Hari demi hari terlewati, keadaan Yuna semakin membaik. Sekarang perban yang berada dikepalanya sudah tidak lagi menempel, jahitan bekas lukanya sudah hampir hilang.
Pagi ini Yuna akan memulai aktivitasnya lagi seperti biasa. Menjadi dokter muda yang memiliki semangat untuk menyelamatkan nyawa orang lain yang sangat besar. Baginya, menjadi seorang dokter bukanlah uang yang terpenting, tetapi kesehatan pasiennya menjadi prioritas utama.
Jas putih sudah ia kenakan, rok pink soft selutut dan kemeja hitam polos sudah ia kenakan. Rambut hitamnya sudah tertata rapih dengan model rambut ekor kuda, tidak lupa ia menyisakan poni untuk menutupi keningnya. Hari ini hari pertama ia beraktivitas, setelah beberapa hari kemarin ia beristirahat.
Sebenarnya ia sudah tidak tinggal bersama orang tuanya, ia sudah memiliki apartement pribadi, tetapi selama ia sakit ia tinggal bersama orang tuanya.Kunci mobil sudah siap ditangannya, ia keluar dari kamarnya dan menghampiri kedua orang tuanya untuk pamit dan setelah ini ia akan pulang kembali ke apartementnya.
"Yah, bu, aku berangkat dulu, nanti aku pulang ke apartementku, terima kasih kemarin sudah merawatku, maaf aku merepotkan." Ucapnya.
"Tidak merepotkan, itu sudah menjadi kewajiban kami untuk merawatmu. Kau baik-baik disana, jangan lupa kunjungi kami disini, hati-hati dalam bertugas, nyawa orang lain menjadi taruhannya jika kau ceroboh."
"Ya yah, bu. Aku pamit." Bow.
Gadis itu memasuki mobilnya dan menghidupkan mesin mobilnya segera bergegas menuju rumah sakit. Pagi ini cerah, matahari sudah menyinari seluruh kota ini, langit berwarna biru cerah dilengkapi dengan awan yang sangat putih seperti tersenyum kepada gadis itu. Pagi ini kota sudah sangat padat dengan pejalan kaki atau pengguna jalan. Wajar saja, ini kota besar, sudah pasti banyak orang yang melakukan aktivitasnya pagi buta bahkan sebelum matahari muncul.
Perjalanan memakan waktu 30 menit, dokter cantik itu memakirkan mobilnya ditempat parkir khusus dokter. Ia praktik disalah satu rumah sakit swasta besar dikota ini. Memantikan mesin kendaraannya, segera mengambil stetoskopnya dan memasangnya dileher. Ia keluar dari kendaraannya dan bergegas memasuki rumah sakit dan menuju ruangannya.
Tiba-tiba seorang pria menahan tangannya, Yuna terkejut apa yang akan dilakukan pria ini. Ia menoleh untuk memperjelas siapa pria ini.
"Selamat pagi dokter cantik."
Yuna terkejut. "Permisi dokter, bisa anda lepaskan genggaman ini?" Ucapnya dengan nada sedikit ketus seraya menatap tajam pria itu.
"Tidak akan aku lepaskan, lantas kenapa kalau aku menggengam tanganmu?"
"Anda seorang dokter, tolong jaga harga diri anda, bagaimana jika ada pasien yang lihat ini? Apa itu terlihat sopan?"
"Wajar saja, karena dokter juga manusia yang butuh cinta."
"Apapun itu alasan anda, tolong lepaskan genggaman tangan anda. Saya tidak mau berurusan dengan anda. Selamat pagi." Yuna berusaha melepaskan genggaman pria itu sekuat tenaga, berlalu begitu saja tanpa memperdulikan pria itu.
Ya benar, pria itu adalah Jonghyun. Ternyata ia juga praktik di rumah sakit yang sama dengan Yuna. Bayang-bayang Jonghyun belum sepernuhnya hilang dibenak Yuna. Yuna selalu bertanya pada dirinya sendiri, mengapa pria itu selalu datang lagi dihidupnya? Apa Tuhan sengaja membuat pria itu hadir agar mereka bersatu? Tidak mungkin bagi Yuna, ia tidak akan menyakiti hati wanita lain hanya demi kebahagiaannya.
Yuna memasuki ruangannya dengan napas yang terengah-engah, karena baru saja ia lari untuk menghindari pria itu. Bukannya ia benci pada Jonghyun, ia hanya menghindarinya agar tidak ada lagi hati yang terluka. Cukup hatinya yang terluka dengan cinta ini.
Ia menghempaskan badannya dikursi dan memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
"Tuhan kenapa harus pria itu lagi? Huft." Katanya sambil menghela napas.
***
Satu persatu pasien telah ia tangani, sekarang sudah waktunya makan siang, sehabis ini ia akan bergegas pulang karena waktu praktiknya sudah selesai.
Seorang pekerja rumah sakit mengantarkan makanan makan siangnya, ia segera menyantapnya. Setelah selesai ia segera meninggalkan ruangannya dan bergegas untuk pulang untuk beristirahat. Bergegas menuju mobilnya yang berada di lantai dasar.
Setelah sampai, ia memasuki mobilnya dan melihat kalau mobil Jonghyun masih terparkir disini, itu berarti pria itu masih berada disini.
"Huft." Gadis itu mengusap dahinya seraya membuang nafas. "Aku bersyukur tidak bertemu dengan pria itu lagi, aku harus cepat pulang."
Ia menyalahkan mesin mobilnya dan bergegas meninggalkan rumah sakit. Kali ini Yuna bersyukur karena tidak bertemu dengan Jonghyun. Ia memacu agak cepat mobilnya agar lebih cepat sampai ke apartementnya, karena badannya sudah sangat lelah dan ingin cepat berendam diair hangat agar badannya sedikit lebih segar.
Sesampainya gadis itu ia segera menghempaskan tubuh mungilnya dikasur dan menatap langit-langit kamarnya untuk menghilangkan sedikit lelah badannya. Setelah itu segera ia bergegas menuju kamar mandi dan merendamkan badannya diair hangat. Sangat nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You, Doc..
RomanceAku sudah beberapa kali berhasil menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi aku belum cukup berhasil untuk menyelamatkan diri untuk tidak mencintaimu.