Papa

1K 36 0
                                    

Aku sampai dirumah disambut dengan tangisan Mamah.

"Ada apa, sih Mah?"

"Papa Nad, Papa.."

"Papa kenapa?"

"Pesawat Papa kamu kecelakaan."

Tubuhku melemas mendengarkan pernyataan Mamah.

"Terus Mah? Mamah udah tau keadaan Papa gimana?"

Mamah menggelengkan kepalanya.

"Mamah udah nyoba hubungin temen-temen Papa di Batam, tapi katanya masih dalam proses pencarian.."

Aku menangis. Mamah juga.

"Besok kita berangkat ke Batam ya Nad, nyari Papa.."

Aku mengangguk dengan keras sambil menangis.

"Mah, aku boleh ajak Om Julian?"

***

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kami, maksudku aku, Mamah dan Om Julian sudah ada di Bandara, dan akan take off ke Batam.

Sepanjang perjalanan, aku sama sekali tidak bisa beristirahat dengan tenang. Aku duduk bersama seorang anak kecil. Sedangkan Mamah dan Om Julian duduk dikursi tepat disampingku.

Sesekali aku melihat Om Julian bergumam pada Mamah. Semacam kalimat penenang mungkin? Aku juga tidak tahu. Aku tidak peduli, yang kupikirkan sekarang hanya satu. Papa.

Aku tidak habis pikir, setelah aku kehilangan cinta pertamaku, aku tidak mau kehilangan Papa. Aku tidak suka perpisahan. Rasanya itu sakit.

***

Sampai di Batam kami langsung ke kantor Polisi dan ke tempat tinggal Papa. Di kantor Polisi, katanya tim sar sedang dalam proses pencarian. Kemudian ke tempat tinggal Papa untuk menginap beberapa hari disana sampai Papa ketemu. Aku tidak mau kehilangan Papa, tidak mau!

***

"Halo?"

"..."

"Apa? Dimana?"

"..."

Mamah menjatuhkan ponselnya. Aku dan Om Julian yang sedang makan menghampiri Mamah.

"Kenapa Mah?"

"Papamu Nad.. Papamu.."

"Koko gimana Di?" tanya Om Julian.

"Papamu... Nadia.. Koko.. Ko.."

Mamah menangis keras. Aku sudah tau artinya apa. Tapi aku tidak mau mengerti apa arti ini semua. Tidak mau.

Om Julian memeluk Mamah dan aku. Kami bertiga berpelukan dibawah remang lampu ruang makan. Begitu hening. Yang ada hanya suara tangisan kami.

Dan, malam ini, aku meminta ijin pada semesta untuk berduka.

***

Seluruh korban pesawat yang ditemukan dimakamkan pada satu pemakaman umum di Batam. Berkali-kali Mamah pingsan saat melihat jenazah Papa. Dalam kondisi seperti ini, aku tidak bisa untuk bersikap seperti anak kecil, aku sudah pernah kehilangan, seharusnya dengan hal itu aku belajar. Tapi, Papa.

Om Julian begitu sendu melihat kami. Bahkan Om Julian seringkali menggendong Mamah, karena Mamah pingsan terus. Aku jadi tidak enak pada Om Julian, dia sudah banyak berkorban untuk kami.

"Om Julian, makasih ya.." aku memeluk Om Julian.

"Om yang makasih sama kamu, Nad.."

"Kalau nggak ada Om, aku nggak tau harus gimana sama Mamah.."

"Om udah nganggap kamu seperti putri Om sendiri.."

Aku mengeratkan pelukanku pada Om Julian.

***

Dulu Kita Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang