Pagi sekali Yuna sudah menyiapkan koper besar beserta semua berkasnya. Ia sudah selesai meminta izin kepada pihak rumah sakit untuk keluar meski masa Koasnya belum usai.
Ia akan pindah dari kota ini, mencoba menjauh dengan semua yang membuat air matanya jatuh. Ibu dan ayahnya hanya dapat mengikuti ingin Yuna. Pagi ini ia akan menemui pria yang cukup dekat dengannya. Sebelum berangkat ia ingin berbicara sesuatu dengan pria itu.
Yuna menarik kopernya diantar oleh kedua orang tuanya sampai depan pintu masuk. Sebenarnya orang tua mana yang akan rela jauh dari anaknya, apalagi ia seorang wanita. Dengan berat hari orang tuanya mengizinkan Yuna pergi. Diusap pipinya, dengan wajah yang penuh kesedihan air mata ibunya menetes. Ayahnya hanya dapat tersenyum iklas sambil mengusap kepalanya. Adiknya memeluk erat seolah ia adalah adik yang paling bersedih karena akan ditinggal oleh kakaknya lagi dalam jangka waktu yang lama.
Langkah demi langkah ia lewati meninggalkan tempat itu. Diwajah gadis itu terlihat rasa sedih yang amat mendalam. Karena ia harus meninggalkan orang-orang kesayangannya dan semua kenangan di kota ini.
Terus menyusuri jalan yang masih basah akibat hujan semalam. Gadis itu berjalan sangat pelan, matanya tertuju ke bawah dengan tatapan yang kosong. Sungguh ia tidak menjadi dirinya sendiri. Ia tidak paham mengapa hatinya sangat sakit dan kecewa. Ia selalu menahan diri untuk selalu tegar dalam menghadapi apapun masalah dalam hidupnya. Semua senyuman yang selalu tampak dibibirnya seolah hilang begitu saja.
***
08.00 pagi. Ia sampai dicafe yang jaraknya lumayan dekat dengan bandar udara. Terlihat wajahnya yang kebingungan mencari seseorang. Pria itu ternyata berada dipojok cafe sambil membaca berita harian. Gadis itu segera menghampirinya.
"Sunbae?" Tanyanya pelan dan ragu-ragu.
Pria itu melipat kertas harian beritanya.
"Hai Yuna. Silahkan duduk "
Ia adalah Jung Yonghwa yang baru saja menikah kemarin, ia kesini atas permintaan Yuna. Pria itu menyimpan kertas hariannya. Yuna duduk disamping Yonghwa dan menyimpan kopernya tepat disampingnya.
"Ada apa Yuna kau memintaku kesini? Kau mau kemana? Membawa koper dan ransel besar?" Katanya sambil memperhatikan semua barang bawaan Yuna.
"Aku akan keluar kota. Karena masalah semalam aku menjadi tidak enak hati pada Minhyuk sunbae. Lebih baik aku menjauhi keduanya. Terlalu bahaya jika aku berada disini."
"Kau serius? Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik?"
"Aku sudah berbicara baik-baik dengan dr.Jonghyun tadi malam, tapi sepertinya itu sia-sia."
"Aku juga sebenarnya bingung dengan Jonghyun. Sewaktu dia Senior High School dia tidak seperti itu, dia tipikal pria yang sangat cuek dan dingin kepada wanita."
"Ya aku pikir juga seperti itu. Aku pikir dia pria yang bijak dan memiliki pola pikir yang dewasa, tetapi aku salah menilai. Aku hanya ingin sunbae menyampaikan permintaan maaf ku kepada Minhyuk sunbae, dr. Jonghyun dan Shinhye nuna. Jangan beri tahu siapapun kemana aku pergi. Aku juga secara pribadi ingin meminta maaf kepada sunbae atas perlakuan dr. Jonghyun kemarin diacara pesta pernikahan sunbae."
Yonghwa ikut larut dalam ucapan Yuna.
"Ya Yuna-ssi. Baru kemarin kita bertemu, sekarang kau akan pergi lagi. Terlalu cepat sekali pertemuan kita. Aku tidak merasa dirugikan dengan masalah kemarin di pesta pernikahanku, aku tau ini bukan salahmu. Ini akibat amarah dua pria. Akan ku sampaikan semua pesanmu dan ku jaga rahasiamu. Aku harap kau baik-baik saja disana, kita disini selalu merindukan mu." Ucap Yonghwa sambil terus mengelus punggung Yuna mencoba membuatnya tenang.
"Terima kasih sunbae atas semuanya. Kau sungguh baik, maaf aku tidak bisa lama karena pesawat akan segera terbang. Semoga Yonghwa junior segera lahir." Katanya sambil tersenyum. "Aku permisi sunbae." Bow. Ia beranjak dari duduknya lalu menyeret kopernya dan meninggalkan tempat itu.
Yonghwa beranjak dari duduknya, tersenyum lebar, bow. Ketika Yuna pergi ia memandang gadis itu dengan kesedihan. Yuna sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri, sejak kuliah mereka sudah bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You, Doc..
RomanceAku sudah beberapa kali berhasil menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi aku belum cukup berhasil untuk menyelamatkan diri untuk tidak mencintaimu.