Be Alright

772 27 0
                                    

Ya akhirnya aku pulang bersama Salsa. Tepatnya, diantar Salsa. Setelah basa-basi sebentar dia langsung pamit pulang karena sudah lumayan petang juga.

Sepanjang jalan tadi, Salsa lebih banyak cerita ini itu yang banyak sekali manfaatnya. Tentang Pramuka, tentang kuliahnya, dan tentang ayahnya. Tapi, dia sama sekali tidak menyinggung masalah percintaanya. Entah, aku juga nggak tau. Lagipula, aku juga nggak mau tau. Oh iya, kami juga bertukar Id Line. Sudah ku bilang, jamanku dulu itu, Line masih sangat digemari sebagai sarana komunikasi. Dan sampai malam ini, aku masih chatting dengan Salsa. Banyak sekali yang kami bahas, seolah-olah tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan. Salsa adalah orang yang friendly banget, dia terbuka, tapi bukan bawel. Dia begitu natural, jadi, aku nggak kaku banget deh rasanya walaupun dia adalah anak dosenku. Walaupun dia dua tahun lebih tua dariku. Ah, siapa yang peduli pada usia?

***

Semakin hari, aku dan Salsa semakin dekat. Hari ini, aku bakal ngantar dia pulang ke Jakarta. Ke kosannya. Tenang aja, sudah izin pak Roben kok.

Jadi, kosan Salsa itu didaerah Kemang, seru juga. Soalnya, aku dulu sering kesini sekedar ngariung (kumpul-kumpul) sama teman-temanku yang asli Jakarta.

"Makasih ya Vid, udah mau direpotin.." kata Salsa saat aku pamitan balik ke Bandung.

"Anytime.." kataku kemudian.

"Ya..udah, aku masuk ya.."

Aku mengangguk.

"Eh tunggu Sal.."

"Hm?"

"Engh, itu.."

"Apa Vid?"

"Nggak jadi deh, aku langsung balik aja.."

"Engh, oke."

***

"Bego luh! Tembak aja susah amat.." kata Diana saat kita lagi makan dikantin kampus, bareng Julian juga. Aku sedang menceritakan padanya tentang aku, dan Salsa.

"Tapi gue ga berani.." kataku kemudian.

"Yailah, kalah luh sama Julian, gue aja baru berapa kali jalan langsung jadian, ya, Yang?" kata Diana pada Julian. Julian terkekeh.

"Masalahnya Salsa nggak selenjeh elu Di.." kataku sambil ketawa. Julian juga ketawa. Diana cemberut.

"Aduh, sayangkuu, jangan cemberut gitu dong.." goda Julian sambil nyubit kedua pipi Diana.

"Sun dulu.." kata Diana. Sialan, jadi obat nyamuk.

Julian mengecup pucuk kepala Diana sekilas. Dibalas pelukan dari Diana. Mereka begitu indah, tapi dibalik itu semua, tantangan besar menguji cinta mereka. Nggak percaya? Scroll deh ke cerita sebelumnya.

"Terus gimana Jul, gue tembak atau enggak?" tanyaku pada Julian. Julian mengusap janggutnya.

"Apasih, yang bikin lu takut buat nembak Salsa?" tanya Julian kemudian. Skeptis.

"Yaaa.. Secara, gue adek tingkatnya.. Usia kita.."

"Apakah cinta mengenal usia?"

"Tapi kan Jul, elu ama Diana juga tuaan lu 2 bulan doang.."

"Lagian cuma selisih 2 tahunan kan, biasalah itu.." kata Diana.

"Bukan gitu, gue takut dianggep adek kelas gatau diri atau apalah.."

"Didalam kamus cinta itu, nggak ada yang namanya takut, iya nggak Jul?" Diana melirik Julian.

***

Dulu Kita Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang