***
Pagi sekali Yuna sudah sampai dirumah sakit untuk kembali bertugas. Jas putihnya sudah terpakai ditubuh mungilnya. Ia memasuki ruangannya dan menghidupkan lampunya.
"Hah? Mawar dan sepucuk surat ucapan?" Ia mengambil bunga yang tergeletak dimejanya.
Yuna sangat bingung siapa yang menaruh ini diruangannya. Ia menghampiri petugas kebersihan, dan petugas kebersihan pun tidak melihat siapapun yang memasuki ruangannya.
Satu bucket mawar mewah dan kartu ucapan berbentuk cinta tergeletak dimejanya tanpa ia tau siapa yang menyimpannya. Yuna menghempaskan pelan tubuhnya dikursi dan terus memperhatikan berharap ada identitas seseorang yang mengirim ini.
"Selamat pagi gadis cantikku. Aku tau pagi ini pasti kau terlihat sangat cantik. Semoga bunga dan ucapan ini membuatmu lebih semangat bekerja untuk pasien-pasien yang membutuhkan pertolonganmu. -Burning-"
"Burning? Apa namanya Burning? Sepertinya itu bukan nama seseorang. Entahlah, aku tidak mengerti dan tidak peduli sama sekali." Ia meletakan bunganya disebelah jendela.
Ia mengisi data keluhan pasien yang berkunjung dan sedang fokus bekerja untuk kesembuhan pasiennya. Biarkan pria misterius itu bermain dengan tebakannya sendiri, karena Yuna sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui siapa yang mengirim bunga dan ucapannya.
Yuna terlalu tidak perduli dengan hal-hal yang tidak penting semacam itu. Jika pria itu memang ingin bermain dengan tebakannya, silahkan bermain sendiri, karena ia tidak peduli sama sekali.
Pasien demi pasien ia layani dengan sepenuh hati dan murah senyum. Sampai pasien terakhir yang ia layani.
Waktu makan siang sekaligus waktu praktiknya udah selesai, sekarang waktunya ia mengisi perut dan bergegas dari rumah sakit. Ia keluar ruangannya dan menuju mobilnya. Ketika melewati lorong rumah sakit, Jonghyun pun lewat dengan tangan yang dimasukan kedalam jas dokter putihnya. Yuna menyadarinya dan hanya melirik sementara Jonghyun tetap fokus berjalan tanpa menghiraukan Yuna yang dilewatinya, padahal ia tau kalau ia baru saja melewatkan Yuna.
"Bisa juga pria menyebalkan itu tidak menggangguku." Ucapnya dalam hati.
Ia tetap berjalan menuju mobilnya yang berada diparkiran dokter. Setangkai mawar putih tergelak di kap mobilnya. Ia mengambilnya dengan wajah yang kebingungan dan segera memasuki mobil.
"Setangkai mawar lagi? Astaga, siapa yang mengirimkan ini? Kali ini tanpa ucapan apapun."
Sungguh Yuna merasa aneh hari ini, Jonghyun yang bertemunya di lorong rumah sakit, berjalan begitu cuek dan dingin bahkan melirik pun tidak, tidak seperti biasanya, apa pria itu sudah lelah mengejar Yuna yang selama ini selalu menghindar? Apakah pria itu sudah benar-benar membenci Yuna karena perkataannya yang selalu menyakitkan? Apakah pria itu sudah menemukan wanita lain?
Kepala Yuna sungguh penat. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit, ia memang tidak diizinkan untuk terlalu berpikir keras dahulu, itu bahaya sebab ia belum sepenuhnya pulih.
Beberapa menit ia lakukan untuk memejamkan mata sejenak, mengusir semua rasa penat dalam kepalanya. Ia mulai membuka mata, melihat setangkai mawar merah yang berada di samping tempat duduknya. Terus memperhatikan siapa yang mengirim bunga untuknya?
Yuna mengedipkan matanya dan mencoba bangkit dari semua pikiran itu, ia berusaha tidak perduli tentang semua teka-teki pria yang mengirimkan bunga dan ucapan. Sungguh sangat tidak penting untuknya membahas ini semua. Lebih baik ia pulang dan beristirahat sepertinya bisa memulihkan semua penat dalam pikirannya.
Yuna mengijak gas pelan dan bergegas meninggalkan rumah sakit. Di luar terik matahari sangat panas. Perjalanan memakan waktu tiga puluh menit menuju apartementnya.
Beranjak dari mobilnya, menuju lift, menuju kamar, membuka jas putih dan segera menggantungnya, melepas sepatu dan menghempaskan tubuhnya ke kasur berwarna putih yang nyaman sekali.
Yuna melepas jam yang berada ditangan kirinya, dan melepas ikat rambutnya, rambut hitamnya dibiarkan terurai, sangat indah dan halus, ia memejamkan matanya. Mungkin wanita ini sangat lelah dengan pekerjaannya dan semua masalah yang berada dipikirannya, sampai ia tertidur dengan pulas dan bangun ketika senja datang.
Matahari sudah memancarkan sinarnya yang mulai berwarna orange, setengah tubuhnya sudah terbenam. Yuna terbangun karena cahaya yang menembus kaca polos apartementnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You, Doc..
RomanceAku sudah beberapa kali berhasil menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi aku belum cukup berhasil untuk menyelamatkan diri untuk tidak mencintaimu.