Diana

7.7K 129 2
                                    

Hallo. Namaku Diana. Usiaku 16 tahun kemarin lusa. Sekarang aku duduk dikelas 2 SMA. Klise ya? Gak ada yang spesial dari sekolahku. Hanya sekolah negeri biasa dengan segudang peraturan. Hampir dua tahun sekolah disini rasanya biasa saja. Hampir monoton. Sepu-sepu gitu alias sekolah-pulang-sekolah-pulang. Jadi untungnya disekolah aku bukan termasuk anak-anak yang madesu begitu ya, aku ikut berbagai organisasi supaya aku banyak pengalaman dan teman. Ada OSIS dan Pramuka. Mereka saking dekatnya sudah kayak keluargaku sendiri. Kurasa, ikut organisasi disekolah itu penting dan wajib hukumnya, kenapa? Karena ada pelajaran di organisasi yang gak akan ku dapat di pelajaran pengetahuan umum yang diajarin ibu-bapak guru yang sangat aku sayangi. Lagipula, itu adalah caraku supaya masa mudaku gak begitu ngebosenin disekolah yang monoton ini. Biar bisa dikenang gitu loh. Tapi, semua anggapanku salah sejak aku berkata seperti itu. Sekolah yang menyebalkan ini seketika menjadi sekolah yang paling romantis sedunia. Karena apa? Karena baru aku sadar, setelah aku berkata sekolahku membosankan, seperti menjawab doaku, Tuhan mendatangkan dia. Dia yang merubah hidupku selamanya. Hingga saat ini. Dimana aku sudah bekerja disuatu perusahaan swasta di kawasan Jakarta Utara. Sebagai marketing. Dan bulan depan akan menikah.

***

Pagi itu, aku berangkat agak pagian. Karena hari itu hari senin. Upacara. Ya kalian pasti yang pernah jadi pengurus OSIS pasti paham. Kami harus berangkat lebih awal karena memang harus menyiapkan segala macam keperluan upacara. Tapi kenyataannya, pagi itu memang agak mendung. Bahkan gerimis sedikit. Maklum, pertengahan Desember. Masih ingat betul aku berangkat naik angkot, pakai jaket warna abu-abu. Kulihat banyak sekali kendaraan pagi itu, senin memang hari yang ramai, dimana dihari itu semua kepenatan dimulai.

***

Aku agak telat. Sial. Sesampainya di sekolah semua perkakas upacara sudah rapi walaupun upacara dimulai masih sekitar 45 menit lagi. Aku memilih ke kantin bareng salah satu teman OSIS ku, lapar juga kan tadi pagi belum sempat sarapan.

"Udah tau belum Di, kalau ada anak baru dikelas Ipa 2?" Ujar Reta sambil menuang sambal di mangkuk baksonya.

"Oh ya? Masa? Kok aku belum tau ya.."

"Gimana mau tau kalau kerjaan kamu teh cuma diperpus, ngantin, tidur di sanggar pramuka.." Reta seperti menyindir. Sialan.

"Apalah kamu nih Ta, aku mana pernah tidur disanggar coba?" kilahku. Padahal ya memang sih, aku kalau jam kosong memilih ke sanggar pramuka untuk sekedar tiduran atau bikin teh hangat.

"Lagian kan aku, bukan anak Ipa 2, ya gak tau kalau ada anak baru disana.." lanjutku kemudian.

"Makanya yang update atuh, kece katanya, Hahaha.."

"Hahaha, peduli?"

Obrolan kami pun berlanjut sampai gak kerasa bel sudah bunyi dan kami langsung berhambur ke lapangan upacara.

"Diana?"

Ada yang manggil namaku. Aku menoleh. Siapa?

"Kamu Diana?"

Aku ngangguk. Reta hanya melongo.

"Ini tag name kamu tadi jatuh.."

Nyatanya benar. Itu tag name aku yang sudah hilang sejak sabtu kemarin.

"Oh makasih ya.."

"Yaudah, duluan.."

"Iya, sok.."

Dia pergi.

"Siapa sih Ta, itu?" tanyaku pada Reta akhirnya.

"Nah itu dia, anak baru yang tadi aku bilang ke kamu.."

"Tapi, kok dia tau nama aku?"

Reta menaikan bahu.

"Eh, ngomong-ngomong nama dia Koko, kasep kan?" Reta menggodaku.

"GAK TANYA!!!!!"

***

Dulu Kita Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang