"Aku rasa, semua memang harus berakhir dulu Di, sampai kapan? Aku belum tahu.."
Masih terngiang jelas suara Julian pada sambungan telepon kemarin malam. Dia menelpon hanya untuk mengatakan hal itu.
Jul..
***
Hubunganku dan Julian berkhir sebegitu tragisnya. Kami putus dimana kurang beberapa hari lagi kami menikah. Aku belum bisa menerima ini semua.
Aku masih belum bisa mencerna apa yang ada dipikiran Julian. Selama ini, Julian bukanlah sosok yang mudah mengambil keputusan, atau apapun yang membuat aku merasa tidak nyaman.
Sebelum dengan Julian, aku sempat dekat dengan beberapa laki-laki di kampus kami dulu, yang Julian juga kenal dengan mereka.
Tapi kenapa,
Kenapa saat muncul seorang yang..
Kenapa harus setelah Koko datang?
Emosiku tertarik lagi. Apa iya, perasaanku ke Koko belum berubah dari jaman SMA?
Aku menggelengkan kepalaku. Aku mencoba menghubungi Julian.
"Halo." kataku.
"Iya, Diana.." suara Julian seperti menahan sesuatu disana. Suaranya serak.
"Kamu, nggakpapa?" tanyaku dengan suara yang sama paraunya. Aku habis menangis.
"Aku nggakpapa.."
"Jul, tentang keputusan kamu, kamu serius? Maksud aku, bukan aku nggak mau.. Tapi, kita sudah sejauh ini.."
Julian terdiam. Kemudian terdengar dia menghela nafas.
"Diana, aku sayang, sayang sekali sama kamu. Tapi, mungkin jalan kita hanya sampai disini.."
"Tapi Jul, aku nggak mau kalau bukan kamu.." aku menangis akhirnya.
"Ada, ada orang yang berjodoh disaat dulu, dan tidak berjodoh disaat sekarang. Ada juga, yang berjodoh disaat sekarang, dan tidak berjodoh disaat nanti.."
"Kenapa sih Jul, kamu keras kepala banget?" ujarku sangat, sangat parau. Hampir berteriak.
"Diana, kamu adalah wanita teristimewa yang ada dihati aku kemarin, saat ini, dan bakalan untuk selamanya.."
"Terus.. Terus ini yang kamu bilang cinta, kamu bilang sayang, tapi kamu bikin aku nggak karuan, Jul.."
"Karena, aku nggak mau pada akhirnya kita bersama dengan cara mengorbankan seseorang yang lain.."
Aku tidak bisa menjawab pernyataan Julian. Aku masih menangis.
"Karena belum tentu juga, setelah kita menikah keadaannya akan lebih baik lagi.." lanjut Julian.
"Atau, atau mungkin kamu udah punya wanita lain?" kataku meracau.
"Nggak, nggak Diana. Aku sama sekali nggak berfikiran seperti itu.."
"Terus kenapa kita musti udahan?"
"Karena memang sudah saatnya, saatnya kita menata diri dulu, satu sama lain.. Dan setelah ini aku bakal lanjut study S2 di Swedia. Beasiswaku lolos."
Aku tidak tau harus senang atau sedih.
Aku berhenti menangis.
"Selamat ya Julian.." kataku akhirnya dan langsung mematikan handphone ku.
Aku menangis seketika itu juga.
Tidak berapa lama, handphone ku berbunyi. Ku pikir itu Julian yang berubah pikiran. Nyatanya?
From: Koko
Diana, aku di Jakarta, bisa ketemu? Penting. Aku mau minta maaf..
Telat! Kamu telat Ko.
***