal siapa dia.

I Got You, Doc..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang