Surprise

1.4K 51 0
                                    

From: 082342778564

Diana, besok bisa ketemu?

Koko.

Aku membuka ponselku.

Jantungku hampir melonjak membacanya. Dari siapa, dari mana Koko bisa dapat nomor telepon ku? Atau Reta?

Aku segera menghubungi Reta.

"Ada apa Di, tumben nelpon?"

"Kamu ya, yang ngasih nomor teleponku ke Koko?"

"Heh maksudnya?"

"Koko, dia, sms aku!" kataku panik.

Dari ujung suara disana ku dengar Reta malah tertawa. Apanya yang lucu?

"Diana, Diana... Jangan parno begitu, wajar lah teman sms, teman SMA lagi."

"Tapi Ta, masalahnya ini Koko. Koko! Obsesi aku!"

"Terus?"

"Dia ngajak ketemuan.."

"Lah, bagus dong.."

"Berarti aku selingkuh?"

Reta ketawa lagi.

"Aduuh, ya nggaklah Di, cuma ketemu teman lama apa salahnya? Kecuali kalau ketemu terus kalian kencan itu baru selingkuh.."

"Terus bales apa?"

"Yaudah temuin aja, tapi jangan langsung dibales, tunggu dulu beberapa jam. Biar kesannya kamu nggak kesenengan banget diajak ketemu, walaupun sebenernya seneng banget.." ujar Reta dengan nada nyindir.

Aku menuruti perkataan Reta. Ya Tuhan, kenapa lagi ini?

***

Hari sabtu ini aku sendirian di kos. Soalnya teman serumahku pulang kampung. Jadi, di Jakarta aku menyewa kos yang hanya ditempatin dua orang. Karena, aku adalah tipe orang yang nggak bisa kerja kalau berisik. Akhirnya aku mutusin buat nonton tv saja. Masalah Koko, sudah kelar. Kami bakal ketemu hari selasa depan. Dan, Julian nggak tau akan hal ini.

Suara pintu dibuka.

"Surprise!"

Aku kaget. Julian. Julian datang dengan satu buket bunga mawar putih dan satu plastik besar camilan.

Kangen banget, Jul.

Aku langsung berhambur lari ke pelukan Julian. Aku mendekapnya erat. Julian ketawa.

"Segitu rindukah sama aku?" kata Julian kemudian.

Aku melepas pelukanku.

"Rinduuuu... Sekali..."

Julian ketawa melihat aku bicara seperti itu. Kami duduk didepan TV. Duduk lesehan.

"Tumben hon, kamu kesini nggak ngabarin.." ujarku sambil makan cemilan yang dia bawain.

"Namanya juga kejutan, masa, harus bilang-bilang?"

"Kamu, nginep? Tapi nggak ada mbak Dewi, dia pulang kampung. Sendirian deh aku."

"Nggak sayang, maaf ya. Aku kebetulan ada ketemu klien tadi di Jakarta, tapi harus pulang langsung, soalnya besok mau diajak ayah pergi."

"Oh gitu. Nggakpapa kok."

"Kamu, sakit?"

"Nggak, kenapa?"

"Kamu pucetan, lagi mikirin sesuatu ya?"

Iya, Jul! Aku mikirin obsesi aku di SMA. Dia ngajakin aku ketemuan. Batinku.

"Ah nggak, aku cuma agak capek aja tadi kerjaan numpuk, oh iya, kamu pulang jam berapa nanti?"

"Sampai rinduku sembuh.."

Julian memelukku erat. Kami ketawa. Julian mendekatkan wajahnya. Ciuman kerinduan kami semakin mendalam. Aku semakin mengeratkan pelukanku. Aku tidak ingin kehilangan Julian. Dan akhirnya, ciuman kami harus berakhir karena Julian harus pulang.

"Aku pulang dulu, sayang.." kata Julian sambil mengusap kepalaku.

Kami berpelukan sekali lagi.

Julian mengecup ringan bibirku. Kemudian pergi, pulang.

"Jul, aku masih rindu.."

***

Dulu Kita Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang