Chapter 28.

3.6K 163 1
                                    

Ruangan ini sangat dingin, dan sangat sepi. Pria itu duduk tepat disamping tempat tidur Yuna. Menggenggam tangannya dan mengelusnya lembut. Jas putih dan stetoskopnya tergeletak disofa. Malam ini ia akan menjaga Yuna.

Yuna terbangun, menyipitkan matanya, ia menyadari kalau ada seseorang yang menggenggam tangannya.

"Hai cantik, kau sudah sadar?" Sapanya sambil tersenyum.

Gadis itu hanya terdiam setengah tersadar.

"Kau sudah membaik? Kau pasti belum sadar betulkan? Aku akan tetap disini menjagamu." Ucapnya sambil tersenyum.

Gadis itu hanya tersenyum memandang Jonghyun.

"Kau pasti ingat siapa aku kan? Aku selama ini selalu menunggumu datang kembali, setelah tiga tahun lalu kau meninggalkanku begitu saja. Kau tau? Aku sangat mencemaskanmu, aku menunggumu terus menerus, mencarimu. Tapi seseorang berkata kau pergi keluar kota. Dan aku percaya kau akan kembali padaku kapanpun itu, karena aku tau, kau adalah bagian dari tulang rusukku. Ternyata waktu menjawabnya, sekarang kau kembali untuknya. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, aku tidak mau kehilanganmu lagi." Ucap pria itu sambil tersenyum.

"K-kenapa kau menungguku?" Tanya gadis itu sambil meringis seraya memegang kepalanya.

"Sttt, jangan banyak bicara dulu. Apapun yang terjadi aku akan tetap menjagamu disini. Alasanku sudah jelas." Ucapnya seraya mengelus pipi Yuna.

"Kemana ibuku?" Gadis itu mengalihkan pembicaraan yang terjadi.

"Ibu pun sedang pulang, malam ini aku yang akan menjagamu."

Yuna hanya diam tanpa ekspresi apapun, entah apa perasaan Yuna terhadap Jonghyun sekarang. Yuna masih memikirkan wanita Jonghyun, ia tidak mau merebut Jonghyun dari orang lain. Tetapi berbeda dengan Jonghyun, perasaanya tetap sama seperti tiga tahun yang lalu, ia selalu mencintai gadis ini sepenuhnya, bahkan rasa cintanya tidak berkurang sedikitpun.

Malam makin larut, Jonghyun terus berbicara pada Yuna. Yuna menutup matanya, berpura-pura tidur untuk menghindari apa yang Jonghyun ucapkan. Tangan Jonghyun masih menggenggam tangan Yuna lembut. Terus bercerita apa yang ia rasakan ketika Yuna meninggalkannya, agar Yuna tau seberapa pentingnya wanita itu terhadap dirinya.

"Apa ia tidak lelah sedari tadi terus berbicara? Kalau aku bisa berjalan sekarang, mungkin aku akan meninggalkan pria ini sendirian. Huft! Cukup Jonghyun, ceritamu tidak menarik untuk didengar. Lebih baik aku mendengarkan dongeng Cinderella berkali kali dari pada terus mendengarkanmu berbicara." Ucap wanita itu dalam hatinya.

Jonghyun melihat Yuna yang sedari tadi menutup mata, ia tersenyum bahagia melihat wanita ini kembali kedekapannya lagi. Ia beranjak dari duduk nyamannya, masih menggenggam tangan Yuna. Ia mengecup lembut kening Yuna.

"Selamat tidur wanitaku. Aku mencintaimu."

Pria itu menutupi sebagian tubuh Yuna dengan selimut, mengusap lembut rambutnya. Ia tertidur dikursi samping tubuh Yuna sambil mengenggam tangan Yuna. Terlihat raut wajah yang sangat lelah diwajah pria itu, pria itu sudah terlelap dalam tidur nyengaknya. Yuna membuka matanya perlahan memastikan bahwa pria itu sudah benar-benar tertidur.

"Terima kasih sudah menungguku, aku juga mencintaimu. Tapi untuk bersama itu tidak mungkin. Kau milik wanita itu. Sekarang aku sadar, bahwa mencintai tidak harus memiliki." Yuna memandang pria itu sambil tersenyum tersakiti.

Hatinya mulai tersayat lagi, seperti ada sebuat pisau yang tajam yang sedang menyayat hatinya. Perasaan tiga tahun yang lalu datang kembali, ia benci perasaan ini, perasaan ini hanya membuatnya ingin berontak. Mengapa tuhan mempertemukan ia dengan pria ini lagi? Apa tuhan tidak mengerti kalau hatinya sakit?

[YUNA POV]
Aku terbaring lemah diruangan ini, dengan selang infus ditanganku dan perban dikepalaku. Disampingku ada seorang pria yang tidak mungkin aku lupa. Percuma selama ini aku terus menerus berusaha menghilangkan pria ini dalam pikiranku, setelah tiga tahun yang lalu aku sengaja menghindari diri dari pria ini. Sekarang ia kembali, sedari tadi ia terus bercerita tentang kesedihannya ketika aku meninggalkannya begitu saja. Ia bilang ia mencintaiku, ya aku juga mencintainya. Tapi untuk bersama itu ketidakpastian yang selalu ia harapkan, apa ia tidak memikirkan kalau ia menyakiti wanita lain? Ia tidak sadar kalau ia memiliki wanita lain? Jika sekarang orang lain bertanya apakah hatiku sakit? Ya memang hatiku sakit, luka lamaku kembali terbuka. Aku menyayangkan mengapa ini terjadi. Mengapa Tuhan mempertemukanku dengannya lagi? Apa Tuhan tidak mengerti perihnya hatiku? Selama ini aku selalu berusaha melupakannya, setelah berhasil ia kembali dengan mudahnya.

Ia mencintaku, begitupun aku. Tapi untuk bersama adalah ketidakmungkinan yang selalu ia harapkan. -Yuna-

I Got You, Doc..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang