Suara alarm membangunkan wanita cantik itu dalam tidur nyenyaknya. Sambil menguap Ia membuka kedua matanya dan duduk sebentar. Sekarang pukul 5 pagi, orang-orang belum bangun bahkan Ibunya belum bangun, Ia orang pertama yang bangun pagi ini. Ia segera bangun membereskan tempat tidur kemudian bergegas untuk mandi.
Matahari mulai mengintip dari sela-sela jendela kamarnya, 45 menit Ia habiskan untuk bersiap-siap. Ia sungguh cantik hari ini dengan rambut sebahu berwarna hitam, memakai rok putih pendek sepaha, baju putih dan sepatu flat berwarna hitam. Sangat terpancar aura positif dalam dirinya.
Hari ini hari pertama Ia melaksanakan tugas untuk menyelesaikan Koasnya. Selesai membereskan semua barang-barang yang dibutuhkannya segera Ia menghampiri Ibu, Ayah dan Adiknya yang sudah siap dimeja makan.
"Wah, kakak cantik sekali."
"Hahaha, benarkah? Kau ini bisa saja Yuri." Mencolek dagu Yuri seraya duduk disampinya.
"Sudah rapih sekali, sudah siap praktik hari ini dr.Yuna?" Ledek Ibu sambil menuang air kedalam gelas.
"Ah Ibu aku jadi malu. Aku kan belum dapat gelar "dr." bu."
"Kan sebentar lagi kau akan mendapatknnya nak."
"Benar kata Ibu." Sambung Ayah. "Anak ayah harus sungguh-sungguh dalam menolong pasien, nyawa mereka ada ditangan kita. Ayah percaya kamu bisa." Ayah tersenyum.
"Hehehe, iya yah terimakasih."
"Ayo sarapan dulu semuanya."
"Iya bu."
Keluarga kecil Seo memang sangat harmonis, mereka saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu Yuna bangga lahir dikeluarga ini. Tidak ada kata yang bisa Ia lontarkan lagi, Ia sangat bahagia lahir dan besar didalam keluarga kecil yang harmonis ini.
"Yah, bu, dek aku berangkat dulu ya." Berpamitan sambil menggendong tasnya yang kelihatannya berat.
"Ya nak hati-hati. Kalau bisa jangan pulang terlalu petang, tetap kabari ibu dan ayah kalau terjadi sesuatu."
"Hati-hati kak."
"Iya bu, yah, dek aku berangkat."
Yuna berjalan dengan santai dilengkapi dengan suara kicau burung yang bersautan. Pagi ini cuaca sangat cerah, matahari tersenyum kepadanya. Ia berharap hari ini Ia sukses dalam menjalankan praktik menjadi asisten dokter. Maklum saja, Ini pertama kali dalam hidupnya. Banyak anak-anak sekolah yang berlalu lalang sambil bercanda riang. Membuat Ia mengingat kembali masa-masa ketika Ia duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, Ia mempunyai sahabat bernama Kim Seolhyun, tetapi sekarang Ia tidak tahu dimana keberadaan sahabatnya. Yuna sangat rindu ingin bertemu sehingga membuatnya berjalan sambil tersenyum sendiri. Hingga tidak disadari ada sebuah kendaraan bermotor yang melaju kencang dan menabrak tubuh mungilnya hingga terjatuh.
"Ah!" Badannya terhempas jatuh. "Aw, lengan ku sakit sekali." Ia memegang lengan sebelah kanannya sambil meringis kesakitan. Tiba-tiba ada seseorang yang datang menolong.
"Kau baik-baik saya nona?"
"I-iiya aku baik-baik saja." Telihat jelas raut wajah yang meringis kesakitan.
"Sini biar aku bantu."
Pria itu membantu tubuh Yuna bangun dan memindahkan kesebuah kursi.
"Minum dulu nona."
"Terima kasih." Ia menenggak air dengan pelan. Pria itu hanya menampakan wajah yang penuh kekhawatiran.
"Sudah agak baikan?"
"Iya tuan terima kasih." Bow
"Tidak usah panggil aku tuan, panggil saja aku Jungshin, Lee Jungshin." Menjabatkan tangan.
"Seo Yuna panggil saja Yuna." Membalas jabat tangan Jungshin.
"Kau mau kemana?"
"Aku mau ke rumah sakit, mau praktik dokter untuk menyelesaikan Koas ku."
"Wah, jadi kau seorang dokter."
"Aku belum jadi dokter masih calon hehe."
"Ah, sama saja Yuna. Mari aku antar."
"Tidak usah tuan eh maksud ku Jungshin. Tidak usah, terima kasih."
"Tapi kau baru saja tertabrak motor. Aku khawatir dengan keadaanmu."
"Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu pergi ke halte dan menunggu Bis."
"Mau ku antar?"
"Terima kasih Jungshin, kau baik sekali. Tapi haltenya sudah dekat." Mencoba berdiri sendiri sambil meringis dan menahan sakit lengannya. "Aku duluan Jungshin terima kasih atas bantuannya. Anda baik sekali, aku harap kita bisa bertemu kembali." Bow.
"Sama-sama Yuna." Bow balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You, Doc..
RomanceAku sudah beberapa kali berhasil menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi aku belum cukup berhasil untuk menyelamatkan diri untuk tidak mencintaimu.