Berubah

1.7K 53 0
                                    

Jawaban Koko saat itu sebenernya masih membuatku bimbang. Aku tidak tau maksud dia. Tapi, aku juga tidak mau menyinggung dia. Aku takut saja, setelah perasaan terungkap, mendadak jarak menjadi perangkap. Aku hanya bisa nunggu aja.

Tapi nggak tau kenapa, sekarang Koko agak berubah. Ku rasa gitu. Dan dengar dari sumber nggak jelas, dia sedang dekat sama seorang kelas Ips 1. Hah?

Akupun lantas tanya sama dia saat kami sedang telfonan seperti biasa.

"Ko, kita telfonan mulu gini, pacarmu nggak marah?"

"Aku nggak punya pacar."

"Aku tau loh, haha." ketawa kupaksakan biar gak dingin.

"Aku nggak punya pacar." Koko mengulang pernyataannya. Nadanya datar. Aku diam.

"Kok diam? Tidur ya?"

Aku masih diam.

"Di, kalau kamu sudah tidur, yaudah, selamat tidur ya. Maaf akhir-akhir ini aku suka cuek, yaa aku sedang ada masalah saja.. Maaf, diana.."

Dia berbicara seolah-olah aku beneran sudah tidur. Kenyataannya aku berada di ruang tamu dan belum tidur.

Selamat tidur juga, Ko.

***

Hujan dari pagi belum reda juga. Dari balik jendela kelas, aku memperhatikan bulir-bulir air hujan yang jatuh dari atap genteng sekolahku.

Pandanganku tersita pada dua orang yang sedang duduk di gazebo koridor sekolahku. Terbingkai hujan. Indah sekali. Tapi nyeri sekali.

Begini, kisah-kasih di sekolah?

Koko sedang ngobrol dengan Hilda, yang aku tau bahwa dia anak kelas Ips yang kemarin sempat dibahas sama beberapa temenku.

Mereka cuma ngobrol.

Tapi mereka terlihat bahagia.

Tanpa aku sadar, hujan semakin deras.

"Diana, ke kantin yuk!"

Aku menoleh. Dan langsung beranjak mengikuti temanku itu. Tersenyum getir.

***

Dulu Kita Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang